part 3

13.4K 385 2
                                    

2 minggu sudah berlalu. Mas Arkan belum juga sadar dari koma nya. Tak mampu kutahan air mata melihat kondisi mas Arkan yang seperti ini, biarlah aku menerima semua perlakuan kasar nya setiap hari, dari pada melihat mas Arkan terbaring lemah seperti ini. Ya tuhan sembuhkan lah mas Arkan.

Disaat aku tertidur, perlahan aku rasakan pergerakan di tanganku, langsung membuat ku terbangun. Kulihat pergerakan pada bola mata mas Arkan.

"Mas, mas sudah bangun? Aku panggil dokter dulu ya".

Langsung ku pencet tombol yang berada di samping pojok tempat tidur mas Arkan. Selagi menunggu Dokter, kulihat mas Arkan hanya terdiam sambil menatap nanar langit-langit kamar ini. Tidak beberapa lama kemudian dokter pun datang bersama dua orang perawat.

"Dok, suami saya sudah sadar dok".
"Ya mbak, mohon tunggu sebentar. Saya akan melakukan pemeriksaan" ucap dokter dan langsung memeriksa kondisi mas Arkan.

"Jadi gimana dok?" tanyaku.
"Jadi begini mbak, untuk sekarang ini belum bisa di pastikan dengan kondisinya. Pak Arkan butuh istirahat dulu untuk memulihkan kondisinya. Beliau masih belum stabil, efek dari koma 2 minggu nya. Beliau belum bisa di ajak untuk komunikasi. Tapi kita bersyukur beliau sudah melewati masa kritis nya. Nanti kalau pak Arkan sudah bisa di ajak komunikasi kita akan melakukan pemeriksaan intensif" jelas dokter padaku.
"Ya dok, terimakasih".

Setelah Dokter keluar ruangan, aku langsung menelvon mama, memberi kabar mas Arkan yang sudah melewati masa kritis nya. Kulihat mas Arkan sudah tertidur kembali.

"Cepat sembuh mas" ucapku sambil mencium tangan nya.

***

"Haus.." terdengar pelan suara mas Arkan

Langsung aku mengambil gelas yang berada di nakas samping tempat tidur. Perlahan aku memberi mas Arkan minum menggunakan sedotan. Setelah itu aku langsung memanggil dokter.

Setiba nya dokter, langsung di lakukan pemeriksaan.

"Coba diangkat tangan kirinya pak" ucap dokter lalu mengangguk.
"Sekarang tangan kanan nya pak".

Terukir senyum di bibirku melihat kondisi suamiku yang membaik.

"sekarang coba kaki nya pak" ujar dokter.

Kulihat mas Arkan mencoba mengangkat kakinya, tapi sepertinya dia kesusahan.

"Berat dok, tidak bisa. Kaki saya kenapa dok?" tanya mas Arkan dengan suara parau.

"Jadi begini pak, sebelum nya kami sudah melakukan pemeriksaan. Dan untuk memastikan nya kami menunggu pak Arkan sadar biar lebih akurat. Karna kami tidak mau memberi diagnosa sekedar praduga. Pada saat kecelakaan kondisi kaki bapak terjepit di belakang kemudi, sehingga menyebabkan adanya fungsi syaraf yang terganggu".
"Jadi maksud dokter saya lumpuh?".
"Betul pak, tapi kelumpuhannya tidak permanen. Masih bisa di sembuhkan dengan terapi" jelas dokter.
"Suami saya bisa sembuhkan dok?" tanyaku.
"Iya mbak. Tapi harus menjalani proses terapi untuk beberapa bulan ke depan".
"Baik dokter, terimakasih atas penjelasannya".
"Kalau begitu saya permisi dulu" ucap dokter. Kulihat mas Arkan masih terdiam, kulihat genangan kristal di matanya. Tersirat kepasrahan di matanya.

"Mas, yang sabar ya. Mas pasti sembuh" ucapku sambil memegang tangan nya.
"Tidak usah sok manis. Pasti kamu mentertawaiku kan? Kamu bahagiakan melihat aku seperti ini" bentak mas Arkan sambil menyentakkan tangan ku.
"Tidak mas, kamu jangan berfikir seperti itu".
"Dasar munafik, wanita pembawa sial" hardik mas Arkan.
"Mas..." tak bisa kutahan air mata ini.
"Arkan jaga mulutmu" tiba-tiba mama sudah berada di kamar ini.
"Semua yang terjadi itu sudah takdir, kamu tidak bisa menyalahkan Rindu atas semua ini. Kalau pun ada yang di salahkan itu dirimu sendiri, yang tidak bisa berdamai dengan keadaan. Apakah kamu tahu bagaimana Rindu merawat mu selama sakit?. Sampai-sampai dia lupa memikirkan kesehatannya.  Setidaknya hargai dia" bentak mama.

Cukup aku sudah tidak kuat mendengar pertengkaran ibu dan anak ini. Mas Arkan benar, aku pembawa sial, penyebab semua kekacauan dalam hidupnya. Kaki ini langsung mengambil langkah cepat untuk pergi dari kondisi seperti ini.

Takdir PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang