part 29

8.3K 306 23
                                    

Author jamin pasti ada yang akan cenyum-cenyum sendiri di part ini😂
Selamat membaca😘

***

Saat mendengar penjelasan dari Mama Mas Arkan, membuat rasa bersalah di hatiku menjadi-jadi. Saat mengetahui tentang penyakit Mas Arkan, trauma dia dimasa lalu. Bahkan disaat aku pergi meninggalkan rumah Mas Arkan begitu kacau, juga berdampak pada omset perusahaan. Bahkan Mas Arkan pernah masuk Rumah Sakit karena demam setelah hujan-hujanan mencariku, tapi ia menolak untuk dirawat.

Aku terlalu mudah termakan omongan Dani, saat Mas Arkan sembuh aku pastikan akan memberi pembalasan setimpal untuknya. G*y seperti dia harus dimusnahkan.

***
Hatiku cukup lega, saat Dokter menjelaskan kalau tusukan di perut Mas Arkan tidak mengenai organ vitalnya, Mas Arkan hanya membutuhkan transfusi darah dan jahitan pada lukanya.

Kurasakan pergerakan dari jemari yang berada di genggamanku. Perlahan kulihat kelopak mata Mas Arkan mulai terbuka.

"Mas sudah bangun?" kuberi Mas Arkan senyuman tulus, agar Mas Arkan tahu kalau semuanya baik-baik saja.

Kulihat Mas Arkan tersenyum kecil atas pertanyaanku, lalu menoleh kesisi lain seolah tak ingin menatapku. Aku harus memperbaiki sesuatu yang salah di antara kami, aku tak ingin kesalahan yang sama terjadi diantara kami.

"Rindu pengen jadi tembok aja Mas" ucapku.

"Maksudnya?" tanya Mas Arkan sambil menolehku.

"Habisnya Mas lebih betah nengok temboknya, dari pada Rindu. Baru bangun aja langsung nengok tembok, sedangkan Rindu yang nungguin Mas dari tadi di anggurin" ujarku dengan bibir yang sengaja aku manyun-manyunkan, lagian umurku baru akan masuk 20 tahun, jadi masih ada manis-manisnya.

Sepertinya usahaku tidak sia-sia, kulihat Mas Arkan tertawa kecil.

"Tuh kan, masih di cuekin. Ya udah, mending Rindu pergi aja, dari pada harus nengok Mas mesra-mesraan sama tembok" ucapku pura-pura marah.

Sengaja aku memperlambat pergerakanku untuk berdiri agar Mas Arkan menahanku. Tapi sepertinya sia-sia, saat beberapa langkah lagi kaki ini menuju pintu, Mas Arkan tetap tak menahanku untuk pergi.

"Kok berhenti, nggak jadi perginya?" tanya Mas Arkan saat menyadari langkahku terhenti.

"Mas jahat, mas benar-benar ingin Rindu pergi ya" ucapku dengan nada ancaman.

"Tu kan, masih juga diam, ya udah Rindu pergi aja" belum sempat aku memutar tubuh lagi untuk pergi, kurasakan tarikan dari Mas Arkan, sukses posisiku berada di dada Mas Arkan.

"Gimana rasanya kalau adek nanya di diamin? Sakit kan, makanya lain kali kalau Mas nanya di jawab, jangan diam. Atau harus nunggu Mas kayak gini dulu baru adek ngejawab?" ujar Mas Arkan sambil mengangkat wajahku agar menatapnya.

"Nggak sakit kok, cuma kesel aja" balasku.

"Sama aja dek" ucap Mas Arkan sambil mencubit hidungku, lalu membawaku kedalam pelukannya.

Rasanya begitu nyaman, ingin rasanya untuk tetap berada di pelukan Mas Arkan selalu. Saat aku ingin melepaskan pelukan, kurasakan Mas Arkan semakin menguatkan pelukannya.

"Biarkan tetap seperti ini, Mas harap Mas sedang tidak berada di dalam mimpi sekarang ini. Kalau ini memang nyata, Mas mohon jangan pergi lagi, jangan menolak Mas lagi. Mas sayang adek, maaf kalau selama ini Mas banyak menyakiti adek".

Meskipun Mas Arkan menahanku agar tidak menatap wajahnya, tetap kupaksakan. Kulihat Mas Arkan menghapus air matanya cepat.

"Adek janji Mas, adek nggak akan pernah pergi. Ini bukan Kita mulai semuanya dari awal, adek juga minta maaf atas sikap adek selama ini, Mas jangan nangis lagi"  kupegang kedua pipi Mas Arkan agar tetap menatap wajahku.

Mas Arkan memegang kedua tanganku, mengecupnya dengan tulus. Mengarahkan jemariku untuk menghapus air matanya, sedangkan jemarinya juga menghapus air mata yang berhasil lolos dari kelopak mataku.

"Cuma adek yang berada disini, kemaren, sekarang dan selamanya" ujarnya sambil menarik tanganku menyentuh dadanya.

"Tapi Mas harus janji".

"Janji apa dek?" tanya Mas Arkan.

"Jangan kayak gini lagi, jangan nyakitin diri Mas lagi. Mas nggak tahu bagaimana cemasnya Rindu dengan kondisi Mas".

"Iya sayang, kamu juga harus janji jangan pergi lagi" ucapan Mas Arkan membuatku begitu merasa di cintai, aku begitu bahagia. Tatapan dari Mas Arkan begitu teduh, membuatku nyaman berada disisinya.

Kurasakan Mas Arkan menarik tengkuk ku mendekat, wangi nafas yang kurindukan sekarang sudah bisa nikmati lagi. Kulihat kelopak mata Mas Arkan mulai terpejam, kurasakan sentuhan lembut di bibirku.

"Ya Tuhan, ini Rumah Sakit, bukan kamar hotel jadi jangan berbuat mesum disini" ucapan Mas Dimas sukses membuatku dan Mas Arkan salah tingkah.

"Aduhhh" saking paniknya tidak sengaja aku mengenai perut Mas Arkan yang terluka.

"Maaf Mas, Rindu nggak sengaja".

"Iya nggak papa sayang".

"Cieeeleeehh sekarang sayang-sayangan, kemaren kemana aja" ledek Mas Dimas. aku dan Mas Arkan sama-sama tersipu malu, bagaimana tidak, Mas Dimas tidak sendiri, tapi bersama Mama Papaku.

"Mas apa-apaan sih, kami nggak ngapa-ngapaiin kok" sungutku pada Mas Dimas.

"Iya, saking nggak ngapa-ngapaiin kami ngetok pintu nggak di dengar. Mas kira kalian kenapa-kenapa, eh nggak tahunya emang lagi kenapa-kenapa" balas Mas Dimas dengan ledekkannya. Kulihat Mama Papa tersenyum kecil padaku dan Mas Arkan.

"Apa kabar Mas?" tanya Mas Dimas pada Mas Arkan.

"Baik Dim".

"Ingat ya Mas, aku cuma ngasih Mas satu kesempatan lagi. Kalau sampai Mas nyakitin Rindu lagi, aku nggk tinggal diam" ucao Mas Dimas dengan nada ancaman.

"Iya Dim, makasi. Kamu tenang aja, kami sudah komitmen untuk memulainya dari awal lagi, kesalahan-kesalahan kami kemaren menjadi pelajaran untuk kedepannya. Bahwa komunikasi itu perlu dalam sebuah hubungan" jelas Mas Arkan.

"Oke, aku pegang janji Mas".

***

"Sekarang Mas tidur lagi ya" ucapku pada Mas Arkan setelah menyuapi makan malam dan memberikan obat yang harus diminumnya.

"Kamu juga tidur, tapi disini" ucapnya sambil menepuk sisi tempat tidur disisinya.

"Tapi Mas, yang sakit kan Mas, bukan Rindu. Ntar kalo dokter tahu Rindu di marahin".

"Kalau adek nggak mau, Mas nggak tidur juga" ancam nya.

"Ya udah, Rindu ngalah" balasku.

Mas Arkan menjadikan tangan kanannya sebagai bantalan untuk tidurku, rasanya aku seperti bermimpi kembali berada di pelukan Mas Arkan.

"Selamat malam sayang. Semoga mimpiin Mas, love you" ucap Mas Arkan sambil mengecup keningku.

"Selamat malam juga sayang, semoga mimpiin adek, love you to" balasku lalu mengecup bibir Mas Arkan.

"Sepertinya Mas bakal tidur nyenyak malam ini" ucapan Mas arkan membuat semburat rona merah di kedua pipiku.

***
Hayo siapa aja yang dah cenyum-cenyum baca nya😂

Kalau ada yang nanya kenapa update nya lama, itu karena komentarnya dikit jadi author kurang semangat buat update😅

Sekali-kali tinggalin komentarnya ya, biar author semangat updatenya.

Karena kalau nggak ada yang komentar, author ngerasa nggak ada yang mau kelanjutannya.

Maafkan author yang baper🤣

Salam kenal😘

Takdir PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang