part 30

8.9K 262 11
                                    


Saat kelopak mataku mulai terbuka, terlihat samar ruangan disekelilingku berwarna putih, perlahan tapi pasti aku melihat Dokter bersama seorang perawat, beserta Mas Dimas memberiku tatapan yang sulit di artikan.

"Rindu, Rindu. Kan Mas sudah bilang kalau mau bermesraan jangan dirumah sakit, kasihan Dokter sama perawat nungguin kalian bangun dari tadi" ucapan Mas Dimas menyadarkan ku,  aku lupa kalau aku sedang berada di ranjang Mas arkan. Kulihat Mas Arkan masih terlelap tidurnya.

"Maaf Dok, saya ketiduran. Saya juga nggak tahu kenapa berada disini" ucapku berbohong, kalau aku jujur pasti Mas Dimas bakal ngeledek aku habis-habisan.

"Iya Mbak, nggak papa. Saya hanya ingin memeriksa keadaan Pak Arkan hari ini, tapi sepertinya Pak Arkan tidurnya masih nyenyak, saya akan kembali lagi nanti" balas sang Dokter padaku.

"Alasan aja itu Dok, palingan mereka juga habis melepas Rindu semalaman" tukan, Mas Dimas tetap aja ngeledek.

"Ih Mas apa-apaan sih" spontan ku cubit lengan Mas Dimas.

"Udah jadi bini orang tetap aja galak" sungut Mas Dimas.

"Kalau begitu saya permisi dulu".

"Iya Dok" balasku.

Benar kata Dokter, tidur Mas Arkan masih nyenyak, bahkan dia tidak peduli suara berisik dari Mas Dimas. Wajah Mas Arkan terlihat begitu tenang, meskipun tertidur tetap aja masih tampan. Apa karena ciumanku semalam Mas Arkan tidur nyenyak? Eaakkkkk

"Udah Dek, jangan dibayangin terus kejadian semalam.  Jijik Mas tampang mesum mu" goda Mas Dimas padaku.

"Ih apa-apaan sih kamu Mas, orang nggak ngapa-ngapaiin juga, sok tahu" tak bisa kusembunyikan semburat merah dipipiku.

"Udah ah, aku mau cuci muka dulu" tambahku lalu  berlalu menuju kamar mandi.

"Masak sih Dek, Mas kok nggak yakin" ledek Mas Dimas padaku.

"Mas berisik, masih kecil juga. Ntar kalau aku cerita Mas jadi kebelet pengen nikah" cibirku sambil menutup kamar mandi.

"Cieelehh banyak gaya ni bini orang" terdengar samar celotehan Mas Dimas yang membuatku tersenyum kecil.

***

"Rindu suapin ya?" kulihat Mas Arkan tersenyum lalu mengangguk kecil.

"Adek juga makan" ucap Mas Arkan sambil mengambil alih piring dan sendok dari tanganku.

"Aakkkkk, buka mulutnya" sikap Mas Arkan persis seperti ibu-ibu yang menyuapi balitanya membuatku tersenyum geli.

"Kok malah senyum-senyum, ayok aaakkk mulutnya" pinta Mas Arkan dengan seulas senyum di bibirnya.

"Rindu nggak suka soup ikan Mas" ucapku jujur.

"Masak?. Bukannya adek suka?. Dulu pas Mas dirawat pas  kecelakaan adek mampu ngabisin soup ikannya" kulihat Mas Arkan seperti orang keheranan.

"Hmm, itukan karena terpaksa aja Mas. Waktu kan Mas ngancam adek. Meskipun adek nggak suka, tapi adek tetap ngabisin biar Mas mau menerima Adek waktu itu" jelasku tertunduk sambil memegangi ujung jilbabku.

Tak ada jawaban dari mulut Mas Arkan. Keheningan melanda kami satu sama lainnya. Tak beberapa lama setelahnya Mas  Arkan menaruh piring yang berisi makanan ke nakas.

"Maafin Mas ya" ujar Mas Arkan sambil mengangkat wajahku yang tertunduk.

"Mas nggak bisa untuk berjanji selalu membuat adek bahagia, tapi Mas akan tetap berusaha menjadi suami yang terbaik untuk adek, Mas akan selalu berusaha memberi yang terbaik untuk adek, Mas akan berusaha untuk tidak menyakiti adek. Izinkan Mas menebus semua dosa-dosa Mas sama adek. Adek juga harus tahu, Apapun yang terjadi kedepannya nanti adek tetap berada disini,di hati Mas. karena Mas mencintai Adek" Mas Arkan menarik tangan kananku untuk menyentuh dadanya, jelas terasa detak jantung Mas Arkan yang menderu dengan cepat.

Takdir PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang