part 16

8.2K 266 3
                                    

"Pasti Mama tahu dong sayang. Arkan sendiri kok yang ngomong" jelas Mama dari seberang sana. Ternyata benar Mas, kamu menceritakan semuanya pada Mama. Padahal aku berusaha menyembunyikan masalah ini, dan berharap kamu kembali.

"Rindu, kamu masih disana? Kok diam aja? Kamu nggak kenapa-kenapa kan?".

"Eh., anu Ma. Baik-baik aja kok" jawab ku gugup sambil menahan air mata.

"Syukurlah kalau gitu. Tapi kalau kamu kesepiaan bisa nginap tempat Mama. Secarakan Mama Papa kamu kan di Paris Nak. Lagiaan kan Arkan lumayan lama juga di Jepang" .

"Jepang maksud Mama?".

"Loh Arkan ninggalin kamu ke Jepang kan?. Atau jangan-jangan Arkan tidak cerita sama kamu?. Benar-benar keterlaluaan anak itu" ucap Mama dengan nada yang agak tinggi.

"Eh nggak kok Ma. Mas Arkan cerita kok. Rindu becanda aja. Mana mungkin Mas Arkan tidak ngasih tahu Rindu" jelasku dan pastinya aku berbohong.

"Oh syukurlah Nak. Ntar main-main ya ketempat Mama. Udah dulu ya Nak, Mama mau ke kantor papa dulu mah ngantar berkas Papa yang ketinggalan".

"Oke Ma. Hati-hati, Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam" segera panggilan telepon terputus.

Syukurlah kalau Mas Arkan tidak cerita sama Mama. Berarti masih ada harapan untuk kebersamaan kami. Tapi kenapa Mas Arkan tidak pernah memberi kabar untukku?. Mas Arkan seakan menghindariku. Apa karena dia sudah sembuh jadi tidak butuh bantuanku lagi?. Aku benar-benar tidak di anggap Mas Arkan. Tidak adakah sedikit cinta untukku.

***
Satu bulan sudah berlalu, dan aku masih saja setia menunggu Mas Arkan kembali. Aku tidak pernah menanyakan kepada Mama kapan Mas Arkan kembali. Takut-takut Mama akan curiga, dan mengetahui masalah kami. Selama satu bulan ini beberapa kali aku pernah main ketempat Mama, terkadang Mama juga datang sambil membawa makanan untukku. Entah kenapa selera Makan ku akhir-akhir ini menurun.

***
Hari ini Mas Dimas berjanji akan mampir kerumah, dia baru datang lagi dari Amerika semalam. Dia terlihat begitu senang setelah urusan kepindahannya untuk balik ke Indonesia selesai.

"Dek, Mas lihat kamu sekarang makin singset aja" ucap Mas Dimas padaku.

"Masak sih Mas?" tanyaku.

"Iya, selain itu kamu juga pucat. Kamu sehat-sehat ajakan?" tanya Mas Dimas memastikan.

"Sehat kok Mas. Memang selera makan ku akhir ini menurun Mas. Nggak tahu kenapa, setiap pagi rasanya Mual terus. Kayaknya asam lambungku deh Mas" jelasku.

"Serius?. oya kabar suami mu gimana dek? Kalian baik-baik ajakan?. Lama Mas nggak ada dengar kabarnya" pertanyaan Mas Dimas membuat jantungku meraton cepat. Jangan sampai Mas Dimas mengetahui kenyataan sebenarnya. Aku hanya tidak ingin melibatkan orang lain dalam pernikahanku.

"Mas Arkan lagi di Jepang Mas, ada urusan disana" jelasku.

"Ooo gitu, ya udah kita kerumah sakit yuk. Periksain penyakitmu itu. Takut nya asam lambungmu udah kronis. Ntar makin kurus lagi".

"Nggak usah Mas. Nggak papa kok".

"Pokoknya harus. Siap-siap sana atau Mas seret kamu" ancam Mas Dimas.

"Tapi Mas..." ujarku sambil memelas.

"Rinduu" ucap Mas Dimas sambil melotot, sukses membuatku kocar-kacir untuk siap-siap ke kamar.

"Iya Mas, Rindu siap-siap. Tunggu bentar".

***
Aku dan Mas Dimas menuju Rumah Sakit Harapan Bunda. Disana ada tante Amelia adik papa yang bungsu. Tante Amelia adalah satu-satunya saudara papa yang lebih memilih untuk menjadi Dokter umum, dari pada menjadi pengusaha. Sekarang kami berada di ruangan tante Amelia.

Takdir PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang