part 8

9.3K 295 6
                                    

Pr 8
Hari ini Rindu bisa terselamatkan dari pertanyaan Arkan padanya, tidak tahu esok dan seterusnya. Setelah menghabiskan makanannya, Arkan langsung berlalu menuju ruang kerjanya. Sedangkan rindu membersihkan meja makan, dilanjutkan dengan mencuci piring.

Sesampainya dikamar, saat hendak membaringkan tubuhnya di kasur telvon rindu pun berbunyi.

"Haloo.. Assalamualaikum" ucap Rindu

"........"

"Lagi mau istirahat, tumben mas nelvon malam-malam?".

".........."

"Serius mas? Pesawat jam berapa?".

"........."

"Kalau gitu besok aku aja yang jemput ya, soalnya Rindu kali sama mas Udah lama kita gak jumpa".

"........."

"Oke mas. Jangan lupa oleh-olehnya. Ya udah kalau gitu Rindu mau istirahat dulu. Besok jangan lupa ngasih kabar".

"........."

"Waalaikumsalam" balas Rindu pada sang penelvon.

Setelah mamatikan telvonnya, Rindu langsung membaringkan tubuhnya. Aktifitas nya hari ini cukup menguras tenaganya. Sedangkan di depan pintu kamar yanh sedikit terbuka terlihat Arkan yang sedang memikirkan penelvon barusan yang di panggil mas oleh Rindu, apalagi Rindu bilang Rindu dengan penelvon tersebut, kupingnya terasa panas. Setahu dia Rindu adalah anak tunggal. Atau mungkin pacarnya? Arghhh kepalanya terasa pusing memikirkannya.

Perlahan Arkan turun dari kursi rodanya menuju tempat tidur,  dia berbaring terlentang sambil memainkan jarinya, sekali-kali menoleh melihat wajah istrinya yang terlelalap. Di tatapnya dengan lekat wajah teduh Rindu, perhatiannya tertuju pada bibir mungil Rindu. Teringat kejadiaan saat dirumah sakit, saat Rindu menatap nya sambil mengigit telunjuknya, begitu sexy, membuat  jantungnnya kembali berdebar. Tanpa sadar Arkan bergerak mendekati Rindu sambil mengelus lembut bibir Rindu dengan ibu jari, digesernya guling pembatas di antara meraka. Arkan mendekati wajah Rindu, bisa dirasakannya wangi mint dari nafas Rindu. Perlahan di majukan lagi wajahnya, sampai kedua hidung mereka bersentuhan, baru saja hendak melanjutkan ke tahap selanjutnya, handphone Rindu berbunyi.

"Ah sialll" umpat Arkan.

Segera disambarnya handphone Rindu, terlihat panggilan masuk. Melihat nama yang tertera di handphone Rindu membuat Arkan mengomel dan melupakan kelanjutan dari kegiatannya barusan.

"Mas dimasku, lebay ni bocah. Seberapa banyak mas mu selain aku rindu" tanya nya pelan sambil melirik Rindu.  Tanpa menjawab panggilan masuk, langsung di non aktifkan nya handphone Rindu. Apakah benar dimas itu pacarnya Rindu?. Ah kenapa dia jadi gelisah begini. Pokoknya dia harus memikirkan cara agar Rindu tidak kemana-mana esok hari. Dia gelisah bukan karna cemburu, melainkan perasaan tidak rela melihat Rindu bahagia di atas penderitaannya. Bukankah Rindu sendiri yang berjanji akan merawatnya. Kejadiaan barusan juga di luar kendalinya, bukan karena dia jatuh cinta. Dia merasa wajar, masih tetap mempertahankan egonya sebagai laki-laki normal. Kucing mana yang bisa menahan rasa lapar bila di depannya terhidang ikan segar?.

***
"Mas, ntar siang aku mau keluar" ucap Rindu pada Arkan yanh sedang berkutat dengan laptop nya.

"Oke, setelah kamu menemaniku terapi nanti kamu bisa pergi" balas Arkan cuek.

"Loh, bukannya terapi nya besok mas?" tanya Rindu.

"Tadi dokter rudi nelvon, ngabarin kalau terapi nya di majuiin hari ini. Soalnya besok dia ada keperluan" jelas Arkan. Padahal kenyataannya Arkan lah yang meminta dokter Rudi memajukan jadwal terapinya.

"Tapi aku ada keperluaan mas". Mendengar jawaban Rindu hati Arkan terasa panas, melihat Rindu lebih mementingkan pacarnya di bandingkan dia sebagai suami.

"Keperluaan seperti apa? Sepertinya lebih penting dari kesembuhanku!" bentak Arkan.

"Kalau kamu merasa keperluanmu lebih penting, silahkan pergi. Dan untuk selanjutnya kamu tidak usah repot-repot mengurusku" lanjut Arkan sambik menutul laptop nya dengan kasar, lalu menjalankan kursi rodanya menuju ruang kerja namun di hadang oleh Rindu.

"Maaf mas, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku bakal batalin acaraku, ya udah aku mau beresin cucian dulu. Habis itu kita langsung berangkat kerumah sakit" jelas Rindu yang hanya di balas lirikan dan anggukan oleh Arkan lalu berlalu menuju meja kerjanya.

"Enak aja bocah itu mau senang-senang sama pacarnya. Sebelum aku sembuh, kamu bakal tetap berada dalam genggamanku Rindu" ucapnya sambil tersenyum sinis di ruang kerjanya.

Rindu merasa tak enak hati pada mas Dimas, karena tidak bisa menepati janji untuk menjemput kebandara. Rindu memanglah anak tunggal pasangan Aryono dan widya. Sedangkan Dimas adalah anak dari mayang kakaknya widya. Saat kehamilannya memasuki usia 7 bulan widya pengalami pendarahan hebat karena kecelakaan. Rindu terlahir prematur, sedangkan widya sempat koma beberapa hari. Setelah sadar dari komanya  ternyata widya tidak bisa menghasilkan Asi, sedangkan bayi Rindu membutuhkan asupan untuk tubuh kecilnya, tubuh nya menolak setiap pemberiaan susu bantu. Untunglah ada mayang saat itu yang masih menyusui Dimas yang masih berusia 5 bulan menjadi pendonor Asi.

Dari kecil Dimas dan Rindu memang sudah akrab, sudah seperti saudara kandung. Walaupun usia mereka selisih 5 bulan, Rindu tetap menganggap Dimas sebagai kakaknya. Saat tamat SMP Dimas memutuskan melanjutkan pendidikannya di Amerika. Saat ini dia ingin berlibur di Indonesia, karena kebetulan liburan semester kuliahnnya.

***
Hayoo, lebih seru pov Arkan dan Rindu, atau author?? Kira-kira Arkan cemburu gak ya?
Masih mau di next?

Takdir PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang