part 10

9.4K 277 5
                                    


Aku sampai dirumah setelah magrib. Pastinya dengan jalan kaki. Tas, handphone, dan dompetku berada di mobil mas Arkan. Bujang lapuk ini sungguh membuatku apes seharian.

Ternyata benar mas Arkan sudah pulang, terlihat dari lampu rumah yang sudah menyala. Sesampai dikamar tak kulihat keberadaan mas Arkan, mungkin dia sedang berada di ruang kerjanya.

Selesai menghidangkan makan malam, aku langsung menuju ruang kerja mas Arkan untuk mengajaknya makan malam.

"Mas, ayo makan. Makanannya sudah siap" ajakku. Mas Arkan tidak merespon sama sekali, dia terlihat hanya fokus pada lembaran berkas kerjanya.

"Mas..." sepertinya usaha ku sia-sia. Singa jantan itu tidak akan mendengar omonganku. Tiba-tiba ku dengar suara bel rumah dari depan.

"Iyaa, tunggu bentar teriakku" sambil berlari kecil menuju pintu depan.

"Mas dimas?".

"Surprise" ucap mas Dimas sambil menenteng beberapa paper bag di kedua tangannya.

"Gak di peluk ni mas mu dek?" tanya mas dimas dengan tampang jahilnya.

"Apaan sih mas, aku udah besar, malu tau. Apalagi dah jadi istri orang" ucapku sambil mengerucutkan bibir.

"Cie yang udah jadi bini orang, sombong sama mas nya yang masih jomblo" ujar mas dimas spontan membuat pipi ku merona.

"Oya nih oleh-oleh buat adek mas yang jelek" ucapnya sambil mencubit hidungku.

"Iihhh mas. Udah ayok masuk, kebetulan aku lagi mau makan malam" ajakku sambil megambil alih paper bag dari tangan mas dimas.

Saat hendak menuju ruang makan tiba-tiba kulihat mas Arkan sedang berada di depan pintu ruang kerjanya dengan tatapan yang sulit ku artikan.

"Eh mas, kenalin ni mas dimas. Mas Dimas kenalin ini mas Arkan".

"Dimas"

"Arkan" mas Arkan hanya membalas jabatan tangan mas Dimas sesaat saja.

"Mas dimas ini dia...." belum sempat aku menjelaskan sudah di potong mas Arkan.

"Saya tahu, nggak perlu kamu jelaskan" ucap mas Arkan.

"Tapi mas..."

"Saya bilang saya sudah tahu, dia pacar yang pernah kamu  ceritakan waktu dirumah sakitkan. Sudah, saya mau makan dulu" ucapnya berlalu menggunakan kursi roda keruang makan. Aku dan mas Dimas sama-sama bingung atas ucapan mas Arkan.

"Maksud suami mu apa dek?" tanya mas Dimas terheran-heran.

"Mmm gini mas, gimana ya mau jelasin
Pokoknya mas Iyaiin aja deh apa omongan nya mas Arka. Buat sementara mas pura-pura jadi pacarku dulu. Kalau jelasin sekarang nggak mungkin" ucapku sambil setengah berbisik kekuping mas Dimas.

"Gila kamu ya dek" ucap mas dimas dengan nada kagetnya. Segera kututup mulutnya menggunakan tanganku.

"Pelan-pelan ngomong nya mas. Please mas, mau ya. Itung-itung bantuiin adek sendiri napa?" ucapku sambil menyatukan kedua tangan didada ditambah dengan ekspresi yang kubuat-buat menyedihkan.

"Iya iya. Mas bantuiin".

"Makasi masku. Yuk kesana" ucapku sambil menarik tangan mas Dimas ke meja makan. Sekarang aku punya jawaban atas pertanyaan mas Arkan kemaren. Terimakasih tuhan telah mengirimkan mas Dimas.

Kulihat mas Arkan sudah berada di meja makan. Piring di depannya masih kosong.

"Loh mas, katanya lapar. Kok belum makan?" tanyaku.

Takdir PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang