part 11

8.8K 281 5
                                    

Entah kenapa rasanya tubuh ini begitu gerah. Padahal aku sudah mandi, di tambah pendingin di ruangan kerjaku ini rasanya tidak cukup menghilangkan rasa gerah ini. Semuanya gara-gara anak bau kencur itu. Di mulai dari kejadiaan dirumah sakit, bukannya membantu ku menopang tubuh untuk saat terapi. Tapi malah melamun, pasti dia memikirkan si mamas, si imas, entah lah pokoknya nama yang tidak penting untuk ku ingat.

Rasa kesal di hatiku bukan karena perasaan cemburu atau semacamnya. Aku hanya ingin bocah itu menepati janjinya untuk merawatku. Aku hanya ingin dia fokus untuk kesembuhanku, bukan pada si mamas pacarnya itu. Saat aku menolak bantuannya untuk berdiri, tiba-tiba dia berlari cepat keluar ruangan, mungkin ia kebelet pikirku. Lama ku tunggu agar ia kembali, namun tubuh pendeknya tak juga muncul-muncul dari pintu masuk.

Arghhhhh. Kuputuskan saja untuk pulang, palingan juga dia kabur sama pacarnya. Langsung ku telfon pak joko menjemputku. Di dalam perjalanan pulang tak sengaja kulirik tas bocah tersebut berada di bangku tengah. Ku suruh pak joko berhenti dan mengambilkan tas Rindu untukku. Kuperiksa isinya, mulai dari dompet dan hp nya ada disitu. Lalu kemana pergi bocah itu?, bagaimana dia bisa pergi bilang barang-barangnya di tinggal di mobil. Dasar bocah ceroboh. Ah masa bodoh.

Suhu di tubuhku kembali meningkat, disaat aku mendengar tawa bocah tersebut dengan laki-laki yang bertamu malam ini siapa lagi kalau bukan si mamas alias Dimasnya. Laki-laki yang sama-sama bau kencur dengan  bocah itu. ku jabat tangan laki-laki itu sekilas untuk menjaga harga diriku. Padahal aku sengaja mendiamkan dia saat mengajak aku makan, agar dia memohon, dan meminta maaf karena kejadiaan tadi siang. Tapi dugaanku meleset, tiba-tiba saja pacarnya datang. Arghhhh tak mungkin ku biarkan mereka bermesraan di meja makan ku.

Mataku terasa panas, saat melihat Rindu menarik tubuh siimas untuk menunduk. Mereka berbisik, pasti menggosipkan aku. Benar-benar keterlaluan. Mesra sekali mereka.

"Loh mas, katanya lapar. Kok belum makan?" tanya Rindu tanpa rasa bersalah.

"Maksud mu apa, mentang-mentang aku nggak bisa ngambil nasi sendiri kamu bisa ngomong gitu. Makanya jangan sibuk pacaran. Kamu jangan lupa ya perjanjiaan kita" sengaja aku berbicara agar kekasihnya sadar diri. Sudah tahu Rindu itu udah jadi istriku, masih juga dia dekati. Gak ada segan-segannya.

"Maaf mas, aku lupa" ucapnya Langsung mengisi piringku dengan nasi dan lauk pauk. Eh apa-apaan ini. Setelah mengambilkan untukku, dia langsung mengambilkan untuk kekasihnya. Melihat mereka bermesraan selera makan ku hilang. Dimana harga diriku sebagai suami.

"Ternyata masakanmu masih sama enaknya kayak dulu, mantap" pujiaan si imas betul-betul membuatku tersedak dan muak berada di meja makan ini.

Mereka betul-betul pasangan bau kencur, betul-betul lebay. Tapi tunggu dulu, berarti cowoknya si bocah udah sering makan masakannya Rindu. Arghhh

"Rasa soup mu hari ini aneh Rindu. Apa jangan-jangan ini soup kemaren yang kamu panasin. Selera makan ku jadi hilang" sengaja aku ngomong seperti itu pacarnya itu berfikiran buruk. Setelahnya aku langsung menuju kamar.

Hatiku begitu gelisah, bukan karena cemburu. Tapi aku tidak suka dengan tamu yang tidak ada tata krama. Sudah pukul 9 malam belum juga pulang.

Tak beberapa lama kemudian, Kudengar Rindu bersenandung kecil menuju kamar.

"Sepertinya kamu bahagia sekali" tanyaku.

"Ya bahagialah mas, udah lama gak ketemu. Oya mas dimas juga menitip oleh-oleh buat mas. Tunggu aku cari" aku tidak peduli. Rindu membuka paper bag nya dan memberikanku sebuah jam tangan bermerek. Kulempar jam ini ketangan rindu.

"Saya bisa beli sendiri. Cuma jam murahan" ucapku. Lalu berbaring membelakangi Rindu. Jauh di lubuk hatiku sangat menginginkan jam itu. Itu Rolex keluaran terbaru, tapi harga diriku harus di pertahankan.

"Kamu ya mas. Betul-betul manusia sombong. Nggak ngehargai pemberiaan orang" masa bodoh. Mending pura-pura tidur aja.

Kurasakan pergerakan di kasur. Sepertinya anak itu bakal tidur. Tapi apa-apaan ini dia menarik selimut ke arahnya. Aku masih bertahan, jangan sampai ketahuan aku pura-pura tidur. Lama-lama dingin mulai menjalar ketubuhku. Kulihat suhu di pendingin ruangan ini. What? 16 celcius. anak ini benar-benar gila. Dan terjadilah tarik menarik antara aku dan dia.

"Kamu apa-apaan sih mas" tanyanya bersikukuh menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Kamu yang apa-apaan" balasku sengit.

"Ini bagianku pokoknya" ucapnya sambil menarik selimut ke arahnya.

"Enak aja" ucapku sambil membuang guling pembatas lalu menyentakkan selimut ke arahku. Ternyata dia kuat juga, ku tarik lebih kuat lagi. ternyata bukan hanya selimut yang Yang berhasil kutarik, Rindu ikut tertarik kedepan, tepat dia terjatuh di atas dadaku. Hening,  tak ada suara diantara kami. Wajahnya tepat berada di atas wajahku. Ku tatap matanya,  ternyata dia manis juga. Hingga tatapan ku tertuju pada bibirnya. Dia sama sekali tidak bereaksi, matanya masih tertuju padaku. Tanpa sadar tanganku merapikan rambutnya kebelakang telinganya. Kutarik perlahan wajahnya mendekat, kurasakan manis di bibirnya. Lembut, rasanya aku kehabisan nafas, segera kulepas ciuman ini. Aku dan Rindu sama-sama kik kuk. Perlahan dia bangun untuk duduk.

"Kalau gitu suhu Ac nya aja yang di naikin mas, jadi gak perlu rebutan selimut" ucapnya memecah keheningan. Kubalas dengan anggukan. setelahnya kami langsung melanjutkan berbaring, dengan posisi saling membelakangi.

Apa yang terjadi barusan. Kenapa aku tidak bisa mengendalikan diri. Pertanyaan yang tidak ku jawab sendiri,kusentuh lagi bibirku. Masih terasa manisnya. Bocah ini betul-betul sudah menyebar virus di tubuhku. Mata itu sulit rasanya untuk terpejam. Lebih baik aku menghitung domba saja, dari pada harus memikirkan pertanyaan yang tidak ku temui jawabannya. Entah sampai domba ke berapa yang aku hitung, ku temui juga jawabannya, cuma 1 jawaban. Aku lelaki normal.

Takdir PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang