part 21

8.9K 257 4
                                    

Kupungut sebuah buku diary tergeletak di lantai, sepertinya tak sengaja terjatuh. Perlahan ku langkahkan menuju sudut kasur. Kubuka lembaran-lembaran diary itu satu persatu. Tak ada satu lembaran pun yang terlewat, tiap lembaran menceritakan semuanya tentangku.

Tangisku seketika pecah saat memegang sebuah test pack yang sengaja di tempel di lembaran diary ini bersama sebuah foto hasil USG. Dilembaran ini tulisan Rindu menunjukkan kebahagiaan atas kehamilannya.

Hari ini perutku terasa mual, entah kenapa keinginan untuk makan rujak sambil disuapin Mas Arkan selalu melintas di fikiranku, hal yang tidak mungkin terjadi.

Hatiku begitu hancur saat membacanya, tak pernah ku penuhi tanggung jawabku sebagai suami selama ini.

"Kalian dimana sayang?. Papa Rindu, Papa butuh kalian, hidup Papa sudah tidak ada tujuan lagi selain kalian. Maafin papa, maaf" aku tahu tangisan ini tidak bisa membuat mereka kembali, tapi sungguh air mata ini tak bisa ku tahan.

Mataku tertuju untuk membaca lembaran terakhir yang di tulis istriku di diary nya.

Hari ini aku memutuskan untuk menemui Mas Arkan, meminta penjelasannya tentang undangan perceraian dari pengadilan, aku berharap kehadiran buah hati ini bisa menyelamatkan pernikahan kami. Setelah sekian lama tidak melihat Mas Arkan, hari ini rasanya aku ingin berlari kepelukannya, aku rindu mencium aroma tubuhnya, Tapi itu semua tidak mungkin kulakukan, aku harus menerima pil pahit, penolakan dari Mas arkan.

Hatiku begitu sakit saat Mas Arkan mengatakan kejadiaan malam itu hanya kesalahan, membuatku urung mengatakan keberadaan anaknya di perut ini. Tak hanya itu, dia juga mengusirku seolah aku ini hanya pengganggu.

Tak hanya itu saja, aku juga kecewa saat mengetahui Mas Arkan seorang G*y. Awalnya aku tidak percaya dengan omongannya Dani Asistennya. Tiba-tiba saja Dani datang kerumah ini, dia langsung menamparku, mencaciku,  mengatakan kalau dia dan Mas Arkan saling mencintai. Benar-benar gila, hubungan antar sesama lelaki. Mengetahuinya saja membuat hatiku hancur. Sakit karena tamparan Dani tidak sebanding dengan sakit hatiku.

Cinta pertamaku orang yang salah, aku mencintai sorang g*y. Bagaimana aku menjelaskan ini semua pada anak kami nanti?. Aku bingung.

Lebih baik aku pergi saja dari kehidupan Mas Arkan, sesuai keinginannya.

Benar-benar kurang ajar si Dani, beraninya dia menyakiti istriku. Bagaimana mungkin dia mengatakan kalau aku dan dia saling mencintai. Sungguh aku tidak menyangka dia seorang G*y, jangan-jangan gosip aku seorang g*y yang pernah beredar sebelum aku menikah adalah ulahnya. Aku harus memberi pelajaran padanya.

***
"Eh Pak Bos, tumben berkunjung kesini malam-malam, ada apa?" tanya Dani tanpa rasa bersalah padaku.

Bughhh!!. Kuberi pukulan tepat di wajahnya

"Apa-apaan ini Bos, salah saya apa?".

Bughhh!!. Kuberi dia pukulan lagi.

"Masih belum juga sadar apa kesalahanmu hah?" bentakku.

Bughhh!!!. Kuberi pukulan tanpa henti pada tubuhnya.

"Ini belum seberapa di banding tamparan yang kau berikan pada istriku. Beraninya kau menyakiti dia".

"Ampun Bos, ampun" kulihat dia memohon padaku.

"Jelaskan apa maksudmu menyakiti istriku" ucapku sambil menghentikan pukulanku.

"Saya tidak ada maksud apa-apa Bos. Saya hanya tidak ingin Bos tersakiti oleh istri Bos". Ucapnya sambil memegangi perutnya.

"Apa urusanmu mengurusi masalah rumah tanggaku. Dan apa maksudmu mengatakan bahwa aku mencintaimu. Kau fikir aku seorang g*y?. Aku benar-benar tidak menyangka, orang kepercayaanku berkhianat".

"Apa salahnya jika aku seorang g*y?. Apa salahnya kita memiliki hubungan, aku mencintaimu Bos semenjak pertama berjumpa" penjelasannya membuatku kemarahanku di ubun-ubun.

"Kau benar-benar tidak tahu malu ya. Aku ini laki-laki normal. Jangan bilang gosip aku seorang g*y itu ulahmu".

"Iya, aku melakukan itu semua karena aku mencintaimu Bos, aku tidak ingin Bos terluka. Wanita itu hanya pembawa masalah Bos. Aku janji tidak akan pernah menyakiti Bos" ucapnya tanpa malu memegang tanganku, dasar manusia gila.

"Jangan pernah kau menyentuhku, aku benar-benar tidak habis fikir, kalau sampai terjadi apa-apa pda istriku, kau yang harus bertanggung jawab" ancamku lalu segera meninggalkannya.

"Satu lagi, mulai sekarang kamu tidak usah ke kantor lagi. Kamu saya pecat" tambahku.

***
Enam bulan berlalu tak kunjung ada berita tentang keberadaan Rindu, hidupku benar-benar hancur. Tak ku pedulikan penampilanku sekarang, kubiarkan bulu-bulu halus memenuhi wajahku. Selepas pulang kerja langsung aku memutari kota ini, berharap bisa menemukan keberadaan Rindu. Tak ingin kulupakan tanggung jawabku sebagai atasan, banyak di antara mereka yang menumpukan hidup pada perusahaan ini. Tapi semua usahaku nihil, semua usaha sudah kulakukan. Memasang iklan di televisi, sosial media, di selebaran, namun tak ada satupun yang mengetahui keberadaan Rindu.

Bagaimana keadaan istri dan anakku sekarang?, Apa mereka sehat-sehat saja?. Apakah mereka memiliki tempat tinggal yang layak?. Apakah mereka makan makanan yang bergizi?, aku tidak tahu.

Harusnya sekarang usia kehamilan Rindu memasuki usia tujuh bulan. Apa Rindu tidak melewati masa mengidam, atau mabuk kehamilan?. Apa Rindu tidak merindukan ku?. Lagi-lagi isak tangisku pecah, hanya foto pernikahan dan foto hasil USG ini yang kumiliki, selalu berada di dekapanku disaat tidur.

***
Pagi ini saat terbangun dari tidur, terlihat sembilan panggilan tak terjawab di handphone ku oleh nomor baru, siapa?

Takdir PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang