part 13

8.6K 249 2
                                    

Pr 13

Sungguh Allah sang pembolak-balik hati. Hanya dengan sekali sentuhan di bibirku, membuat pertahananku runtuh amburadul tanpa bersisa. Aku jatuh cinta lagi untuk kedua ka pada orang yang sama. Bujang lapuk itu telah memporak-porandakan hatiku. Seenaknya mengambil first kiss ku, membuatku mabuk kepayang. Tak mampu berkutik di depannya. Hari-hari yang biasanya kami lalui dengan pertengkaran seperti Tom Jerry kini berubah dengan saling diam-diaman. Aku bagaikan sebongkah es di depan bujang lapuk itu. Hanya dengan tatapannya saja membuatku meleleh.

Mas Dimas tidak henti tertawa, saat kuceritakan semuanya pada dia. Dia malah mengejekku.

"Makanya dek, nggak usah sok-sok an mau balas dendam segala. Kamu aja masih labil gini, mas nggak yakin rencana awalmu berhasil. Makanya jangan terlalu benci dek sama orang, cinta dan benci itu beda-beda tipis" ucapnya padaku.

"Halahhh, sok bijak kamu Mas. Sok tahu juga,. Susah curhat sama jomblo akut. Ntar kalau kamu dah punya cewe Mas, kalau sempat galau aku orang yang pertama tertawa di atas penderitaanmu Mas" ujarku sambil mencibir.

"Biar aja jomblo, dari pada punya pasangan galau terus" balasnya.

***

Entah kenapa akhir-akhir ini Mas Arkan tidak mengijinkan ku untuk keluar bersama teman-temanku, tak terkecuali Mas Dimas. Memang dia mengijinkan teman-temanku juga Mas Dimas untuk main kerumah. Sikap Mas Arkan saat kami berkumpul begitu menjengkelkan, tiap bentar lalu lalang, tiap bentar minta ini, minta itu. Padahal biasanya sendiri juga bisa, apalagi di depan Mas Dimas. Membuat semua tamuku tidak bertahan lama dirumah. Mas Arkan berhasil membuat mereka merasa seperti penganggu, lama-kelamaan mereka sudah jarang untuk sekedar mampir, alasannya tidak enak dengan Mas Arkan. Palingan cuma Mas Dimas yang masih bertahan untuk main kerumah. Bujang lapuk itu berhasil membuatku melewati masa-masa mudaku. Hadeuhhhh.

Padahal aku berharap Mas Arkan mau mengajakku keperusahaannya, paling tidak disana aku bisa membuat patah hati fans nya, jangan ada lagi yang tebar pesona terhadap Mas Arkan. Masih teringat saat resepsi pernikahan kami, rata-rata mereka yang datang selalu menatap sinisku. Ternyata hanya khayalan saja, dia lebih memilih diantar Pak Joko.

Hufftt bagaimana cara menakhlukan seorang Arkan? Ada yang bisa bantu?

***
Terdengar suara deru mobil memasuki perkarangan rumah. Perlahan ku intip dari balik jendela lantai atas, mana tahu orang jahat. Mobil siapa yang datang? Aku baru lihat, perlahan kulihat sang pengemudi turun, lalu menuju bagasi belakang, lalu kembali menuju pintu kiri depan. Eh ternyata Mas Arkan, langsung aku berlari kecil ke lantai bawah.

Baru saja sampai anak tangga paling bawah, bel berbunyi. Cepat-cepat aku menuju pintu, dan langsung membukanya.

"Ayok masuk dulu Dan, kenalan dulu sama istriku" ajak Mas Arkan pada temannya.

"Nggak lah bos, soalnya kerjaanku masih numpuk dikantor. Gue pamit dulu ya" tolak temannya, sekilas dia melirikku dengan tatapan yang berbeda, yang jelas itu tatapan permusuhan, dasar laki-laki aneh.

"Ayok Mas, sekalian makan siang" ajakku sambil mendorong kursi roda Mas Arkan.

"Siapa yang tadi Mas" tanyaku sesampai di meja makan.

"Asistenku" balasnya.

***
Hari ini tepat tujuh bulan Mas Arkan melakukan terapi, perkembangannya cukup bagus. Seperti biasanya aku menemaninya kerumah sakit. Saat melewati lorong rumah sakit kami berpapasan dengan seorang Dokter perempuan.

"Mas Arkan" ucap sang dokter. Kulihat tag name di jasnya tertulis Shasa. Sepertinya mereka sudah saling kenal.

"Apakabar Mas? Lama nggak jumpa, o ya ini pasti istri Mas Arkan ya" tanyanya padaku.

"I...iya" jawabku gugup, Dokter ini begitu cantik dan modis, membuatku sedikit gimana gitu.

"Kenalin aku Shasa" ucapnya sambil memberi tangan untuk berjabat sambil tersenyum ramah.

"Saya Rin.." belum sempat aku melanjutkan omonganku mas Arkan menepis tanganku lalu di genggamnya.

"Nggak perlu kamu berkenalan dengan pengkhianat sayang, ntar kamu ketularan" ucap mas Arkan sambil menoleh dan tersenyum manis padaku. Apa-apaan si bujang lapuk ini, sepertinya dia lagi demam. Tapi kata-katanya sukses membuatku merona.

"Ayok lanjut jalan, ntar Dokter nya kelamaan nunggu" entah  kenapa aku merasakan sepertinya Mas Arkan menghindari Dokter cantik ini.

"I..iya, kalau gitu kami permisi dulu Dok" ucapku pada sang Dokter, sang Dokter hanya membalas dengan senyuman dan anggukan.

Kami langsung menuju ruangan Dokter Rudi,  jadwal hari ini hanya untuk konsultasi.

"Jadi gimana perkembangan kaki saya Dok" tanya Mas Arkan.

"Sejauh ini cukup baik, untuk sekarang ini kita fokus untuk melatih keseimbangan Pak Arkan, soalnya kondisi syaraf Pak Arkan sudah membaik kita tidak perlu melakukan terapi sesering biasanya, untuk bagian ini Pak Arkan bisa melakukannya dirumah. Jadwal Bapak kerumah sakit cukup untuk konsultasi aja sekarang" jelas Dokter Rudi sambil melihag berkas di tangannya.

"Lagian kan ada Mbak Rindu yang bisa membantu Bapak" tambah Dokter Rudi.

"Iya dok, terimakasih banyak Dok, sudah banyak membantu saya selama ini. Kalau gitu saya dan istri pamit dulu" ujar Mas Arkan sambil menyalami Dokter Rudi. Hari ini mas Arkan sukses membuatku serangan jantungan. Di depan Dokter Shasa tadi dia memanggilku sayang, sekarang ini kata-kata istri terlontar dari mulutnya. Apakah dia sudah menerimaku? Membayangkan nya saja membuat jantungku berdebar-debar.

"Iya, sama-sama Pak Arkan".

Takdir PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang