part 12

9K 252 4
                                    

Hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar pada sarapan kali ini. Tak sepatah katapun yang keluar dari mulutku dan si bocah. Aku juga tidak ingin dia berfikiran yang tidak-tidak karena kejadiaan semalam. Jangan sampai dia berfikir aku menyukainya, No!!. Itu adalah hal yang pertama aku hindari didalam kehidupanku.

***

Pagi ini aku harus kekantor, karena ada rapat penting mendadak. Selama ini aku hanya mengontrol perkembangan perusahaan melalui laptopku. Untuk menghadiri rapat biasanya papa yang menghandle perusahaan,berhubung papa sekarang berada diluar kota, mau tak mau aku harus memimpin rapat pagi ini. Lagian kondisi kakiku sudah membaik, hasil terapi selama beberapa bulan ini cukup membuahkan hasil. Meskipun masih menggunakan kursi roda setidaknya aku sudah bisa berjalan selangkah demi selangkah.

"Rindu, tolong kamu siapkan semua berkas di meja kerja ke dalam tas kerjaku. Hari ini aku mau ke kantor" perintahku pada Rindu.

"Aku ikut?" tanyanya.

" tidak, aku berangkat sama pak joko. Lagian juga ada dani asistenku yang bakal bantu aku di perusahaan" Tidak mungkin aku membawa anak bau kencur ini keperusahaan. Jangan sampai dia membuatku malu di perusahaan.

"Ya" kulihat rindu menuju ruang kerjaku. Ada yang aneh dengan dia belakangan ini. Dia tidak cerewet seperti biasanya, cenderung pendiam. Atau dia merasa tertekan karena tidak pernah aku ijinkan untuk keluar dengan si kekasihnya yang bau kencur itu?. Ah aku tidak peduli, bahkan untuk jalan dengan teman perempuannya saja aku tidak memberi ijin. Enak aja mau senang-senang sedangkan aku menderita. Jangan bilang aku jahat, aku masih memberinya ijin untuk memperbolehkan teman-temannya main kerumah, bahkan si mamas nya itu kubolehkan bertamu. Kurang baik apa aku coba?.

***
"Selamat datang pak bos" sambut Dani dan beberapa karyawan lainnya setiba aku di perusahaan. Dani langsung     menolongku untuk menaiki kursi roda, dan mendorongnya menuju ruang kerjaku.

"Jam berapa rapatnya di mulai dan?" tanyaku sesampai di ruang kerja.

"Jam setengah 10 pak bos,  ini berkas-berkasnya yang udah gue siapin" ucapnya sambil menyerahkan beberapa berkas.

Segera ku periksa semua berkas itu, hasil kerja dani tidak pernah mengecewakanku. Ini tahun ke tiga dia menjadi sekretarisku. Aku dan dani bisa di bilang berteman dekat, saking dekatnya pernah beredar gosip bahwa aku dan dani menjalin hubungan spesial, pastinya itu adalah awal mula beredar gosip yang mengatakan aku gay. Tidak beberapa lama setelah  itu juga beredar fotoku dan dani seperti berpelukan di klub, padahal saat itu sebenarnya dani sedang membantu memapah tubuhku yang saat itu sedang mabuk. Aku yakin dani laki-laki normal, Mana mungkin badannya besar seperti binaraga itu gay, membayangkannya saja membuatku tertawa geli. Aku dan dani juga tidak pernah menanggapi gosip yang beredar dengan serius, kubiarkan semua orang-orang bodoh di luar sana berasumsi sendiri. Tapi tidak dengan papa, gosip itu menjadi beban fikiran untuknya. Makanya keputusan untuk menikahi Rindu kuterima.

"Gimana pak bos rasanya udah nikah?" tanya dani padaku.

"Biasa aja dan." ujarku sambil tetap memeriksa berkas di tanganku.

"Masak sih bos, punya bini cantik gitu biasa aja".

"Sok tahu kamu, aku nikah aja kamu nggak datang. Selama aku dirumah dirumah sakit aja kamu nggak ada jenguk, pas aku bersemedi dirumahpun kamu nggak juga nongol. Jadi tahu darimana kamu bini gue cantik? Atau jangan-jangan kalian pernah jumpa tanpa sepengtahuanku?"  tanyaku penasaran.

"Kan gue udah bilang bos nggak bisa datang. Ada acara keluarga" jawabnya.

"Mana pernah gue jumpa bini lo bos, kan foto pernikahan lo bejibun beredar di media" tambahnya.

"Kapan lo mau nyusul, keburu tua ntar" ucapku.

"Gimana mau nyusul bos, calonnya udah di ambil orang" ujarnya sambil memutar- mutar kursi tempat duduknya.

"Wah sedih sekali nasibmu" ejekku.

"Padahal kami dekatnya udah lama, bahkan orang-orang juga tahu bos. Tapi dia memutuskan menikah dengan orang lain".

"Kenapa nggak lo pertahanin" tanyaku mulai tertarik dengan ceritanya.

"Percuma bos, lagian dia juga tidak tahu tentang perasaanku padanya. Kalau pun dipaksa juga tidak mungkin bos. Karena aku sadar bos, kami tidak bisa memiliki. Ayok kita keruang rapat, kalau gue cerita nggak bakal kelar-kelar.

"Ayok" ucapku.

***
Rapat selesai lepas tengah hari, aku meminta dani untuk mengantarku pulang, Soalnya pak joko sedang menjemput  papa kebandara.jangan sampai si bocah mencuri kesempatan untuk bermaksiat dirumahku dengan dimas kekasihnya, pergaulan remaja sekarang banyak yang diluar batas.

"Ayok masuk dulu dan, kenalan dulu sama istriku" ajakku setelah rindu membuka pintu.

"Nggak lah bos, soalnya kerjaan saya masih banyak di kantor. Gue pamit dulu ya." ucapnya tergesa-gesa menuju mobil. Benar-benar aneh.

"Ayok mas, sekalian makan siang" ajak Rindu sambil mendorong kursi rodaku.

Takdir PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang