Bab Dua

6.6K 684 211
                                    

Kedua mata berwarna hijau emerald itu bergerak mengikuti sudut pemandangan yang ingin ia lihat. Meski hanya pohon dan semak-semak saja yang dapat dilihatnya sekarang, gadis itu tampak serius mengamati lingkungan sekitarnya seolah mencoba mencari tahu lokasinya saat ini.

Dan melirik ke arah si gadis yang saat ini sedang dipapahnya menuju gua. Cuaca malam ini semakin mendung dan sepertinya akan turun hujan. Tentu saja ia tidak bisa membiarkan gadis yang tidak mengetahui identitasnya ini sendirian di tengah hutan. Berkat ketajaman matanya, ia bisa menemukan sebuah gua kecil dengan cepat.

"Hati-hati," kata Dan sembari membantu gadis itu duduk bersandar ke dinding gua. Ia lalu meletakkan pedang, busur, dan panahnya di samping gadis itu. "Jangan banyak bergerak. Meskipun sepertinya kau sudah mendapatkan pertolongan pertama, lukamu bisa terbuka kembali."

Ia melempar seulas senyum tipis di wajahnya sebelum mengarahkan tangan kanannya ke bagian perut si gadis yang terluka. Begitu Dan mengucapkan Light Heal, sebuah cahaya putih berkilauan menyebar di bagian perut yang terluka. Perlahan tapi pasti, luka tebasan di perutnya yang cukup lebar itu menutup.

Mendapati lukanya tertutup, gadis itu menatap Dan dengan kedua matanya yang seperti batu permata itu bingung. "Apa yang baru saja kau ucapkan?" tanyanya polos. "Kenapa tubuhku terasa lebih ringan dan hangat?"

Dan membuat seulas senyum hangat di wajahnya. "Ah, ini sihir penyembuhan," jawabnya. Cahaya putih berkilauan itu mulai meredup sampai akhirnya hilang tak berbekas. Laki-laki itu meletakkan kembali tangan kanannya di atas pangkuannya. "Walaupun aku hanya bisa menggunakan sihir penyembuhan sederhana seperti ini, setidaknya ini bisa mengurangi rasa sakitmu."

"Sihir?"

"Ya. Kau tidak mengetahuinya?"

Gadis itu menggeleng dengan polos dan itu membuat Dan menghela napas.

"Kau benar-benar tidak mengetahuinya?" tanyanya lagi.

Ia kembali menggeleng.

"Aneh. Baru kali ini aku melihat ada orang yang tidak mengetahui adanya sihir di dunia ini," kata Dan sembari menyilangkan kedua tangannya. "Berarti kau tidak tahu awal mula adanya sihir ataupun sejarah terbentuknya kerajaan-kerajaan di dunia ini?"

Gadis itu menggeleng lagi.

"Aneh. Ini benar-benar aneh," kata Dan sambil menyentuh dagunya. "Apa mungkin kepalamu terbentur? Tapi aku tidak menemukan luka apa pun di kepalamu."

Dan mengalihkan tatapannya ke luar gua, mencoba menyegarkan pikirannya yang saat ini sudah menemui jalan buntu mengenai gadis itu. Hujan yang turun beberapa saat lalu kini hanya menyisakan titik-titik air di dedaunan dan semak-semak. Bulan purnama yang sempat bersembunyi di balik awan kini tak enggan memancarkan sinarnya. Selama beberapa detik, Dan seakan terbius akan keindahan pemandangan langit malam yang cerah dan melupakan keanehan gadis itu.

"Heal."

Empat huruf yang diucapkan sangat lirih oleh gadis itu berhasil membuat Dan menoleh ke arahnya. Kedua matanya melebar melihat cahaya putih berkilauan yang jauh lebih besar dan luas ini menyebar di perut gadis itu. Namun, itu hanya berselang selama beberapa detik. Cahaya itu langsung redup dan gadis itu terbatuk-batuk.

"Hei, apa kau baik-baik saja?" tanyanya sembari mengelus punggung gadis itu. "Kenapa kau mencoba meniruku?"

"Aku hanya ingin melihat cahaya itu lagi," jawabnya polos. "Itu sangat cantik."

Dan kembali menghela napas. "Dengarkan aku. Tidak semua orang bisa merapal sihir. Hanya orang-orang terpilih dan dianugerahi sajalah yang dapat menggunakan sihir," jelasnya. "Melihatmu tadi aku bisa simpulkan kalau kau termasuk ke dalam golongan itu, tapi kau harus memperhatikan kondisimu. Jika kau menggunakan sihir ketika kondisimu lemah, itu hanya akan memperparah kondisimu. Kau mengerti?"

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang