Bab Dua Puluh Sembilan

1.4K 300 46
                                    

"Apa yang terjadi?" tanya Carolus bingung.

Ledakan-ledakan kecil masih terjadi di barisan pasukan Carolus membuat prajurit-prajurit miliknya berlari menyelamatkan diri. Gara-gara ledakan msiterius itu, formasi pasukan Carolus rusak dan berhasil menewaskan setidaknya tiga ribu prajurit secara mengenaskan.

"Serang!" perintah Gilbert, Aaron, dan Robert bersamaan.

"Hiyaah!!"

Teriakan yang berasal dari pasukan milik ketiga pemimpin wilayah itu mulai menyerang pasukan Carolus lainnya. Posisi mereka yang tersebar di sayap kiri, tengah, dan sayap kanan berhasil membuat kekacauan secara menyeluruh di pasukan Carolus.

Seorang prajurit berlari sambil mengarahkan pedangnya ke Marcus. Dia dengan mudah menangkis serangan dari prajurit itu dan menebasnya balik.

"Apa yang mereka lakukan?" tanya Marcus bingung sambil terus menangkis serangan yang tertuju padanya.

"Aku juga tidak mengerti apa yang terjadi," ucap Andrew. Ia menebas salah satu prajurit kavaleri milik Gilbert dari kudanya. "Yang kutahu adalah tiba-tiba ada ledakan dan hal ini terjadi."

"Apakah ledakan itu adalah sinyal bagi mereka untuk mulai menyerang pasukan kita?" tanya Philip. "Jika itu benar, maka sejak awal Tuan Gilbert, Tuan Aaron, dan Tuan Robert sudah berniat melakukan pengkhianatan pada Tuan Carolus."

"Berani-beraninya mereka melakukan ini pada Tuan Carolus!" ucap Thomas marah. Ia lalu menatap salah satu prajuritnya. "Laporkan ini pada ajudan Tuan Carolus kalau Gilbert, Aaron, dan Robert telah berkhianat."

Prajurit itu mengangguk lalu memacu kudanya menuju ajudan Carolus yang ikut membantu menahan serangan dari gabungan tiga pemimpin wilayah itu. Mendengar laporan itu, ajudan Carolus yang diketahui bernama Ed langsung mengangguk mengerti.

"Tuan Muda!" panggil Ed pada Alexander. "Saya akan melaporkan situasi di sini pada Tuan Carolus. Tolong ambil alih pasukan ini."

"Baiklah!" kata Alexander sambil menebas prajurit yang mendekatinya.

Ed langsung memacu kudanya menuju Carolus yang masih berdiri kebingungan.

"Tuan Carolus!"

"Oh, Ed." Carolus menatap Ed bingung. "Apa yang terjadi? Kenapa pasukan kita jadi berantakan begitu?"

"Tuan Gilbert, Tuan Aaron, dan Tuan Robert telah berkhianat," jawab Ed.

"Apa?" tanya Carolus tidak percaya. "Berani-beraninya mereka mengkhianatiku. Apakah mereka tidak takut kalau aku akan benar-benar membunuh orang yang mereka cintai?"

Ed hanya terdiam.

"Cepat habisi−"

"Ayah!"

Suara Alexander membuat ucapan Carolus terhenti.

"Ada apa? Kenapa kau meninggalkan pasukanmu?" tanya Carolus.

Alexander langsung turun dari kudanya dan berlari ke Carolus. "Lebih baik Ayah kembali ke pasukan," jawabnya. Ia lalu mengatur napasnya yang terengah-engah. "Pasukan Dan sudah terlihat kembali ke sini."

***

"Hiyah!"

Dan memacu kudanya. Laki-laki berambut hitam itu memimpin empat ribu orang di belakangnya kembali ke Kota Atla. Bendera Kerajaan Walta terlihat di samping kuda hitamnya.

"Dan, sebentar lagi kita akan sampai," kata Mira setelah melihat melalui kaca pembesar yang terbuat dari es.

Dan mengangguk. "Siapkan lapisan penghalang. Jangan biarkan ada satu orang pun yang kabur dari sini."

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang