Bab Tiga Puluh Empat

1.7K 324 87
                                    

Celena mengernyit bingung melihat wanita tua itu memanggil dirinya Elena.

"Elena, apakah ini benar kau, sayang?" tanya wanita itu sambil berjalan mendekat ke Celena.

Celena melihat ekspresi penuh harap di wajahnya yang sudah menua itu.

"Stephanie."

Suara berat milik pria berambut hitam yang sudah beruban membuat wanita itu menoleh.

"Ada apa?" tanya pria itu.

Terlihat Dan berdiri di samping pria itu.

"Sayang, lihat!" kata wanita itu senang sambil menunjuk ke arah Celena. "Ada Elena di sini."

"Elena?" tanya pria itu bingung. Ia lalu mengalihkan tatapannya pada Celena. Keterkejutan terlihat sangat jelas di sorot mata hijau emerald-nya.

"Permisi," sela Dan sungkan, "kurasa ada salah paham di sini."

"Apa maksudmu? Jelas-jelas dia Elena!" bantah Stephanie.

"Stephanie, dengarkan penjelasan Dan dulu."

Dan berjalan ke arah Celena dan mengajaknya mendekat ke pasangan itu.

"Biar kuperkenalkan, gadis ini bernama Celena. Dia saat ini adalah seorang kesatria magang di istana," kata Dan. Laki-laki itu lalu mengalihkan tatapannya pada Celena. "Celena, beliau adalah Sebastian Mazel, pemimpin wilayah bagian selatan saat ini. Lalu wanita ini istrinya, Stephanie Mazel."

***

Sebastian dan Stephanie mengajak mereka berdua datang ke rumah mereka. Rumah mereka terletak di salah satu distrik di Kota Meiza. Setidaknya butuh satu jam perjalanan dari Lamian untuk bisa sampai ke kediaman Keluarga Mazel itu.

Rumah Keluarga Mazel cukup jauh dari perkotaan. Meskipun terletak berdekatan dengan kawasan hutan, rumah mereka tetap terlihat megah dan elegan.

"Silakan masuk," kata Sebastian setelah seorang pelayan laki-laki membukakan pintu untuknya.

Dan dan Celena mengikuti pria itu dari belakang. Sebastian langsung menginstruksikan Stephanie untuk memberitahu pelayan agar membuatkan jamuan. Ia lalu menggiring Dan dan Celena ke ruang tamu.

"Silakan duduk."

"Terima kasih," ucap Dan.

Mereka berdua lalu duduk berhadapan dengan Sebastian.

"Terima kasih sudah datang," kata Sebastian, "aku jadi merasa semakin tidak enak dengan Will karena dia masih mengutus seseorang untuk menemuiku padahal aku sendiri tidak bisa datang ke pertemuan pemimpin wilayah dan rapat koordinasi perang.

"Ada saja halangan saat mau datang ke pertemuan itu, mulai jatuh dari tangga sampai aku harus mengurus istriku yang tiba-tiba jatuh sakit."

Dan menggeleng. "Tuan tidak perlu khawatir. Will tidak mempermasalahkannya, kok," balasnya. Ia lalu menundukkan kepala ke arah Sebastian. "Justru kami berterima kasih atas bantuan yang Tuan berikan saat perang kemarin."

Sebastian tersenyum. "Panggil aku Kakek Sebastian saja. Lagipula kau juga anak angkat Darius, teman Elena. Keluarga Darius berarti keluargaku juga karena dia sudah kuanggap sebagai anak kandungku sendiri."

"Ah, hm. Ka-kakek Sebastian."

Pria itu kembali tersenyum lebar melihat kekakuan Dan.

Stephanie memasuki ruang tamu dengan seorang pelayan wanita di belakangnya.

"Maaf ya jika tadi aku membuat suasana menjadi tidak enak," kata Stephanie sembari duduk di samping Sebastian. Ia lalu menginstruksikan pelayan itu untuk meletakkan jamuan yang sudah dia siapkan di atas meja.

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang