Bab Tujuh

2.1K 404 79
                                    

Will mengintip dari balik pintu perpustakaan istana. Saat ini setidaknya sudah memasuki tengah malam, tapi kedua mata hijau emerald-nya menangkap cahaya lilin dari meja di sudut ruangan.

"Apa yang sedang kau lakukan tengah malam begini?" tanyanya.

Gadis berambut pirang bergelombang itu terlihat sedikit terperanjat setelah mendengar suara yang tiba-tiba muncul dari belakang punggungnya. Dia menoleh dan Will bisa menangkap eskpresi lega dari paras cantiknya.

"Aku sedang mengejar ketertinggalanku dari siswa lain," jawabnya kemudian membaca buku mengenai Teknik Pedang Kerajaan Walta kembali.

Laki-laki berambut hitam ini tersenyum lalu mengarahkan tangan kanannya ke punggung Celena. "Heal."

Celena kembali terperanjat setelah mendapati tubuhnya yang penuh luka berangsur pulih. Begitu cahaya menyilaukan itu menghilang, ia lekas berdiri dan memberi hormat pada Will. "Terima kasih atas perhatianmu, Will."

"Ini hanya hal kecil kok. Sudah, duduk lagi," katanya sembari membuat Celena kembali duduk di kursinya. "Apakah terjadi sesuatu di akademi?"

Celena menoleh ke arahnya dengan cepat dan mendapati laki-laki berumur dua puluhan itu menatapnya lembut. Tatapan lembut itu entah kenapa membuat Celena merasa nyaman.

Will menarik kursi di samping Celena. "Pasti sesuatu terjadi di akademi, kan? Jika tidak terjadi apa-apa, aku pasti tidak akan menemukanmu belajar terburu-buru dengan badan penuh luka seperti tadi," lanjutnya sambil mengarahkan pandangannya pada punggung gadis itu. "Coba ceritakan padaku. Mungkin aku bisa membantumu keluar dari masalahmu."

"Aku bingung dari mana harus memulainya," ucap Celena setelah beberapa detik terdiam dan menimbang apakah ia akan menceritakannya pada Will.

"Tenang saja, malam masih panjang kok."

Celena tersenyum mendengar tanggapan santai dari raja kerajaan ini. "Hari pertamaku di akademi tidak berjalan lancar. Aku tidak memiliki teman bahkan tempat di sana."

"Hm, bagaimana bisa? Padahal aku yakin kau pasti memiliki banyak teman."

"Seseorang tanpa marga keluarga sepertiku tidak layak berada di akademi," jawabnya parau. "Begitulah yang kudengar hari ini."

"Siapa yang mengatakannya?"

"Alexander Greece."

Will menghela napas. "Lagi-lagi anak itu."

"Sejak di akademi aku penasaran, apakah dia kenalanmu?"

"Lebih tepatnya dia adalah sepupuku. Dia anak dari kakak ayahku, Carolus Greece."

"Dia benar-benar berbeda darimu Will." Gadis itu tertawa kecil.

"Jangan perjelas hal itu dong. Harga diriku terlukai nih," kata Will yang kemudian berpura-pura sedang kesakitan dengan menyentuh dadanya. "Ya, didikan yang kami terima jelas berbeda. Paman Carolus mendidiknya dengan keras dan terus mengatakan kalau kerajaan ini hanya bisa bertahan dengan perlindungan dari bangsawan. Satu sisi, hal tersebut mengajarkan para bangsawan harus berada di garis terdepan ketika sesuatu mengancam kerajaan ini muncul. Namun, di sisi lain juga menimbulkan suatu paham kalau hanya para bangsawanlah yang pantas menjadi seorang kesatria."

Celena mengangguk-anggukan kepalanya. Ia bisa memahami dari mana sikap sombong Alexander berasal dari penjelasan Will. "Lalu apa yang diajarkan oleh ayahmu?"

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang