Seorang wanita muda bertubuh ramping dan tinggi berjalan melalui koridor istana yang didominasi warna cokelat muda. Rambut pirang pucat yang memanjang sampai ke pinggang ia ikat kucir kuda.
Wanita muda itu menghentikan langkahnya di depan pintu besar berwarna cokelat kehitaman dengan simbol ular yang melilit cawan di bagian tengah.
"Yang Mulia, ini saya Trisha," ucap wanita itu cukup keras.
"Masuklah."
Pintu besar itu lalu dibukakan oleh prajurit yang berjaga di depan. Trisha melangkah masuk.
"Kabar apa yang kau bawa hari ini, Trisha?" tanya pria muda yang sepertinya berumur tiga puluh tahunan ini. Ia menatap lurus Trisha sambil memainkan gelas anggur dengan tangan kanannya.
"Saya membawa kabar tentang perang kudeta yang terjadi di Walta, Yang Mulia."
Pria muda itu tiba-tiba menegakkan posisi duduknya. "Trisha, bukankah sudah kubilang untuk berbicara tidak formal padaku ketika tidak ada orang selain kita?" Ia lalu mencondongkan tubuh. "Dan panggil aku Darren."
Trisha menatap laki-laki itu sejenak. "Maafkan aku, Darren."
Sebuah senyum mengembang di wajah Darren. "Bagus. Ini baru wanitaku," kata pria muda itu senang. Ia lalu meminum anggurnya sedikit. "Jadi, apa yang ingin kau sampaikan tadi?"
"William Greece berhasil membunuh Carolus dan memenangkan perang itu," jawab Trisha.
Senyum kembali terlukis di wajah penguasa Souna itu. "Sesuai dugaanku, dia bisa menyelesaikan permainan anak kecil ini dengan cepat."
"Lalu ada surat untukmu, Darren."
"Untukku?" tanya Darren sambil menunjuk dirinya sendiri. "Dari William?"
Trisha mengangguk.
"Bacakan untukku."
Trisha kembali mengangguk dan membuka amplop putih dengan cap hijau bersimbol rusa yang tanduknya ditumbuhi daun-daun kecil.
"Salam, Raja Souna, Darren Candrea. Bagaimana kabarmu? Aku harap kau baik-baik saja saat menerima pesanku ini. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih untuk permainan kecil yang kau kirim untukku. Aku benar-benar menikmatinya.
"Ah ... bagaimana kalau lain kali aku datang bermain ke kerajaanmu? Aku harap kau dapat menerimaku dengan hangat saat waktu itu tiba. Salam, William Greece."
Tawa keras keluar dari mulut Darren. "Hahaha ... benar-benar orang yang menarik."
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Semua kerajaan sudah mengeluarkan pedangnya masing-masing. Dengan begini, kita bisa memulai permainan yang sebenarnya," jawab Darren penuh arti. Ujung bibir laki-laki itu naik sebelah. "Mari kita lihat, pedang siapa yang akan patah terlebih dulu."
***
Seorang wanita yang memakai jubah bertudung mengetuk pintu ruang kerja Han.
"Yang Mulia, ini saya Freya."
"Masuklah."
Freya memasuki ruang kerja Han dengan seorang laki-laki muda yang juga memakai jubah bertudung. Beberapa helai rambut berwarna keperakan terlihat keluar dari tudung yang mencoba menyembunyikannya.
"William Greece berhasil memenangkan perang dengan telak," kata Freya. Wanita itu lalu menundukkan kepalanya ke Han. "Saya ingin meminta maaf pada Yang Mulia karena tidak bisa memenuhi perintah Tuan untuk mencari tahu tentang gadis bernama Celena dan membunuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]
Fantasi#Wattys2020 Winner - Fantasy Kehilangan bukan sesuatu yang dapat dijadikan alasan untuk menyerah. Menyerah untuk tertawa, menyerah untuk bertarung, atau menyerah untuk hidup. Meski kehilangan identitas dan jati dirinya, gadis itu tak menyerah. Denga...