Bab Tiga Puluh Lima

2.7K 329 68
                                    

Lily membuka perban yang selama ini membalut telinga kanan Celena. Gadis itu mengamati daun telinga Celena yang semula robek cukup lebar kini telah menyatu dengan sempurna. Meskipun demikian, luka yang Celena terima saat perang itu meninggalkan bekas gores di sana.

"Rejuvenation," ucap Lily sambil mengarahkan tangan kanannya ke telinga Celena.

Bekas luka di daun telinga Celena perlahan menyusut dan menghilang.

"Sudah," kata gadis itu sambil tersenyum.

Celena meraba daun telinganya yang sudah kembali mulus. "Terima kasih, Lily," kata Celena, "aku jadi teringat saat hari-hari pertama aku datang ke sini. Saat itu kau juga menyembuhkan dan menghilangkan bekas lukaku."

"Benarkah?" tanya Lily sambil tersenyum. "Hm, yah hanya ini yang bisa kulakukan. Aku tidak bisa bertarung di garis depan sepertimu atau Putri Alicia. Jadi, setidaknya aku ingin berguna sebagai bagian dari regu pendukung, seperti menjadi seorang penyembuh."

Gadis berambut pirang bergelombang itu ikut tersenyum.

Ketukan pintu yang cukup pelan membuat mereka berdua menoleh dan melihat Alicia sudah berdiri di ujung pintu.

"Celena, bisakah aku berbicara padamu?" tanya Alicia sungkan.

"Hm, tentu."

Alicia lalu berjalan mendekati Celena dan duduk di depannya.

"Apa yang ingin Putri Alicia bicarakan dengan saya?" tanya Celena.

"Aku ... aku ingin minta maaf," jawab Alicia sambil menundukkan kepalanya ke Celena. "Maafkan aku jika selama ini aku telah menyakiti perasaanmu dengan ucapan maupun tindakanku, khususnya saat perang kemarin.

"Aku terlalu cepat menyimpulkan sesuatu dan mudah terbawa perasaan. Aku langsung menghakimimu sebagai seorang pengkhianat padahal kau justru membantu rencana kakakku. Tolong maafkan aku, ya Celena?"

"Putri Alicia tidak perlu meminta maaf karena Putri tidak melakukan kesalahan apa pun. Saat menerima tugas itu saya sudah siap menerima semua konsekuensinya, termasuk dianggap sebagai seorang pengkhianat. Jadi, Putri tidak perlu merasa bersalah karena sudah menyebut saya seorang pengkhianat atau mengarahkan panah Putri pada saya," balas Celena.

Sebuah senyum mengembang di wajah Putri Alicia. "Celena ...," kata gadis itu haru. Ia lalu menarik kedua tangan Celena dan menggenggamnya. "Aku sadar kalau masih banyak yang harus aku pelajari. Maka dari itu, aku ingin memintamu untuk membantuku belajar."

"Namun, saya tidak sepintar Will atau sekuat Dan. Apa Putri yakin meminta bantuan pada saya?"

Alicia mengangguk kuat. "Tidak salah lagi. Hanya kau yang bisa membantuku," jawab gadis itu yakin, "lagipula aku tidak meragukan kemampuan seseorang yang merupakan lulusan terbaik di akademi."

Celena melempar seulas senyum ke Alicia. "Baiklah, kalau begitu dengan senang hati saya menerima permintaan ini."

"Benarkah? Terima kasih, Celena!" Alicia langsung memeluk Celena selama beberapa saat sebelum melepas pelukannya. "Oh ya, Kakak memanggilmu."

"Will? Ada apa?"

"Entahlah. Lebih baik kau segera menemuinya."

***

Celena mengetuk pelan ruang kerja Will.

"Will, ini aku, Celena."

"Masuklah."

Gadis berambut pirang itu lalu membuka pintu ruang kerja Will. Laki-laki itu tidak sendiri. Celena juga melihat Dan, Ahn, Sebastian, dan Stephanie juga berada di ruangannya.

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang