Bab Tiga Puluh

1.4K 302 32
                                    

Ahn, Alicia, dan Lily menoleh ke arah Will dengan terkejut. Mereka tidak mengerti maksud perkataaan laki-laki itu barusan.

"Apa maksud semua ini, Celena?" tanya Carolus lagi. "Kau sudah berjanji akan membantuku, kan? Kau juga sudah menebas prajurit Will tadi untukku. Lalu, apa maksud tindakanmu barusan?"

"Celena menebas prajuritku untuk Paman?" tanya Will. "Tidak ada prajuritku yang mati karena pedangnya. Paman sepertinya salah lihat."

Pernyataan Will ini kembali mengejutkan semua orang.

Carolus tertawa parau. "Apa maksudmu Will? Jelas-jelas tadi Celena menebas salah satu prajuritmu. Noda darahnya saja masih menempel di pedang dan wajahnya."

"Mana?"

"Apa kau tak−"

Matanya melebar begitu melihat betapa bersihnya bilah pedang gadis itu. Darah yang menempel di wajah Celena pun hanya dari goresan lukanya.

Will mengembangkan seulas senyum lagi di wajahnya. "Sebanyak apa pun Celena menebas atau menggunakan sihirnya, selama sihir ilusiku aktif tidak akan ada orang yang terluka atau mati karenanya," jelas laki-laki berambut hitam pendek itu.

Carolus kehilangan kata-kata. Celena berjalan melewatinya tanpa merasa bersalah. Ia menghampiri prajurit yang ditebasnya tadi.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Celena khawatir. Matanya menjelajah tiap anggota tubuh prajurit itu mencoba menemukan luka.

Prajurit itu terlihat kebingungan. Beberapa saat yang lalu ia merasa sedang berada di ujung kehidupannya, tapi sekarang dia merasa baik-baik saja.

"Light Heal." Celena mengarahkan tangan kanannya pada luka gores di tangan prajurit itu. "Kalau kau sudah merasa baikan, segera kembali ke posisimu."

Prajurit itu hanya mengangguk ragu.

"Darius, aku minta maaf," kata Will sambil menatap Darius yang juga kebingungan dengan situasi saat ini, "bisakah kau mengembalikan pasukan Celena? Tenang saja, dia ada di pihak kita."

"Ah ... hm, baiklah," sahut Darius bingung. Ia lalu berdiri menghadap pasukannya. "Kau dengar apa kata Will tadi, kan? Kembalilah ke barisan kalian semula. Pemimpin kalian sudah menunggu."

Prajurit yang tadi bergabung dengan pasukan Darius dan Andreas karena melihat pengkhianatan Celena kembali ke barisan mereka semula.

"Alexander, Ed, segera kembali ke pasukan kalian," perintah Carolus. Ekspresi wajahnya kaku sekali seperti sedang menahan amarah. "Ed, aku ingin kau menghabisi pasukan Gilbert, Aaron, dan Robert lalu menahan serangan dari pasukan Dan sampai bala bantuan tiba.

"Alexander, aku ingin kau menggantikanku memimpin pasukan utama."

Kedua laki-laki itu mengangguk. Mereka lalu bergegas menaiki kuda dan memacunya sampai ke kembali pasukan mereka.

Celena mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. "Semua pasukan bersiap menyerang," ucap gadis itu lantang. Ia lalu mengarahkan pedangnya ke depan. "Serang!"

Lalu, perang yang sesungguhnya pun dimulai.

***

"Aargh!"

Prajurit milik Carolus yang baru saja Celena tebas jatuh tersungkur ke tanah.

Tak lama kemudian, prajurit lain berlari ke arah Celena dan berniat menebas gadis itu dari belakang. "Hiyaah!"

Gadis berambut pirang itu berbalik dan langsung menebas prajurit itu dengan cepat. Lagi-lagi, satu orang mati karena pedangnya.

Celena mengatur napasnya yang mulai terengah-engah. Ia tidak tahu total prajurit Carolus yang sudah ia tebas dengan pedang kesayangannya ini.

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang