Bab Dua Puluh Empat

1.4K 299 29
                                    

"Maaf, apa maksud Paman?" tanya Will setelah terdiam beberapa saat begitu mendengar pernyataan mengejutkan dari Carolus.

"Seperti yang kukatakan tadi, aku ingin kau turun dari posisi raja," ulang Carolus dingin.

"Kenapa?" tanya Will. "Apa alasan Paman memintaku turun dari takhta?"

"Karena kau tak layak menjadi raja, Will."

"Kalau aku tak layak menjadi raja, lalu siapa orang yang pantas menjadi raja?"

"Aku," jawab Carolus penuh percaya diri.

Will menatap lurus Carolus. Tak ada perasaan bersalah atau sungkan dari ekspresi wajahnya. "Apa yang membuat Paman merasa lebih layak menjadi raja?"

"Karena aku memiliki kekuatan dan keberanian."

"Bukankah aku juga memiliki dua hal itu?"

"Tidak. Kau tidak memilikinya," jawab Carolus tegas.

"Lalu apa arti kekuatan dan keberanian bagi Paman? Kenapa Paman menganggapku tidak memilikinya?"

"Seorang raja harus memiliki tiga kekuatan. Kekuatan untuk menaklukan, kekuatan untuk memberi rasa takut, dan kekuatan untuk melindungi.

"Seorang raja juga harus memiliki keberanian. Percuma saja jika dia memiliki kekuatan yang besar, tapi dia adalah sosok penakut.

"Dia harus menjadi orang pertama yang mengangkat pedang ke kerajaan lain dan menjadi orang terakhir yang berdiri di medan perang. Dia tidak akan pernah merasa takut sekuat apapun lawan yang dihadapinya," jawab Carolus.

"Oh, jadi Paman menyebutku tidak layak menjadi raja dan memintaku turun dari takhta karena aku tidak suka berperang. Begitu, ya?" tanya Will. "Kenapa Paman ingin sekali pergi berperang?"

"Sudah saatnya Walta kembali menunjukkan taringnya pada kerajaan lain. Aku sudah lelah dengan sikap semua orang yang selalu meremehkan Walta. Aku ingin membungkam mulut kotor mereka dan membuat mereka memohon ampunan dari kerajaan yang sudah mereka hina selama ini."

"Begitu rupanya. Sepertinya aku dan Paman akan sulit berada di jalan yang sama karena kita punya pemikiran yang berbeda," komentar Will dingin. Pria berambut hitam itu menatap lurus Carolus. "Apa Paman tahu alasanku tidak pernah memulai sebuah perang?"

Carolus hanya terdiam.

"Itu karena aku merasa tidak ada untungnya bagiku dan bagi Walta untuk memulai atau terlibat dalam sebuah perang," lanjut Will. Ia lalu menyilangkan kakinya. "Bagiku, perang hanya akan memberikan kerugian bahkan untuk kerajaan yang memenangkannya.

"Paman pasti tahu betul bahwa sebuah kerajaan harus menyiapkan pasukan sebelum berperang. Pasukan yang mereka siapkan harus lebih unggul dari kerajaan lain, baik dari segi jumlah maupun kekuatan. Tentu saja biaya untuk mendapatkan itu tidaklah sedikit. Ini adalah kerugian pertama yang akan dialami kerajaan dari sebuah peperangan, pemborosan dana anggaran.

"Kerugian kedua, kemungkinan kehilangan prajurit dan kesatria terbaik di kerajaan. Perang adalah situasi yang tidak bisa diprediksi. Meskipun setiap kerajaan mengeluarkan prajurit dan kesatria terbaiknya, apakah itu menjamin kemenangan mereka di medan perang?

"Jawabannya tidak. Mereka malah harus menyiapkan langkah antisipasi jika mereka kalah dalam peperangan dan kehilangan pasukan terbaiknya. Belum lagi soal ganti rugi pada keluarga yang mereka tinggalkan.

"Kerugian ketiga, menurunnya kepercayaan rakyat pada kerajaan. Kerajaan akan mendapatkan wilayah kekuasaan yang lebih luas ketika memenangkan peperangan. Namun, apakah itu akan memenangkan hati rakyat dengan mudah? Tidak.

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang