Darah segar yang menetes dari ujung bilah pedang berwarna putih-metalik-keperakan itu menodai tumpukan salju di tanah. Beberapa detik yang lalu, Celena baru saja menebas salah satu prajuritnya. Cipratan darah yang menyembur dari dada prajurit malang itu pun masih membekas di pipi mulusnya.
Semua orang di medan perang terbelalak kaget dengan aksi tidak terduga dari Celena, kecuali satu orang yang tak lain adalah Carolus. Pria paruh baya itu bahkan menyunggingkan sebuah senyum lebar di wajahnya.
Beberapa prajurit terlihat berlari ke arah Celena sambil mengangkat pedang. Mereka berniat membalaskan dendam atas kematian rekan mereka pada gadis itu. Namun, ujung pedang mereka tidak bisa mengenainya karena mereka didorong mundur terlebih dahulu ke belakang oleh Celena dengan sihir anginnya.
Melihat hal itu secara langsung membuat Darius mengerti alasan Will memercayakan pasukan bagian tengah ke Celena. Selain terlibat dalam mempersiapkan pasukan, kemampuan untuk menggunakan dua bentuk perubahan Mana membuat kekuatan Celena hampir menyamai kekuatan Dan.
"Jangan bertindak sembarangan! Tunggu perintah dari Will!" teriak Darius dari posisinya. "Cepat menjauh dari gadis itu dan bergabunglah dengan pasukan lain!"
Ribuan prajurit langsung berlari ke belakang atau bergabung dengan pasukan lain begitu mendengar perintah dari Darius.
"A-Apa yang terjadi?" tanya Ahn bingung. Kedua matanya bergerak mengikuti ribuan orang yang berlari menjauh dari Celena. "Apakah aku salah lihat?"
Will yang berada di samping kiri Ahn hanya terdiam. Meskipun demikian, ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
"Celena!" seru Alicia. "Apa yang sudah kau lakukan? Apa kau sudah gila?"
Gadis berambut pirang itu hanya diam di tempatnya. Setelah melakukan aksi pembelotan, gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Ia masih memegang pedang kesayangannya ke samping dan bahkan tidak mengejar pasukannya yang lari menyelamatkan diri.
"Celena!" teriak Alicia marah. "Kenapa kau tega melakukan ini pada Kakak? Apa dia pernah berbuat salah padamu? Dia bahkan menerimamu baik di sini. Kenapa kau tega mengkhianatinya?"
Celena tidak menjawab.
"Selama ini kau anggap kami apa? Apa mungkin semua tawa dan tangis yang kita lalui bersama itu hanya palsu? Apa kau telah membohongi kami?" tanya gadis berambut cokelat kastanye itu pahit. "Apa kau sengaja bersikap polos untuk menarik simpati kami dan membuat kami lengah? Benar begitu, Celena?"
Gadis berambut pirang bergelombang yang diikat kucir kuda itu hanya bergeming di tempatnya.
"Jawab aku, Celena! Jangan diam saja!" teriak Alicia kesal.
Namun, Celena tetap tidak menjawab.
Kesal karena tidak mendapat jawaban dari Celena, Alicia bergegas mengambil panah dan busurnya. Gadis itu langsung membidik Celena dengan gemetar.
"Hentikan, Alicia!" perintah Will sambil memegang pundak adiknya.
Sudah terlambat. Panah itu sudah memelesat menuju Celena. Melihat panah yang mengarah padanya, Celena masih bergeming di tempat. Beruntungnya panah yang dilepaskan Alicia ini hanya mengarah lurus ke bagian samping kanan Celena. Meskipun sedikit meleset, panah itu berhasil menggores pipinya dan membuat daun telinga Celena robek.
Alicia mencoba mengatur napasnya yang terengah-engah. Melepaskan panah dalam kondisi marah cukup membuat napasnya tidak teratur. Ia lalu menoleh ke arah Will dan menatapnya tajam.
"Kenapa Kakak mengangguku?" tanya Alicia marah. "Kalau tadi Kakak tidak menggangu, pengkhianat itu pasti sudah mati."
"Kita perlu mendengar alasannya terlebih dahulu, Alicia," jawab Will.
"Kita tidak butuh alasannya, Kak," bantah Alicia cepat. Ia lalu menatap Celena penuh kebencian. "Apa pun alasan yang dia berikan, dia tetaplah seorang pengkhianat."
"Dia bukan seorang pengkhianat, Alicia," ucap Carolus sambil memerintahkan kudanya maju beberapa langkah. Pria paruh baya itu lalu turun dan mendekati Celena. "Tindakan Celena ini justru semakin menjelaskan ketidaklayakan Will sebagai raja.
"Pintar dan punya banyak Mana saja tidak cukup memimpin sebuah kerajaan. Orang baru seperti Celena pun menyadari hal itu. Dia tahu Walta butuh raja yang bisa membuat kerajaan ini bersaing sejajar dengan kerajaan lain dan itu bukan kau, Will, melainkan aku.
"Jadi, jangan salah sangka. Kita melakukan ini untuk kebaikan Walta."
"Apa? Berani-beraninya Paman berkata seperti itu," kata Alicia kesal.
Will melirik tajam ke arah Alicia dan mengisyaratkan adiknya untuk diam. Gadis berambut cokelat kastanye itu mencoba membantah, tapi Will menggeleng pelan. Ia lalu menuruti perintah kakaknya dengan terpaksa.
"Paman, pembicaraan kita sudah selesai, kan?" tanya Will tajam. "Bisakah kau tidak menganggu ketika aku berbicara dengan Celena nanti?"
"Oh, tentu."
Will mengalihkan tatapannya pada Celena. Sejak melakukan aksi pembelotan, gadis itu masih menunduk seolah tidak berani menatap orang-orang yang telah menemani hari-harinya selama ini.
"Celena," panggil Will lembut, "angkat kepalamu dan lihatlah aku."
Gadis berambut pirang itu memberanikan diri mengangkat kepalanya. Laki-laki berambut hitam lurus pendek itu menatapnya lembut. Tidak ada kemarahan atau kebencian yang terpancar dari kedua mata hijau emerald itu.
"Aku ingin bertanya satu hal padamu dan aku ingin kau menjawabnya dengan jujur," pinta Will.
Celena mengangguk.
"Apa alasanmu melakukan ini padaku?"
"Aku ... ingin mencari ingatanku," jawab Celena setelah terdiam sambil menatap Will, "aku ingin memiliki jati diri seperti orang lain."
"Begitu rupanya," komentar Will. Seulas senyum tipis mengembang di wajahnya. "Yah ... mau bagaimana lagi. Jika itu alasanmu, aku tidak bisa menyalahkanmu."
"Kakak!" seru Alicia tidak terima.
BOOM!
Suara ledakan yang cukup keras mengalihkan perhatian semua orang. Carolus menoleh ke arah suara itu berasal. Matanya langsung melebar begitu melihat lautan api sudah melahap sebagian pasukannya.
***
Hi, there!
Finally, bisa up lagi. Fiuh, tidak terasa sudah mendekati bab-bab terakhir Celena series. Bagaimana pendapat kalian tentang bab ini, terutama reaksi Will terhadap pengkhianatan Celena? Mungkin sebagai salah satu penggemar tokoh Will, apakah kalian ikut tidak terima Will diperlakukan begitu seperti yang Alicia lakukan?
And i just want to laugh hard because finally Carolus kena karmanya juga setelah bersikap sombong dan provokatif wkwkwk. Menurut kalian, siapakah yang meledakkan pasukan Carolus?
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]
Fantasy#Wattys2020 Winner - Fantasy Kehilangan bukan sesuatu yang dapat dijadikan alasan untuk menyerah. Menyerah untuk tertawa, menyerah untuk bertarung, atau menyerah untuk hidup. Meski kehilangan identitas dan jati dirinya, gadis itu tak menyerah. Denga...