Bab Sembilan Belas

1.6K 342 41
                                    

Will menghampiri kursinya lalu duduk. Ahn dan Dan langsung memposisikan diri di belakang laki-laki itu.

"Silakan beri hormat kalian pada Yang Mulia," perintah Ahn.

"Pemimpin wilayah bagian utara, Andrew Dean datang menghadap Yang Mulia," sapa seorang pria muda berumur tiga puluhan sembari menundukkan pandangan dan meletakkan tangan kanannya di dada kiri.

"Pemimpin wilayah bagian timur laut, Gilbert von Candrea datang menghadap Yang Mulia William," sapa pria berambut cokelat muda yang sepertinya seumuran dengan Ahn.

"Pemimpin wilayah bagian timur, Thomas Edmond datang menghadap Yang Mulia," sapa pria paruh baya bertubuh cukup subur seraya menundukkan kepala.

"Pemimpin wilayah bagian tenggara, Aaron Deichmann datang menghadap Yang Mulia," sapa pria bertubuh jangkung dan berambut hitam lurus.

"Pemimpin wilayah bagian selatan, Carolus Greece datang untuk menemuimu, Will," sapa Carolus sambil melempar seulas senyum sebelum menundukkan pandangannya.

Will membalas senyum itu.

"Pemimpin wilayah bagian barat daya, Marcus Harrison datang menemui Anda, Yang Mulia," sapa pria berambut cokelat gelap yang sepertinya berumur empat puluhan.

"Pemimpin wilayah bagian barat, Robert Floyd datang menghadap Anda, Yang Mulia Will," sapa pria berambut cokelat pendek yang sudah mulai beruban.

"Pemimpin wilyah bagian barat laut, Philip Odelix datang menghadap Anda, Yang Mulia," sapa pria muda berambut hitam panjang yang diikat satu ke bawah.

Will mengedarkan pandangan dan tatapannya jatuh pada satu kursi kosong di sebelah Philip. "Kakek Sebastian belum datang, ya?"

"Tuan Mazel sepertinya absen lagi untuk pertemuan rutin ini," ucap Ahn.

"Yang Mulia, bukankah sudah waktunya kita mengeluarkan beliau dari forum ini?" tanya Thomas. "Beliau juga sepertinya sudah tidak peduli lagi dengan kondisi politik Walta setelah putrinya yang menjadi ratu di Clarion meninggal."

"Saya setuju dengan pendapat Tuan Edmond," timpal Marcus. "Lebih baik kita memberi posisi penasehat politik sekaligus tetua kerajaan pada orang lain yang lebih bersedia dan peduli pada Walta. Kita tidak bisa membuat posisi itu selalu absen di setiap pertemuan."

"Aku menghargai kekhawatiran dan pendapat kalian, tapi aku tidak bisa mengganti posisi Kakek Sebastian dengan orang lain. Beliau adalah orang yang berjuang bersama kakek dan ayahku. Tanpa strategi dan kekuatan beliau, daerah kekuasaan Walta tidak akan seluas seperti sekarang ini," bantah Will. Ia lalu membuat seulas senyum tipis di wajahnya. "Aku akan mengiriminya surat. Bisa jadi beliau lupa atau sakit sehingga tidak bisa datang ke pertemuan ini."

"Jika itu keinginan Yang Mulia, kami tidak akan berkomentar lagi," timpal Thomas.

Will kembali tersenyum. "Seperti biasa kita akan membahas permasalahan setiap wilayah terlebih dahulu," kata Will sambil mengambil beberapa dokumen yang ada di depannya. "Bagaimana dengan penanganan bencana longsor di Suede?"

"Sejauh ini, kami sudah mengosongkan wilayah terdampak longsor dan mengungsikan masyarakat ke wilayah yang lebih aman. Kami juga sudah mengirimkan bantuan bahan pokok ke mereka," jawab Andrew selaku pemimpin wilayah yang mengawasi kota tersebut.

"Hanya itu saja?" sindir Will.

"M-maaf?"

"Bencana longsor di Suede setiap tahunnya selalu terjadi. Frekuensi kejadiannya tidak hanya sekali, tapi bisa tiga sampai empat kali dalam setahun," jelas Will. Ia lalu menatap tajam Andrew. "Apakah tidak ada langkah pencegahan yang kalian lakukan untuk mengurangi frekuensi terjadinya longsor?"

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang