Bab 6 - Dilema

1.3K 89 1
                                    

12 Maret 2009

Aku keluar dari bangsal, bersiap-siap untuk kembali ke hotel untuk mandi dan tidur sebentar, bertepatan dengan Dokter Gu yang akan kembali ke ruangannya setelah melakukan pemeriksaan rutin keliling kepada pasien-pasien di bangsal sebelah bangsal kami.

Aku mengikuti dokter Gu dua meter di belakangnya, menyaksikannya menekuk jari-jarinya. Ketika dokter Gu berjalan, dia mengetuk-ngetukkan buku-buku jarinya di pegangan kayu yang ada di lorong dan bersenandung dengan suara lembut, bermaksud mencoba untuk menyenangkan dirinya sendiri. Aku menyadari bahwa ketika dokter Gu berada dalam suasana hati yang baik, dia akan menunjukkannya dengan melakukan hal-hal seperti ini, seperti mengetuk-ngetuk meja, lemari yang pendek, dan pegangan tangan yang ada di koridor. Ketika dokter Gu berada dalam suasana hati yang buruk, dia akan meletakkan tangannya di atas pahanya dan kemudian dengan lembut mengetuk-ngetukkan ujung jari-jarinya. Hal itu mungkin merupakan kebiasaan dibawah sadarnya.

Seperti tetanggaku, seorang bayi yang berusia 10 bulan, ibunya merupakan penggemar dari Franz Liszt, maka nada panggilan ponselnya adalah 'La Campanella'. Setiap ada panggilan ponsel yang masuk, si bayi akan mengikuti musiknya dan mengetuk-ngetuk jeruji kayu yang ada di boks bayi untuk menyenangkan dirinya sendiri. Memikirkan hal ini, membuatku tidak bisa menahan tawa.

(Franz Liszt adalah seorang komposer musik dari Hungaria, ahli bermain piano, konduktor, guru musik, penggubah lagu, dan juga merupakan seorang pemain orgel di era Romantic. 'La Campanella' merupakan salah satu hasil ciptaannya.)

Dokter Gu tiba-tiba berbalik - padahal aku bahkan tertawa tanpa bersuara.

Ketika seseorang sedang tertawa dan tiba-tiba berhenti, ekspresi wajahnya akan sama seperti sedang menelan lalat, maka akupun tetap tersenyum. Keluarga pasien tersenyum pada dokter. Dokter Gu seharusnya terbiasa akan hal itu.

Dokter Gu dengan sopan memiringkan sudut mulutnya ke arahku, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas putihnya, dan melangkah ke depan. Aku melihat telinga dokter Gu menjadi merah.

Ketika aku kembali ke bangsal pada jam satu siang, ibuku menyuruhku pergi ke ruang dokter untuk meminta hasil tes darah Guru Lin. Saat itu belum waktunya jam kerja bagi para dokter, maka dokter-dokter muda yang berada di ruangan dokterpun menggunakan waktu mereka untuk mengobrol. Seorang dokter yang bermarga Chen bercanda, "Gu Wei, bergegaslah dan mendaftarlah untuk ikut serta dalam reality show 'If You Are the One', reality show itu sangat efektif seperti obat, dan efek penyembuhannya juga cepat, jangan terlalu banyak berpikir." Sekelompok orang juga ikut-ikutan menggodanya.

(If You Are the One atau Fei Cheng Wu Rao adalah acara permainan kencan di China yang dipandu oleh Meng Fei. Acara ini menggunakan format Taken Out yang dilakukan dengan sesuka hati mereka, acara ini diproduseri oleh JSBC.)

"Apakah mereka akan mengganti uang tiket pesawatku?" dokter Gu balik menggoda mereka dengan gayanya yang santai.

"Dokter Gu -" aku mengetuk pintu.

Pria yang punggungnya menghadap ke arahku itupun membeku, dan tiba-tiba berbalik, "Hmm?"

"Hasil tes darah ayahku -" saat itu adalah waktu yang tidak tepat.

"Oh!" dokter Gu bangkit dari kursinya dan dengan cepat membolak-balik map catatan medisnya, "Hmm, hmm - aku sudah memeriksa indikatornya, dan hasilnya semuanya bagus. Hari ini adalah hari terakhir kita memberikan infus emulsi lemak susu, kita bisa menghentikannya besok."

Aku memperhatikan ekspresi gelagapan di wajah dokter Gu, akupun kembali tersenyum, berterima kasih kepada dokter Gu, dan keluar dari ruangan dokter. Dua langkah keluar dari pintu, aku mendengar suara dokter Chen, "Gu Wei, apa yang membuatmu tersipu-sipu?"

Aku mengeluarkan ponselku, "Seorang pria yang digoda untuk mendaftar dalam acara reality show 'If You Are the One' -"

Sansan dengan cepat menyela kata-kataku melalui ponsel, "Kamu adalah si brengsek yang beruntung! Kamu telah bertemu dengan seorang pria yang kesepian!"

Mengapa dari cara Sansan berbicara, aku merasa seperti seorang anak kecil yang diculik dan dijual kepada seorang pria untuk dijadikan istrinya?

Jam 05.30 sore. Dokter Gu pergi ke ruangan suster perawat untuk memeriksa hasil CT Scan pasien. Kebetulan, suster kepala sedang membawa sebuah keranjang warna-warni dan membagikan pangsit kukus kepada semua orang. Suster kepala itu melihat dokter Gu memeriksa hasil CT Scan pasien dengan muram, "Gu Wei, kemarilah dan makanlah beberapa pangsit kukus ini."

"Tidak, aku belum mencuci tanganku." Dokter Gu menolehkan kepalanya dengan canggung.

Suster kepala adalah seorang wanita yang usianya mendekati empat puluh tahun, dia mengambil satu pangsit kukus dan berkata, "Ayolah, buka mulutmu." Suster kepala itu menyuapi dokter Gu sepotong utuh pangsit kukus, "Ah-"

Ketika aku keluar dari pantry (pantry berada di sebelah ruang suster perawat), dengan membawa Puding Telur untuk Guru Lin, dokter Gu sedang memegang setumpuk hasil CT Scan dengan mulut penuh dengan makanan, mencoba untuk menelan semua makanan yang ada di mulutnya dan mengucapkan kata 'terima kasih' dengan lengkap. Melihatku tiba-tiba muncul, dokter Gu tersedak sebentar, tidak bisa terbatuk-batuk, wajah dokter Gu dengan cepat menjadi merah.

Amitabha Buddha, itu adalah sebuah dosa. Aku sekilas melihat segelas air yang diletakkan dokter Gu di atas meja suster perawat dan akupun menyerahkan segelas air itu kepada dokter Gu.

(Adalah sebuah dosa untuk membiarkan orang lain menderita.)

'Batuk, batuk.' Dokter Gu meminum dua teguk air dan akhirnya menjadi tenang, "Terima kasih."

Ketika aku melihat para suster perawat, aku meringis, yang artinya aku mengucapkan 'sama-sama', aku benar-benar tidak dapat mengatakannya dengan keras. Ketika dokter Gu akan pergi, dokter Chen melangkah melewati pintu ruangan suster perawat dengan membawa dua kotak kecil, "Aku akan pulang! Sampai jumpa lagi, teman-teman!"

"Ah? Darimana kamu mendapatkan dua kotak itu?" Suster kepala merasa heran.

Dokter Gu, yang sedang bernapas dengan tenang di samping, terjaga dari lamunannya, "Dia mencuri punyaku!"

Dokter Chen, yang berlari menjauh, tertawa dan berteriak, "Jika kamu memilih untuk menjalani kehidupan seorang diri, jangan banyak berpikir lagi!"

Aku memperhatikan senyuman di wajah suster kepala dan dokter Gu yang kehilangan kata-kata, akupun menjadi bingung. Beberapa saat kemudian, aku ingat untuk bertanya kepada dokter Gu, hanya untuk mengetahui apakah semua itu merupakan beberapa kegiatan yang biasa mereka lakukan di departemen mereka, yaitu masing-masing dari mereka harus mengirimkan sekotak Ejiao.

(Ejiao adalah Gelatin yang terdapat di dalam Keledai merupakan gelatin yang didapatkan dari kulit keledai (Equus Asinus) dengan cara merendam dan merebusnya. Ejiao digunakan sebagai bahan obat tradisional China.)

===

Dialog Spesial:

Dokter: Dalam setiap situasi yang tidak terduga, aku selalu terpergok olehmu.

[Terjemahan] The Oath of Love (Entrust the Rest of My Life to You) vol. 1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang