Kemoterapi yang ketiga adalah proses yang paling menyakitkan. Guru Lin telah kehilangan berat badannya sebesar 20 pound dan tulang pipi Guru Lin-pun menonjol. Sekalipun dokter kepala mengubah program dan membagi obat kemoterapi dalam dua hari untuk mengurangi efeknya, Guru Lin masih saja muntah-muntah sejak pagi kemarin, sepanjang malam tanpa berhenti. Guru Lin bahkan menyemburkan cairan empedu berwarna kuning.
Sejak botol Oxaliplatin tergantung pagi ini, Guru Lin, yang berbaring dalam pelukanku, bahkan tidak mengeluarkan suara.
Aku menyentuh tulang rusuk Guru Lin yang tertutup oleh piyama beliau yang berkeringat, akupun tiba-tiba ingin menangis.
Aku pergi ke ruangan dokter dan bertanya, "Dapatkah kita menghentikan kemoterapinya? Bahkan orang normal tidak akan tahan jika mereka tidak makan, minum, ataupun tidur." Belum lagi pria yang baru saja menjalani operasi.
Dokter Gu mengeluarkan diagnosis penyakit Guru Lin, "Ayahmu dianggap memiliki adenokarsinoma yang berdiferensiasi buruk."
Aku menggelengkan kepalaku, tatapan mataku kosong.
"Tingkat keganasannya tinggi, dan prognosisnya buruk. Hal itu menyebabkan memudahkan terjadinya metastasis, tetapi juga menyebabkan mudah kambuh."
Aku memperhatikan laporan penyakit Ayah itu dengan diam, dan setelah beberapa lama, aku bertanya dengan kaku, "Dokter sudah mengatakan bahwa bagian penyakit Ayah setelah dioperasi kondisinya sangat baik, bukan?"
Dokter Gu menatapku, tidak mengatakan sepatah katapun.
Sebelum aku meninggalkan ruangan dokter, aku bertanya kepada dokter Gu, "Apakah kemoterapinya efektif? Dapatkah dokter – memberitahukan yang sebenarnya kepadaku?"
Dokter Gu mencibir, "Kami mencoba menghilangkan sisa sel kanker yang ada untuk mencegah terjadinya metastasis. Adapun yang lainnya – hasilnya bervariasi pada setiap pasien."
Pada sore hari, aku duduk dengan linglung di kursi malas yang ada di ruangan lift, menatap bintang-bintang yang ada di luar melalui jendela kaca. Merasakan ada beberapa gerakan di sebelahku, aku menolehkan kepalaku, dan dokter Gu berdiri di sebelahku, dengan kedua tangannya berada di dalam saku jas putihnya. Aku tersenyum dengan sopan dan kembali menatap langit.
"Jangan memperhatikan langit seolah langit akan runtuh."
"Saya tidak melakukannya."
"Mengapa kamu duduk di sini pada tengah malam seperti ini?"
Aku melihat jam tanganku, "Saat ini baru jam 09:15 malam, waktu Beijing."
Dokter Gu tersenyum, "Kembalilah ke hotel dan tidurlah."
"Tidak. Guru Lin tidak bisa tidur tanpa saya." Meskipun aku tahu bahwa Ayah tidak dapat tidur sekalipun aku berada di sini. Namun, aku tetap bangkit dari dudukku dan berjalan kembali bersama dokter Gu.
"Lin Zhixiao."
Aku berbalik, dan pria yang sudah masuk ke dalam ruangannya itu keluar lagi untuk menyerahkan sebatang coklat.
"Terima kasih." Tidak ada kata-kata penghiburan yang panjang ataupun pembicaraan yang membuat gelisah, hanya ada sedikit senyuman.
===
28 Mei 2009
Pada saat pemeriksaan rutin dokter Gu di pagi hari, Guru Lin melihat dokter Gu dan hanya berkata, "Saya ingin pulang."
"Anda tidak makan selama dua hari. Bagaimana anda bisa pulang dengan keadaan seperti ini?"
"Saya ingin pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Terjemahan] The Oath of Love (Entrust the Rest of My Life to You) vol. 1
RomantizmDulu aku berpikir bahwa seumur hidupku aku tidak dapat menemukannya - dunia sangat luas, dan aku menjalani kehidupanku dengan perlahan-lahan, bagaimana jika aku tidak dapat bertemu dengan orang yang aku cintai? Sejak aku mendengar 'lebih dari 3 mili...