Bab 42 - Yang Lalu Biarlah Berlalu

875 35 0
                                    

Jika reaksi Gu Wei menyakitkanku, maka reaksi Kakek membuatku merasa sedih. Duduk di kursi, melihat jenazah Nenek dengan tenang, makan, tidur, dalam keadaan tidak sadar, dengan perubahan kondisi dan kestabilan yang unik yang dimiliki oleh seorang pria tua.

Para pria yang mengurus keluarga mereka, tidak akan menunjukkan kesedihan mereka, dan hal itu bukanlah sesuatu yang aneh. Tidak ada air mata, tidak ada pikiran macam-macam, memperlakukan orang-orang dengan baik, mengantar mereka yang datang dan pergi dengan sopan. Tetapi mereka membungkam diri mereka sendiri menjadi sepotong kayu yang kosong, tidak bersikap acuh tak acuh maupun bersikap dingin, tetapi hal itu jelas menunjukkan kepadamu bahwa ada bagian yang hilang dalam hati mereka.

Setelah pemakaman, Kakek mengeluarkan sebuah kotak, "Nenek sendiri yang memilih hadiah ini."

Ayah Dokter Gu mengangguk sedikit kepada kami, dan Gu Wei mengambil kotak itu, "Terima kasih, Kakek dan Nenek."

Di dalam kotak itu, terdapat sepasang liontin giok putih dengan ukiran tulisan kecil yang bertuliskan – cucu laki-laki dan cucu menantu perempuan yang baik.

===

Aku tidak tahu apakah hal itu merupakan dampak dari kematian Nenek, tetapi kamerad Gu Xiao kembali ke negara ini. Dua hari setelah jawabanku itu bertepatan dengan kembalinya Gu Xiao ke Kota X, dan Gu Wei pergi untuk menjemput Gu Xiao ke bandara. Ketika aku kembali ke apartemen Gu Wei setelah menyelesaikan banyak tugas dari kampus, begitu aku membuka pintu dan tercium bau alkohol, aku melihat seorang pria 'besar' merosot dari atas tempat tidur dan menekan tombol di ponsel dalam keadaan sakit kepala, "Dokter, apa yang sedang terjadi pada tempat tidurmu?"

Ringkasnya, kamerad Gu Xiao kembali jatuh cinta, dan hati Gu Xiao yang patah itu akhirnya merasa menyesal karena masih ada seorang gadis yang baik di kampung halamannya, maka Gu Xiao-pun kembali pulang ke rumahnya. Setelah menghabiskan malam di sebuah bar, Gu Xiao dibawa pulang oleh Gu Wei untuk kembali ke apartemen Gu Wei pada siang kemarin. Malam itu Gu Wei mendapat giliran tugas malam, maka Gu Xiao ditinggalkan sendiri di apartemen Gu Wei tanpa ada yang mengawasi dan Gu Xiao-pun kembali melanjutkan minum-minumnya.

Melihat keadaan apartemen Gu Wei yang tidak dapat dikenali lagi itu, aku benar-benar ingin berteriak, 'kebiasaan seperti apa yang biasa kau lakukan setelah terbang ke luar negeri selama beberapa tahun?!'

Ketika Dokter Gu kembali dari tugas malamnya, aku baru saja membersihkan sofa dan meminta Dokter Gu untuk membuka jendela agar sirkulasi udara dalam apartemen menjadi lancar. Setelah itu, aku pergi berbelanja ke toko terdekat.

Ketika aku memegang banyak barang belanjaan, ponselku bergetar, dan aku menggunakan satu tanganku untuk mengambil ponselku itu dengan susah payah –

"Wanita tua apa?!" Bumiku berguncang karena suara teriakan dari ponselku itu. Aku hampir menjatuhkan semua barang yang berada dalam pelukanku.

"Mereka datang kemari. Mereka akan datang kemari paling lama setengah jam lagi."

"Bibi – ibunya Gu Xiao?!"

"Ya, Ibuku memberitahu Bibi bahwa Gu Xiao berada di apartemenku, dan Bibiku segera datang kemari begitu mendengar cerita Ibuku. Ibuku sekarang mengejar Bibi di belakang."

"Yesus!" Bibi Xiao sangat marah sehingga Gu Xiao akan hancur berkeping-keping begitu Bibi melihat kekacauan itu. Aku segera menumpuk setumpuk barang yang kubawa di meja kasir, "Pertama bangunkan Gu Xiao, suruh dia mandi dan menyikat giginya, gantung selimutnya di luar, lemparkan sepreinya ke dalam mesin cuci, dan aku akan segera kembali."

===

Tidak lama setelah kami baru saja membersihkan medan perang, orang itupun tiba.

Nyonya Xiao, "Kapan kamu sampai di apartemen Gu Wei?"

[Terjemahan] The Oath of Love (Entrust the Rest of My Life to You) vol. 1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang