Aku dan Gu Wei secara bertahap menemukan ritme dan gaya hidup yang cocok antara satu sama lain. Dari Senin hingga Jumat, Gu Wei akan pergi ke kampusku. Ketika Gu Wei mendapat giliran tugas malam, aku akan mengantar makanan untuknya ke rumah sakit. Pada saat akhir pekan, kami akan bersama-sama pergi ke supermarket, memasak, mengobrol, dan kadang-kadang pergi ke luar untuk berjalan-jalan.
Kehidupan kami berdua tidak seperti orang kebanyakan. Kami berdua dapat menghabiskan sepanjang sore, dengan berdiam diri di tempat yang sama, dan sibuk dengan kegiatan kami masing-masing tetapi masih merasakan kebersamaan.
Orang-orang mengatakan; seorang teman adalah orang yang tidak akan membuatmu merasa canggung bahkan ketika kalian tidak saling berbicara satu sama lain. Pasangan adalah orang yang dapat menghabiskan hidup mereka bersama-sama bahkan tanpa saling berbicara satu sama lain.
Jika jatuh cinta diibaratkan sebuah benih, maka kondisi antara aku dan Gu Wei tidaklah menyerupai cinta yang mempesona layaknya anggur; hanyalah semacam gambaran dimana kami berdua sedang jatuh cinta dan tidak dapat terpisahkan. Melainkan, kami berdua hanyalah menyerupai pohon kapur barus yang menumbuhkan tunasnya dan tunas itu menjadi lebih tinggi setiap harinya.
Pada minggu ketiga bulan Mei; cuaca masih belum terasa benar-benar panas, aku dan Sansan pergi berbelanja. Ketika aku berjalan melewati area pakaian pria, aku melihat sebuah kemeja, warna kemeja itu hijau keunguan, dan kemeja itu sangat bagus. Maka, akupun masuk ke dalam area pakaian pria itu.
Setelah aku selesai menggambarkan tinggi badan Gu Wei kepada pelayan toko, aku berbalik dan melihat Sansan menyilangkan tangannya di dadanya. Sansan menatapku dengan wajah yang penuh dengan misteri.
"Em – Gu Wei tidak memiliki kemeja warna ini."
Ketika aku selesai membayar tagihan dan membawa kantong kertas keluar dari toko, Sansan mengamit lenganku, "Apakah kalian berdua serius?"
"Ah." Sansan menggunakan semua cara terbaik yang dia miliki untuk menanyakan hal itu.
"Seberapa serius?"
Aku berpikir sebentar, "Aku rasa kami berdua akan terus melanjutkan hubungan ini."
Sansan mengerutkan keningnya, "Ibumu tidak menyukai Dokter, benar kan?"
Aku mengangkat bahu, "Oleh karena itu Ibuku tidak menikah dengan seorang Dokter."
"Tolong bicaralah dengan serius." Sansan mengibaskan rambutnya yang halus, "Para wanita pada umumnya menyukai Dokter, para Dokter memberikan kesan yang baik. Kamu harus belajar dari sepupu iparmu, tragedi yang terjadi pada sepupu iparmu itu masih hangat kejadiannya."
Sepupuku dan sepupu iparku adalah teman sekampus di Universitas yang sama. Satu memilih untuk belajar psikologi, dan yang lainnya memilih untuk belajar di Fakultas Kedokteran. Mereka berdua dikejar oleh banyak orang, tetapi hubungan keduanya layaknya sebuah batu karang yang besar. Mereka berdua melewati masa belajar mereka di kampus dan melewati masa magang mereka sampai mereka berdua mendapatkan pekerjaan mereka masing-masing. Segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Ketika pekerjaan mereka berdua sudah stabil, mereka berdua mulai membicarakan mengenai pernikahan. Tetapi pada suatu hari, sepupu ipar tiba-tiba dihadang oleh seseorang di aula gedung kantornya.
Orang yang menghadang sepupu ipar itu adalah perawat yang bekerja di rumah sakit yang sama dengan sepupuku. Perawat itu mengatakan bahwa hubungan persahabatan antara dirinya dan sepupuku sudah memasuki tahap yang serius dan mereka berdua berencana untuk menghabiskan sisa hidup mereka bersama. Sepupu ipar; yang sudah dilatih dengan sangat baik oleh orangtuanya, tidak merasa terganggu oleh perawat itu. Tetapi perawat itu tiba-tiba menampar sepupu ipar dan melemparkan beberapa pakaian dalam pria kepada sepupu ipar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Terjemahan] The Oath of Love (Entrust the Rest of My Life to You) vol. 1
RomanceDulu aku berpikir bahwa seumur hidupku aku tidak dapat menemukannya - dunia sangat luas, dan aku menjalani kehidupanku dengan perlahan-lahan, bagaimana jika aku tidak dapat bertemu dengan orang yang aku cintai? Sejak aku mendengar 'lebih dari 3 mili...