PART 29

4.9K 344 10
                                    

Di part yang sebelumnya, kalian bisa baca ulang. Soalnya pas udah di publish waktu itu, sebagian teks ceritanya ilang. Tapi sekarang udah aku tambahin lagi, jadi kalian bisa baca ulang ceritanya.

***
Di parkiran sekolah.

"Pulangnya aku anter, ya?" tawar Arka.

"Eh nggak, nggak usah," tolak Faizah spontan.

"Terus emangnya kamu mau naek apa pulangnya, hm?" tanya Arka.

"Eh yaa naek ... Emm." Faizah nampak berpikir.

"Tuh kan bingung. Udah sama aku aja, lagian udah sore. Bus nggak ada, angkot juga gak ada, ojek apalagi. Di sini tuh susah," terangnya.

"Ih tapi masa boncengan? Aku gak mau," tolak Faizah.

Arka tampak berfikir sejenak. "Tas kamu taro aja di pinggir. Jadi ada sekat tas aku sama tas kamu."

Faizah tampak ragu, tapi kemudian ia menurut saja. Karena memang jam sudah menunjukkan pukul 17.00, pasti susah mendapat angkutan umum.

"Emm iyaudah deh." kemudian Faizah menaiki motot matic Arka.

"Gitu dari tadi, susah amat."

"Ish, udah. Cepet jalan aja."

"Iya iya." kemudian motor pun melenggang meninggalkan area sekolah.

Selang 10 menit perjalanan, mereka berhenti di sebuah swalayan.

"Loh kok berhenti? Kost-an aku kan masih di sana," tanya Faizah bingung.

"Udah turun dulu aja," titah Arka.

Faizah kemudian turun. "Kamu ya kalo gak ikhlas nganterin aku, ya jangan gini juga dong. Tadi maksa-maksa suruh aku naik motor kamu, eh sekarang nurunin aku di tengah jalan, gimana sih?!" ungkap Faizah kesal.

"Udah?" tanya Arka.

"Apanya?"

"Makanya kalau apa-apa tuh tanya dulu, jangan langsung shuudzon. aku berhenti disini karena mau belanja dulu titipan Ibu," jelas Arka.

Faizah baru menyadari bahwa mereka ternyata berada di sebuah swalayan, ia kini malu atas ucapannya tadi yang langsung shuudzon. "Eh ... Ya maap, kan gak tau."

"Yaudah ayok," ajak Arka sambil masuk.

Ketika sudah selesai dengan belanjaannya dan keluar dari swalayan, Arka membawa Faizah ke apotek untuk membeli perban dan obat-obatan untuk Faizah.

Ketika sedang menunggu, ponsel Faizah berbunyi dan tertera nama Azza disana.

"Assalamu'alaikum, Azza," sapa Faizah memulai percakapan.

"..."

"Alhamdulillah baik, Azza sehat?"

"..."

"Loh Azza sakit? Kok bisa? Sakit apa emangnya?"

"..."

"Ooh gitu, istirahat yang cukup ya Za, jangan lupa loh obatnya. Pokoknya Ai gak mau pas Azza kesini, Azza jadi kurus."

"..."

"Yaudah, udah dulu ya. Assalamu'alaikum."
Faizah menutup telepon, dan memasukkan Hp nya ke saku rok.

"Nih," ucap Arka sambil menyerahkan kantong plastik berisi perban dan obat-obatan lainnya.

"Makasih Iki," jawab Faizah sambil tersenyum.

Kemudian mereka pergi meninggalkan apotek dan pergi menuju kost-an Faizah.

Entah mengapa sepanjang perjalanan Arka hanya diam. Karena Arka diam, Faizah pun jadi ikut diam sampai mereka tiba di kost-an Faizah.

Faizah turun dari motor Arka dan melihat Arka yang masih tetap diam.
"Kamu kenapa? Kok diem aja dari tadi?" tanya Faizah ragu.

Arka membuka helmnya dan menengok ke arah Faizah. "Kalau aku sakit, kamu bakal khawatir kayak tadi?" tanyanya.

Faizah bingung dengan pertanyaan Arka. "Maksudnya? Kayak tadi apaan?"

"Gak, nanya aja. Aku pulang," ujarnya datar sambil memakai helm.

"Eh iya, hati-hati."

"Assalamu'alaikum," pamitnya lalu mulai menjalankan motornya.

"Wa'alaikumussalam," jawab Faizah meski Arka sudah pergi melenggang.

'Dia kenapa?' tanya Faizah dalam hati, lalu ia pun memasuki kamarnya dan merebahkan dirinya di kasur.

"Si Kyra ya, bener-bener tuh anak. Awas aja kalau besok dia masih sekolah, gak bakal gue biarin," gumamnya sambil memperhatikan luka di telapak tangannya yang dibalut perban.

Ia kemudian beranjak untuk mandi, untung saja ia sedang haid jadi ia tak menunaikan sholat.

Setelah selesai mandi dan mengganti pakaian, hp nya berbunyi menandakan pesan masuk.

Iki
Perbannya  jangan lupa ganti.

Pesan dari Arka mampu membuat Faizah senyam-senyum sendiri. Entah mengapa ia selalu merasa senang jika mendapat pesan dari Arka.

Dua hari kemudian

"Sekolah kamu gimana Ai?" tanya Arka.

Mereka kini sedang berada di rooftop sekolah, karena jam pelajaran kosong.

"Sekolah aku? Aku mana punya sekolah," jawab Faizah.

"Ck. Bukan itu, maksud aku udah gini kamu sekolahnya gimana? Kan kamu ngelanggar janji kamu sendiri," jelas Arka.

"Yaa pastinya bakal berhenti. Meskipun teteh gak tau juga, tapi ini udah jadi janji aku sendiri." jelas Faizah sedikit menahan sedihnya.

Ddrrtt ddrrtt

Hp Faizah berbunyi menandakan panggilan masuk dan tertera nama 'Teh Riani' disana.
Dengan ragu, Faizah mengangkat panggilan dari tetehnya.

"Assalamu'alaikuk teh," sapa Faizah.

"Wa'alaikumussalam," jawab Riani di seberang sana.

"Emm ada apa ya teh?" tanya Faizah ragu.

"Kemasin barang-barang kamu, besok teteh jemput," jawab Riani to the point.

Faizah tersentak dibuatnya, meskipun ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Ia harus berhenti mengenyam bangku sekolah, meskipun ia sebenarnya tak mau. Kalian tenang aja, Kyra udah pindah dari sekolah itu sehari setelah kejadian itu.

"I iya teh." lesu Faizah.

Tuuutt
Panggilan terputus

"Kenapa Ai?" tanya Arka.

Faizah hanya tersenyum dan menjawab, "tadi teteh, dan ya ... Kamu taulah."

"Kamu yang sabar aja ya, di balik ini semua Allah pasti ngerencanain hal yang indah buat kamu," ujar Arka menenangkan.

"Aamiin. Aku juga yakin, Allah gak mungkin ngasih beban melebihi kemampuan hamba Nya," sahut Faizah sambil tersenyum.

"Ke kelas yuk," ajak Arka.

"Yuk."

Kemudian mereka pun pergi meninggalkan rooftop sekolah, dan menuju kelas karena ini sudah masuk jam pelajaran ke 2.

Yak... Tunggu next nya yak...
Terimakasih sudah membaca😻
Silahkan tinggalkan jejak🐾 kalian dengan cara vote ⭐dan komen 💌cerita gaje ini wk😸



Tbc







Author di media sosial
Ig: @ull237
Go follow

Manis, Tapi Galak [END || REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang