Faizah pergi dengan menumpangi mobil yang di bawa oleh Riani. Pandangannya menatap jalanan kota Jakarta yang mulai menjauhinya.
Pikirannya tak menentu, antara ingin tetap tinggal atau lebih baik pergi. Ia sebenarnya merasa sedih akan semua kejadian yang terjadi padanya.
Bagaimana selanjutnya? Meneruskan usaha? Bagaimana mungkin? Ia tak mengerti apapun tentang dunia desainer. Yang ia tahu hanya beladiri, bagaimana cara menjatuhkan lawan tanpa ampun, bagaimana cara membunuh tanpa menyentuh (santet bukan ya?).Desainer? Haha ingin rasanya ia tertawa atas keputusan Riani. Apa ini juga salah satu cara Riani agar Faizah menjadi wanita yang biasa saja? Melepaskan sedikit demi sedikit sikap kasar dan tomboy yang sudah melekat pada dirinya?.
"Ayo turun," seru Riani menyadarkan Faizah dari lamunannya.
Tak terasa sudah 2 jam perjalanan ia lalui hanya dengan melamun.Suasana kota Banten yang ia rindui menyambut kedatangannya. Ia segera masuk kedalam rumahnya yang biasa saja itu, tidak mewah asalkan nyaman.
Keluarganya memang terbilang cukup kaya, namun mereka tidak pernah menunjukkan kekayaannya itu. 'Karena kaya tidak perlu mewah.'Ia segera menuju kamarnya dan rebahan disana. Karena lelah, tanpa memikirkan apapun ia langsung memejamkan matanya.
Baru dua detik matanya terpenjam, suara ketukan pintu membuatnya terbangun."Ai," panggil suara seseorang di balik pintu.
Suara yang familiar yang sangat dekat dengannya beberapa bulan lalu."Masuk," suruhnya setengah berteriak.
Faizah mengubah posisinya menjadi duduk di tepi kasur. Hamzah langsung duduk di kursi belajar Faizah setelah masuk.
"Kok pulang, sih?" tanya Hamzah heran.
"Kenapa? Gak suka? Yaudah aku balik ke Jakarta," jawab Faizah sedikit kesal.
"Eh bukan itu," sanggahnya.
"Apa?"
Hamzah sebenarnya tak mengetahui kalau Faizah sudah terikat janji dengan Riani, sengaja Faizah merahasiakannya agat Hamzah tak khawatir. Padahal Hamzah adalah sahabatnya, tapi kenapa ia lebih mudah bercerita terhadap Arka? Apa karena Arka itu hanya orang baru dan Faizah tahu bahwa pertemuan mereka hanya akan singkat, maka dari itu Faizah mau menceritakannya? Atau karena ia hanya memanfaatkan Arka untuk membantunya di tempat baru? Mungkin saja, pikir Faizah.
"Kamu di keluarin 'lagi'?" tanya Hamzah dengan menekankan kata 'lagi' dan kali ini di tanggapi jujur dengan anggukan oleh Faizah.
Hamzah menghela napas pelan. "Kamu ini ya, gak bisa apa lepas dari kelakuan nakal kamu itu?" tanya Hamzah sambil menjitak pelan kepala Faizah.
"Duh, jangan asal jitak aja baru di fitrahin tauu," keluh Faizah sambil mengusap kepalanya yang padahal tidak sakit sedikitpun.
"Lebay," cibir Hamzah.
"Ih Azza.... Tahu kan Ai cuman boongan ish," gerutu Faizah sambil memanyunkan bibirnya.
"Iya iya tau, mau yang beneran, hm?" tawar Hamzah sambil bersiap akan menjitak kepala Faizah.
"Iihh enggak enggak," tolak Faizah sambil menutupi kepalanya dengan tangan.
"Heheee iya iya, canda doang kok," ucap Hamzah sambil tertawa.
"Hmm... Ada apa Azza kesini? Padahal Ai udah mau tidur."
"Tidur mulu, dasar kebo," ejek Hamzah membuat Faizah cemberut.
Faizah sudah bersahabat dengan Hamzah sedari kecil, sejak ia mulai tinggal dengan Riani.
Awalnya Faizah memiliki banyak teman, namun karena ia mulai belajar ilmu beladiri dan menjadi nakal dan kasar ia mulai di jauhi oleh teman yang lainnya, dan hanya Hamzah lah yang tetap setia menjadi teman Faizah hingga saat ini. Di tambah rumah mereka yang bersebelahan membuat mereka sering bertemu dan bermain."Iihh ada apaan cepet!" sebal Faizah kepada Hamzah karena dari tadi hanya mengajaknya bercanda.
"Ih ketauan banget ngusirnya. Gak kangen gitu sama Azza?" tanya Hamzah dengan ekspresi melas yang dibuatnya.
"GAK! udah ah sono, nanti aja ngobrolnya lagi. Ai mau bobo dulu," usir Faizah sambil mendorong paksa Hamzah keluar dari kamarnya.
"Bye azza, see u," ucap nya sambil menutup pintu kamar yang menghalanginya dari Hamzah yang pasti sedang memasang wajah kesalnya saat ini.
Karena kelelahan Faizah langsung berbaring lagi di kasurnya dan melanjutkan tidurnya yang hanya dua detik itu.
"Ai kangen Azza, banget," bisiknya sebelum benar-benar terlelap.
***
Matanya terbuka ketika mendengar lantunan adzan ashar mengalun dengan merdu dari masjid yang tak jauh dari rumahnya.
Segera Faizah beranjak dan keluar menuju kamar mandi. Ketika keluar ia terkejut melihat Reyhan yang sudah rapi dengan koko dan sarungnya sedang duduk di sofa ruang tamu. Karena kamar Faizah berada di depan, sehingga begitu keluar kamar langsung berhadapan dengan ruang tamu.
Segera ia menghampirinya dan memeluk Reyhan. "Abaaang... Ai kangen," teriaknya dengan manja masih di pelukan Reyhan.
"Abang juga kangen.... Lama banget kamu gak pulang, kan abang jadi kesepian," balas Reyhan sambil mengeratkan pelukannya pada Faizah.
"Khm... " deheman seseorang di ambang pintu depan membuat mereka menoleh tapi tanpa melepas pelukan mereka.
"Asik banget ih peluk-pelukan gitu, Azza juga pengen ikut," seru Hamzah sambil mendekati mereka.
"Apasih ganggu, pergi sono," usir Faizah pada Hamzah. "Azza tuh bukan muhrim tau," tegas Faizah sambil tetap tak melepas pelukannya dengan Reyhan.
"Yaudah, Azza halalin aja Ai biar bisa peluk Ai, biar Ai gak peluk abang Rey terus," sahut Hamzah sedikit membuat Faizah terkejut.
"Abaanng... Azza jahat ih masa mau rebut Ai dari Abang sih," rengek Faizah.
Reyhan hanya tertawa geli menyaksikan tingkah mereka yang sudah ia anggap adik sendiri. "Udah ah pelukannya. Kamu mandi gih, abang mau ke masjid, Sholat Ashar," uhar Reyhan sambil melepaskan pelukannya dan berdiri.
Faizah menatap kagum kepada Reyhan dan Hamzah, mereka tampak sangat tampan dengan mengenakan setelan koko dan sarung serta peci hitam. Menurutnya, mereka lah laki-laki terhebat kedua setelah ayahnya.
Reyhan sebenarnya adik bungsu dari Riani yang tinggal bersama mereka. Usia Reyhan dengan Faizah pun hanya berbeda 2 tahun dengan Reyhan lebih tua. Jadi Reyhan adalah paman Faizah, tapi Faizah lebih senang memanggilnya 'Abang'.
Maka dari itu Faizah tidak segan untuk memeluk Reyhan.
"Yaudah, hati-hati ya... Yang khusyuk sholatnya." Faizah mencium punggung tangan Reyhan dan Reyhan pun mengelus lembut kepala Faizah."Khm ... Udahan atuh sayang-sayangannya," sindir Hamzah.
"Yew sirik aja Lo," sinis Faizah kepada Hamzah dan membuat Hamzah cemberut.
"Udah udah, kami pamit ya, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam," balas Faizah. Kemudian ia bergegas menuju kamar mandi setelah menutup pintu.
****
Kenapa bisa partnya sepanjang ini?????
Thx yang masih setia baca cerita ini, lopelope dah buat kalian♥♥♥Next
KAMU SEDANG MEMBACA
Manis, Tapi Galak [END || REVISI]
Teen FictionBukan cerita badboy ataupun badgirl. Bercerita tentang Faizah, gadis nakal yang rela berpindah sekolah hingga keluar kota, hanya untuk berubah menjadi wanita yang baik. Berkelahi? Adalah hobinya yang harus ia hindari. "Kalau kamu sampai berkelahi la...