Hari ini Keyla full hanya bergelung di kasur sambil sesekali misuh-misuh karena dokter Nata yang berubah menjadi menyebalkan hari ini. Niatnya hari ini ia mau pergi ke rumah sakit, membawa bekal makan siang untuk dokter Nata sekalian menemani dokter itu untuk makan siang. Hitung-hitung sebagai rasa terimakasih karena kemarin sudah membayar semua makan siangnya. Padahal keadaan dokter Nata kemarin jauh dari kata baik.
Tapi, Keyla kesal begitu dokter Nata bilang bahwa hari ini ia tidak akan makan siang. Katanya pekerjaannya hari ini banyak, tidak akan sempat kalau harus ditinggal makan siang. Hal itu sukses membuat Keyla mencak-mencak. Niat hati ingin mengomeli dokter Nata panjang lebar di telepon, namun sang dokter tiba-tiba saja mengatakan bahwa ada urusan penting yang harus ia kerjakan. Alhasil, sambungannya terputus begitu saja.
Keyla memang sepeduli itu kalau sudah menyangkut kebiasaan dokter Nata. Selama kenal, hampir ia yang selalu mengingatkan dokter Nata untuk tetap menjaga pola makannya. Menjadi dokter bukan hanya perkara menjaga atau menyembuhkan penyakit pasiennya, tapi juga tentang bagaimana menjaga kesehatan diri sendiri. Kalau dokternya saja sakit, gimana pasiennya?
Keyla ingat betul saat ia dan dokter Nata harus bertengkar hanya karena sebungkus mie instan rasa ayam bawang yang dokter Nata beli saat keduanya tengah belanja bulanan untuk disimpan di kediaman dokter Nata. Waktu itu, sang dokter yang hanya mengenakan celana olahraga serta kaos putih polos kebesaran pergi ke rak mie instan dan mengambil beberapa bungkus dengan rasa ayam bayang serta satu mie pedas yang saat itu sedang banyak digandrungi oleh remaja. Keyla yang melihat itu langsung menghampiri dokter Nata dan menghujaninya dengan berbagai macam petuah-petuah ala anak remaja yang beranjak dewasa. Mengatakan bahwa mie instan itu tidak baik untuk kesehatan.
"Dokter itu, kan dokter. Masa kayak gitu aja harus aku yang bilangin?" Untungnya adalah keadaan minimarket tengah lumayan sepi, sehingga Keyla tak harus menahan malu karena mengomeli dokter residen di muka umum begini. Peduli setan dengan mbak-mbak kasir di sana.
"Saya makan juga enggak langsung dalam satu hari, Keyla. Kamu itu terlalu berlebihan, ah."
"Tapi, tetep aja! Itu usus dokter udah keriting mau tambah keriting lagi? Aku ini bilangin yang bener, loh!"
"Duh, iya iya. Udah, ya Keyla sayang enggak usah bawel. Simpen aja bawelnya kalau nanti kita udah berumah tangga."
Dan dibalas oleh pukulan Keyla di lengan dokter Nata yang sama sekali tak memberikan efek apa-apa.
Dokter Nata itu badannya saja yang besar, tapi otaknya masih seperti anak-anak. Terkadang Keyla harus dengan sangat sabar menyiapkan segala hal untuk dokter Nata. Misalnya seperti makanan, membereskan kediaman dokter Nata yang entah kenapa selalu berantakan, atau bahkan menata kulkas sang dokter yang isinya hanya dipenuhi oleh sampah-sampah minuman isotonik serta air mineral yang tak pernah dibuang.
"Mana ada anak kesehatan kayak gini? Mending Elsa, walaupun berantakan tapi masih sadar kodrat diri sendiri." Keyla menggerutu tiada henti dengan tangannya yang sibuk mengeluarkan sampah-sampah dari kulkas milik dokter Nata. Sedangkan yang punya hanya duduk anteng di depan pantry sambil memperhatikan punggung Keyla dari belakang.
"Kalau dokter masih tetep jorok kayak gini, aku enggak mau ya harus dateng ke sini setiap minggu. Emang aku babu apa? Aku ini temennya dokter, aku juga belum pulih betul sehabis operasi kemarin. Dokter juga tau sendiri, kan? Kalau dokter ngundang aku ke sini cuma buat bersihin apartement dokter, mending nyewa pembantu aja sekalian." Keyla melipat tangannya di depan dada dengan wajah yang memerah akibat naik pitam karena tingkah dokter Nata yang menyebalkan. Bagaimana tidak? Sekarang sang dokter hanya diam menunduk. Seolah-olah menyesali perbuatannya, padahal Keyla hapal betul kalau besok-besok pasti dokter Nata akan mengulang hal yang sama.
"Saya enggak nyuruh kamu buat beresin, La. Kamu sendiri yang tiba-tiba mencak-mencak dan langsung inisiatif buat beresin," bela dokter Nata saat itu. Suaranya sedikit menciut, berbeda dengan dirinya yang biasanya berbicara dalam nada dan suara yang lumayan besar.
"Ya, mikir aja. Siapa juga yang mau bertamu kalau rumah yang didatanginya modelannya enggak beda jauh sama kandang ayam? Bahkan kandang ayam jauh lebih bagus. Pokoknya aku enggak mau tau, besok-besok kalau habis minum itu botolnya langsung dibuang. Jangan dibiarin di dalam kulkas. Atau emang sengaja dialih fungsiin jadi tempat sampah?" tanya Keyla sarkas. Kesal juga dengan oknum Nata yang satu ini.
"Iya, La. Maaf, ya. Enggak lagi-lagi, deh. Jangan marah-marah terus, takut kamu kecapean. Udah, ya. Kita duduk di sofa aja."
Keyla akhirnya luluh dan membiarkan dokter Nata membawanya ke sofa saat itu. Menurutnya, sofa adalah satu-satunya titik yang jauh dari kata berantakan di antara semua yang ada di apartementnya. Dokter Nata membiarkan Keyla mengambil posisi yang nyaman sementara dirinya memperhatikan gadis itu dari samping.
"Apa?" tanya Keyla saat itu. Kesal tentu saja. Tapi, dokter Nata malah terkekeh pelan dengan tangan yang terjulur untuk mengusak rambut Keyla di atas sana.
"Makasih udah ngurus saya sampai sejauh ini. Maaf kalau saya suka bikin kamu kesel dan ngebatin, saya enggak ada maksud kayak gitu. Saya juga cape, La. Pulang dari rumah sakit enggak pernah sempet buat beres-beres. Jangankan beres-beres, mandi pun jarang. Walaupun kamu selalu bilang saya itu wangi, ya itu cuma buat nutupin kalau saya jarang mandi aja."
Keyla diam saat itu, membiarkan dokter Nata bercerita panjang lebar tentang keluhannya. Membiarkan sang dokter meletakan kepalanya di pundaknya sambil sesekali menggerutu tentang keluarga pasien yang sulit sekali diajak berkompromi. Keyla membiarkan dokter Nata melakukan segala hal yang ia sukai padanya. Membiarkan dokter itu mengacak-acak rambutnya meskipun sebenarnya butuh waktu yang lama untuk menatanya. Keyla membiarkan dokter Nata menghapus noda saus di mulutnya saat itu, membiarkan dokter Nata mengucapkan kata-kata yang tak seharusnya diucapkan oleh seorang teman. Keyla membiarkan dokter Nata melewati batas arti kata pertemanan, sedang di sisi lain dirinya berusaha keras untuk tetap pada posisinya. Tidak berlari mengejar dokter Nata yang semakin jauh di depan sana.
Keyla tetap bergeming, tak mengucapkan sepatah kata pun setelah dokter Nata mengeluarkan keluh kesahnya saat itu. Hanya sesekali melirik ke arah sang dokter yang tampak begitu nyaman bersender di pundak kecilnya. Ia tahu tak seharusnya mereka melakukan hal seperti ini, terlebih dengan status mereka yang hanya sebatas teman. Sebatas rekan bermain yang bertemu secara tak sengaja dua bulan yang lalu ketika dirinya harus menjalani operasi. Keyla berusaha mati-matian untuk tidak melakukan hal di luar batas pertemanannya bersama dokter Nata. Berusaha menjaga hatinya, hati Elsa, dan juga hati dokter Nata. Tapi, hari itu ia mengesampingkan semuanya. Melupakan fakta bahwa dirinya dan sang dokter hanyalah dua orang yang bersembunyi di balik payung pertemanan.
...
WOW WOW!
diriku double update yang beruntun bikaus merasa hutang banyak sekali. padahal gada yang baca:) gak apa-apa, sih. enaknya begini heuheuheu.
jaga kesehatannya ya, sekali lagi lagi diingetin sama dokter nata. dadah!
![](https://img.wattpad.com/cover/199913312-288-k2090.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We Bar Bar
Roman pour AdolescentsIni cerita dokter Nata dan dua kawanannya, ditambah dokter Faris yang entah datang dari mana. ©mochikuchim 2020