"Heh, liat handphone saya enggak?" Bahu Keyla dicolek oleh seorang dokter dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Wajahnya kelihatan bingung dan gelagatnya juga seperti sedang mencari sesuatu. Keyla yang ditanya hanya bisa diam, dia ikut bingung juga karena kehadiran sang dokter yang tiba-tiba ini.
"Ih, ditanya juga. Liat handphone saya enggak? Saya lupa naro di mana," tanyanya lagi. Keyla makin bingung sewaktu ditanya. Gimana tidak bingung? Dirinya bahkan tak mengenal sosok dokter yang satu ini, tapi malah ditanya tentang keberadaan ponselnya.
"Mana saya tau, dok. Saya aja baru dateng," jawab Keyla akhirnya. Si dokter mendecak sebal mendengar jawaban yang tidak memuaskan dari Keyla.
"Kamu gitu aja enggak tau. Gimana, sih?" tanyanya kesal.
Loh? Kenapa jadi dokter itu yang kesal? Harusnya Keyla yang kesal. Baru saja ingin memaki, tiba-tiba Elsa datang dan menyita seluruh atensi si dokter tidak jelas itu. Keyla juga ikut melihat ke arah Elsa dengan dua botol teh yang terkenal dengan pucuknya itu.
"Eh, kamu!" kata si dokter begitu melihat Elsa. Elsa terkejut waktu menyadari bahwa dokter ini adalah dokter yang sama di hari di mana ia harus menunggu dokter Nata di kantin selama satu jam. Dokter yang menculiknya tiba-tiba dan berakhir makan di dalam mobil.
"Kamu liat salah satu tulang saya enggak?" tanyanya tiba-tiba random. Keyla yang sudah terlanjur kesal itu hanya berusaha untuk menarik atensi Elsa agar tak meladeni si dokter yang ada di depan mereka ini. Tapi Elsa menjawabnya dengan gelengan kepala yang lagi-lagi membuat dokter itu mendecak sebal.
"Tuh, gila kali dokternya. Udah, yuk kita ke kantin aja," ajak Keyla. Baru ingin menarik Elsa pergi, tiba-tiba si dokter berkata,
"Tulang rusuk saya hilang! Terus katanya kamu yang ambil. Mau minta balikin, tapi enggak usah, deh! Biarin aja di kamu, biar kamu jadi jodoh saya!"
Jangan tanya Elsa gimana, dirinya sudah diajak kabur oleh Keyla.
...
"Temennya dokter bukan, sih? Heran aku yang kayak gitu bisa jadi dokter," keluh Keyla begitu mereka bertiga berkumpul di kantin rumah sakit. Dokter Nata tertawa begitu mendengar cerita Keyla yang berapi-api, sedangkan Elsa hanya diam sambil fokus pada suketnya. Kebiasaan, tidak boleh diganggu kalau sudah berduaan dengan makanan atau minuman.
"Eh, iya ada kabar gembira!" seru dokter Nata dengan wajah yang bersemangat. Keyla mengangkat kedua alisnya, begitu pun Elsa yang kini mengangkat wajahnya menatap dokter Nata. Jarang-jarang dokter di hadapannya ini bicara dengan semangat yang menggebu-gebu di rumah sakit.
"Apa? Kulit manggis kini ada ekstraknya?" tebak Keyla asal. Elsa tertawa sambil memegang perutnya, bahkan tangannya yang menganggur ia gunakan untuk menepuk-nepuk kecil meja di hadapan mereka saking kuatnya ia tertawa.
Definisi warga receh adalah Elsa.
"Bukan, lah! Nanti habis Elsa selesai ujian, kita liburan. Gimana?" tanya dokter Nata sambil menaik turunkan alisnya. Keyla dan Elsa menatap dokter Nata dengan tatapan tak percaya. Serius? Dokter Nata mengajak mereka liburan? Wah, ini namanya keajaiban!
"Emang dokter enggak sibuk? Kok, ngajak liburan?" tanya Elsa penasaran.
Dokter Nata menggeleng dan menatap dua anak gadis di depannya ini bergantian. "Saya dapet libur empat hari dari dokter konsulen," katanya bangga.
Keyla memandang dokter Nata dengan tatapan tak percaya. Mana mungkin dokter konsulen memberikan libur secara cuma-cuma. Ini, mah antara dokter Nata mengajukan untuk libur atau memang sengaja meliburkan diri karena ngebul seharian di ruang OK.
"Yakin, dok? Emang dokter konsulen sebaik itu, ya? Aku enggak percaya," ucap Keyla sedikit meragukan yang dibalas dengan anggukan Elsa. "Dosen aku aja enggak pernah ngasih libur cuma-cuma. Malahan selalu disuruh masuk walaupun emang enggak ada jadwal," tambah Elsa.
Dokter Nata sedikit memanyunkan bibirnya, kesal dengan dua gadis di hadapannya ini. Dikasih liburan malah meragukan. Padahal dirinya sudah mengusahakan yang terbaik untuk dua anak dewasa nanggung yang satu ini.
"Saya ajakin liburan malah enggak mau. Ya udah, enggak usah liburan aja."
"IDIH, KOK NGAMBEK? DIAJARIN SIAPA?" seru Keyla begitu melihat dokter Nata yang tiba-tiba merengut. Mau tertawa, tapi masa iya dia menertawakan dokter residen bedah yang satu ini?
"Dok, tau jijik enggak? Jangan sok ngambek begitu, aku rada gimana gitu soalnya." Elsa menambahkan dengan wajahnya yang dibuat tidak enak. Dokter Nata jadi keki sendiri. Niat hati ingin terlihat marah, malah disembur begini.
"Ya udah, sih. Enggak usah menghina," katanya.
"Dokter beneran libur?" tanya Elsa akhirnya. Mengembalikan topik seperti sedia kala. Dokter Nata mengangguk dan mengatakan bahwa dirinya benar-benar tidak berbohong. Elsa mengangguk tanda mengerti dan tak menjawab apa-apa lagi sampai akhirnya Keyla yang bersuara.
"Ya udah, ke Aquarium Jakarta aja, yuk! Aku mau liat ikan," usulnya dengan semangat. Elsa menggeleng dan mengerutkan dahinya tanda tak suka. "Aku mau ke Dufan, mau naik histeria sama kora-kora. Enggak mau ke aquarium itu," tolak Elsa.
"Dufan terus! Enggak bosen apa?" tanya Keyla emosi. Sebal juga karena selera Elsa yang sok berani itu. Padahal dengar lagu mellow juga langsung nangis.
"Biarin, kan udah besar. Daripada kamu ke aquarium kayak anak kecil," jawab Elsa sambil memeletkan lidahnya. Dokter Nata yang melihat perdebatan kecil ini hanya tersenyum geli. Lucu juga dua anak ini kalau sedang dalam mode bertengkar. Sama-sama gemasnya.
"Kita ke taman safari dulu aja gimana? Saya lagi pengen liat binatang," usul dokter Nata akhirnya. Sang dokter dihadiahi tatapan dari kedua anak gadis di depannya itu. Bukan tatapan tajam, hanya sekedar tatapan anak kecil yang tiba-tiba diberhentikan saat sedang asik berdebat.
"Boleh enggak?" tanya dokter Nata lagi. Elsa berdeham dan mengangguk seraya mengatakan, "Ya udah. Karena yang ngajak dokter, terserah aja."
Dokter Nata tersenyum begitu mendengar jawaban dari Elsa. Keyla juga ikut mengangguk samar-samar. Menyetujui ide dokter Nata untuk pergi ke Taman Safari.
"Tapi aku mau safari malam," kata Keyla dengan suara yang pelan. Elsa juga diam-diam mengangguk menyetujui. Sudah lama dirinya ingin merasakan sensasi safari malam. Untung selera Keyla yang ini sama dengan dirinya.
"Iya, nanti kita berangkat sore biar kebagian safari malam. Gimana?" tanya dokter Nata memastikan. Elsa dan Keyla mengangguk bersamaan membuat dokter Nata gemas untuk tidak mengacak rambut kedua gadis tersebut. Kebiasaan, dokter Nata selalu suka ketika tangannya menyentuh helaian rambut milik Elsa atau pun Keyla. Meskipun keduanya memiliki tipe rambut yang berbeda, tapi rasanya tetap sama.
Jangan beritahu dokter Nata jika ada hati yang berharap di balik polosnya dua gadis di depannya.
...
Mari kita liburan......
sumpah, ya diri ini gabut banget. tapi, tugas banyak. gimana ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
We Bar Bar
Novela JuvenilIni cerita dokter Nata dan dua kawanannya, ditambah dokter Faris yang entah datang dari mana. ©mochikuchim 2020