Keyla meregangkan tubuhnya yang masih setia berbaring di atas kasur. Hari ini sepertinya hari pemalasan bagi seorang Keyla karena rasa-rasanya tumben sekali dirinya tak berselera untuk bangun dari kasurnya ini. Ia meraih ponselnya yang ada di atas lemari kecil di ujung kasurnya. Bahkan saking malasnya bangun, Keyla menyeret tubuhnya mendekati lemari demi mengambil ponsel kesayangan. Ia mengecek ponselnya, takut-takut ada pesan atau bahkan telepon tak terjawab dari seseorang yang penting meski nyatanya tidak ada. Hanya ada pesan dari Elsa yang meminta semangat karena hari ini ia akan ujian.
Keyla menekan nomor Elsa dan menelponnya. Ini masih jam delapan, pasti Elsa belum mulai ujian.
"Oit?!" sapa Elsa tak santai di ujung sana. Suaranya seperti berteriak begitu teleponnya diangkat.
"Ujian, nih?" tanya Keyla basa basi. Padahal sudah jelas-jelas Elsa ujian karena anak itu mengirim pesan untuk diberi semangat tadi.
"IYALAH! Udah, deh ya aku lagi pusing. Teleponnya nanti-nanti aja kalau udah selesai."
"Ya, selesainya kapan, Juminten?"
"Enggak tau, deh. Pokoknya jangan ada hubungin aku dulu."
"Berasa mau selingkuh aja, sih. Ya udah, semangat. Good luck! Nanti kalau itu aku ajak dokter Nata buat jemput kamu."
"Iya iya, bawel. Udah ya, dadah!"
Elsa mematikan sambungan teleponnya yang membuat Keyla geleng-geleng kepala. Tak habis pikir dengan temannya yang satu itu. Kebiasaan paniknya kadang membuat Keyla geleng-geleng sendiri.
Akhirnya, Keyla beranjak dari tempat tidur dengan segenap kekuatan yang ia kumpulkan. Keluar dari kamar dan menyapa aroma-aroma makanan yang mamanya masak pagi ini. Hanya nasi goreng, sih. Tapi, harum. Baru juga Keyla ingin melongok keadaan nasi goreng yang ada di meja makan, sang mama sudah lebih dulu memanggil namanya. Gagal sudah bertemu dengan nasi goreng spesial bikinan Mama ini.
"Kak Key?" panggil Mama begitu melihat anaknya keluar kamar. Keyla menoleh dan menjawab panggilan mamanya. Menghampiri sang mama yang kini berdiri di depan televisi dengan daster rumahan yang dibelinya beberapa bulan yang lalu di Mama Elsa. Jastip, katanya.
"Apa, Ma?" tanya Keyla tanpa basa basi.
"Tadi ada yang ngasih kamu susu, tukang koran." Mata Keyla melotot begitu mendengarnya. Apa-apaan? Jadi, selama ini penggemar rahasianya itu tukang koran?
"Loh? Emang jaman sekarang masih ada tukang koran yang keliling kayak gitu? Bukannya kebanyakan pada mangkal?" tanya Keyla bingung. Mamanya menjawab dengan gedikan di bahunya, sekaligus menunjuk ke arah kulkas. "Susunya Mama taro di kulkas," katanya dan berlalu meninggalkan Keyla yang kini berlari kecil ke arah kulkas yang ada di dekat kursi panjang di ruang televisi.
Tangannya meraih susu kotak berwarna biru dengan tulisan full cream di sana. Keyla juga lihat ada sebuah sticky note warna biru muda yang tertempel menutupi merk dari susu kotak itu. Tulisannya berantakan, tapi masih bisa Keyla baca. Begini tulisannya,
"Awali hari ini dengan yang manis, liat foto saya misalnya. Semangat, ya! Besok saya ajak keliling dunia binatang!
Tertanda, residen bedah yang lebih tampan dari Lee Hangyul yang sering kamu elu-elukan."
Keyla tertawa terbahak-bahak begitu melihat isi pesannya. Kalau bahasa kasarnya, ngakak sampai guling-guling. Oknumnya pasti dokter Nata. Siapa lagi, sih residen bedah yang tingkahnya begini? Keyla masih betah tertawa, namun suaranya lebih kecil dari sebelumnya. Hanya tinggal sisa-sisanya saja. Ia cabut sticky note itu dan meletakannya di pintu lemari di dalam kamar. Menusukan sedotan ke dalam susu kotak dan meminumnya dengan senyuman yang sebenarnya nyerempet ke arah tertawa itu.
...
"Ibu, Elsa pergi dulu!" teriak Elsa di depan pintu rumahnya. Meskipun jam masih menunjukan pukul tujuh pagi, tapi dirinya sudah siap ancang-ancang untuk pergi ke kampus. Katanya, supaya bisa belajar dulu. Padahal, halah. Belajar itu hanya wacana. Paling sampai kampus malah asik ngeluh bersama teman-temannya yang lain. Atau bahkan sibuk merapal doa yang isinya kebanyakan, ya Allah, semoga aku enggak dikasih tindakan yang susah.
Elsa memakai sepatu pantopel putihnya dan berjalan ke luar area rumah dengan wajah santai yang dibuat-buat. Padahal dalam hati rasanya sudah mau nangis sampai membuat se-kampung banjir. Begitu kakinya keluar dari pekarangan rumah, tiba-tiba seseorang dengan sepeda berhenti di depannya. Elsa bingung, tapi akhirnya ikut berhenti juga.
"Eh, Samir?!" teriak Elsa begitu melihat Samir yang ternyata berdiri di depannya. Duh, Samir ini temannya yang masih sekolah di sekolah menengah atas. Ya, Samir itu adik kelas Elsa intinya. Mereka berteman lumayan dekat karena memang kedua ibu mereka juga berteman sejak dari dalam kandungan.
"Teh, ini susu kotak. Bukan dari Samir, enggak tau dari siapa. Ditanya malah aku yang diomelin. Udah, ya. Samir mau jalan sekolah. Hati-hati, Teh!" katanya tanpa jeda yang membuat Elsa mau tak mau menerima susu yang diberikan Samir barusan.
Elsa sempat blank sambil melihat kepergian Samir di depannya, sebelum akhirnya ia mengalihkan seluruh atensinya kepada susu kotak yang ia pegang. Susu kotak dengan warna putih serta tulisan low fat yang ada di sana benar-benar menyita perhatiannya. Ditambah dengan sticky note yang menutupi hampir semua permukaan susunya hingga merknya tak terlihat lagi. Tapi, Elsa tertawa begitu sadar apa isi memonya.
"Saya tau kenapa kamu suka yang low fat, ternyata karena badan kamu sama kayak saya. Oke, enggak apa-apa. Minum, ya susunya. Tapi, enggak ada acara diet-diet! Oh, semangat ujiannya! Inget, jangan gugup! Besok saya aja kamu keliling dunia binatang sekalian cari kebahagian bareng saya;)
Tertanda, residen bedah yang lebih tampan dari Han Seungwoo yang katanya atletis itu."
...
sekarang apdetnya dua part per hari:)

KAMU SEDANG MEMBACA
We Bar Bar
Teen FictionIni cerita dokter Nata dan dua kawanannya, ditambah dokter Faris yang entah datang dari mana. ©mochikuchim 2020