Katanya Cemburu

53 5 0
                                    

Keyla sama sekali tidak berhenti misuh-misuh sore ini. Dirinya kesal setengah mati begitu dokter Nata mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Memangnya kenapa kalau dia datang ke rumah sakit? Memangnya hanya Elsa yang mau belajar dengannya? Memangnya dirinya tidak boleh ikut belajar? Baru kali ini Keyla kesal pada dua temannya itu. Ditambah Elsa yang sama sekali tidak mengatakan apa-apa bahwa dirinya hendak pergi ke rumah sakit menemui dokter Nata, meski hanya untuk belajar.

Keyla tahu Elsa pergi ke rumah sakit dari ibunya. Keyla menghubungi ibu Elsa dan bertanya apa Elsa sudah pulang ke rumah atau belum. Tapi, ibunya bilang Elsa pulang telat hari ini karena harus belajar untuk ujian lab minggu depan bersama dokter Nata di rumah sakit. Serius, Keyla kesal setengah mati.

"Kamu kenapa, Key? Kesel banget kayaknya," tanya sang mama begitu melihat anak gadisnya menuang air minum dengan penuh amarah.

"Kesel, lah. Elsa ke rumah sakit nemuin dokter Nata enggak ngajak-ngajak aku," katanya dan meminum segelas air putih di tangannya. Sang mama hanya tersenyum mendengar keluhan anaknya itu. Tak habis pikir ternyata anaknya masih bisa marah hanya karena hal semcam ini.

"Kamu juga sering pergi sama dokter Nata tanpa Elsa. Gantian, dong sekarang." Sang mama mengelus kepala Keyla sayang. Mencoba mengusir pikiran-pikiran kotor Keyla dan juga rasa kesalnya.

"Tapi, aku pergi sama dokter Nata emang karena Elsa enggak bisa ikut. Sekarang masa aku yang ditinggal?"

"Elsa mau belajar, kan? Nah, Elsa pergi sama dokter Nata juga bukan karena mau main. Mereka mau belajar," kata sang mama lagi. Berusaha menenangkan anaknya yang kelewat emosi ini.

"Emangnya aku enggak boleh ikut belajar? Mentang-mentang aku enggak kuliah, aku enggak boleh ikut gitu? Diskriminasi itu!" rengek Keyla akhirnya. Sang mama hanya tersenyum dan mengelus pipi berisi Keyla dengan gerakan yang lembut.

"Keyla, bukan kayak gitu. Elsa mau ujian sebentar lagi, masa kamu tega ngebiarin Elsa gugup waktu ujian nanti? Bukannya mereka enggak mau ajak kamu, tapi ada saatnya mereka juga butuh waktu untuk berdua. Kadang kamu juga gitu sama dokter Nata. Iya, kan?" Keyla mengangguk samar-samar. Membenarkan perkataan sang mama. Bahkan kalau dilihat-lihat, Keyla yang lebih sering menghabiskan waktu bersama dokter Nata ketimbang Elsa yang sibuk dengan urusan pendidikannya. Elsa hanya sesekali ikut jika memang dia ada waktu.

Keyla akhirnya diam dan memilih untuk pergi ke kamarnya lagi. Begitu ia membaringkan dirinya di kasur, ia melihat notifikasi pesan dari Elsa yang mengirimkannya sebuah foto. Lalu disusul oleh pesannya yang berbunyi,

"Aku udah bisa nginfus, dong! Liat!"

Keyla membuka pesannya dan melihat foto yang dikirim Elsa. Foto tangan dokter Nata yang terpasang infus hasil karya Elsa, katanya. Keyla hanya diam dan mengetik balasan seadanya. Hanya mengatakan kata selamat dan harapan semoga ujian gadis itu minggu depan lancar. Lalu setelah itu tak ada lagi balasan dari Elsa.

Keyla sendiri bingung dengan sikapnya yang sekarang. Dengan sikapnya yang tiba-tiba kesal begitu tahu bahwa Elsa dan dokter Nata bertemu tanpa ada dirinya. Rasanya aneh. Membiarkan dokter Nata dan Elsa berdua benar-benar menganggu pikirannya. Ia bahkan sempat berpikir bahwa dirinya menyesal mengenalkan dokter Nata pada Elsa jika ia tahu akan begini jadinya. Padahal, kalau dilihat lagi kenapa juga harus menyesal? Elsa baru beberapa kali pergi berdua dengan dokter Nata. Dan yang kali ini pun bukan untuk bermain, melainkan belajar. Kenapa juga harus kesal?

Keyla tidak mau sebenarnya bersikap begini, tapi rasanya tidak enak. Membayangkan kedua temannya itu tertawa, bercanda, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan tanpa dirinya itu adalah sesuatu yang menyebalkan untuk dibayangkan sekarang. Keyla merasa bahwa dokter Nata sudah bukan seutuhnya ia miliki. Bukan dalam artian kekasih, tapi ya begitu. Dulu, dokter Nata selalu ada di dekatnya, membantunya tiap ia kesulitan dalam melakukan aktivitas, tertawa dengannya, bercerita kepadanya. Tapi, setelah ia mengenalkan Elsa, atensi dokter Nata seperti dibagi dua. Antara dirinya dan Elsa.

Keyla ingat waktu itu, saat Elsa yang katanya pingsan setelah donor darah. Dokter Nata rela pergi ke rumah Elsa untuk sekedar mengecek keadaan anak itu padahal Keyla sudah menunggunya di rumah karena hari itu dokter Nata sudah janji ingin mengajaknya bertemu dengan perawat-perawat yang merawatnya semasa operasi. Tapi, Keyla dibuat menunggu meski akhirnya dokter Nata datang juga.

Waktu itu dokter Nata terlihat kesal sendiri begitu mereka ada di dalam mobil. Mulutnya tak henti-henti membicarakan soal Elsa yang masih tertidur saat dirinya sampai di rumah anak itu. Dokter Nata bahkan sampai mengomel bahwa Elsa itu keras kepala. Harusnya setelah donor darah dia diam dulu, jangan bergerak ke mana-mana. Intinya, hari itu dokter Nata kesal setengah mati karena kecerobohan Elsa.

Keyla juga ingat saat pertama kali dirinya mengenalkan Elsa pada dokter Nata. Dokter Nata sering sekali meminta dirinya untuk mengajak Elsa main ke rumah sakit. Alibinya supaya Elsa terbiasa nantinya kalau-kalau dia bekerja atau ada praktek klinik di rumah sakit. Keyla, sih oke. Dirinya mengatakan bahwa Elsa sibuk, susah untuk mengajaknya keluar karena memang saat itu Elsa benar-benar tidak bisa diganggu gugat karena tugas kelompok yang lumayan banyak. Dokter Nata sempat kecewa saat itu, tapi akhirnya ia tidak masalah.

Keyla bukan gadis peramal atau pembaca pikiran dan hati orang lain. Dia tidak bisa membaca apa isi hati Elsa atau pun dokter Nata. Bahkan hatinya sendiri pun Keyla sama sekali tidak tahu. Tapi, perlakuan dokter Nata padanya belakangan ini benar-benar mengubah cara pandangnya pada sang dokter. Mungkin di mata orang lain itu biasa saja, sama seperti perlakuan teman pada umumnya. Tapi, apa iya begitu? Dokter Nata yang panik saat dirinya demam, yang sibuk mengatakan bahwa dirinya harus terus menjaga kesehatan, yang selalu mengajaknya untuk sekedar menonton film di apartmentnya, yang membiarkannya mengacak-acak isi dapur dan berakhir memeluknya setiap kali ia tak sengaja tertidur saat menonton film dengannya. Apa teman melakukan hal semacam itu?

Keyla tak pernah memiliki perasaan pada dokter Nata barang sekecil kutu pun. Ia sudah berjanji pada diri sendiri. Tapi, kalau kasusnya begini, ia bisa apa? Dokter Nata sendiri yang membuatnya sering berspekulasi tentang apa arti dirinya untuk sang dokter. Bukan salah Keyla jika dirinya tiba-tiba memiliki perasaan pada dokter Nata. Dokter Nata sendiri yang menanam benihnya, menyiramnya, bahkan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Bukan salahnya kalau tiba-tiba ia merasa tak suka saat dokter Nata berdua dengan Elsa tanpa mengajak dirinya. Bukan salahnya kalau dirinya merasa kehilangan sosok dokter Nata yang dulu selalu ada.

Semua karena ulah dokter Nata sendiri yang membuat perasaan itu tiba-tiba ada.

...

double update!

We Bar BarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang