Keyla bingung kalau harus ditanya bagaimana perasaannya sekarang. Rasanya tak karuan, campur aduk. Beberapa menit yang lalu, Keyla dan dokter Nata mengunjungi toko buku di salah satu pusat perbelanjaan. Ini paksaan dari dokter Nata, katanya ia tak ingin Keyla pergi sendirian. Ditambah, dirinya tak ingin kembali memperlebar jarak dengan gadis itu. Dokter Nata ingin memperbaiki hubungannya dengan Keyla yang sempat merenggang beberapa waktu lalu. Tapi, Keyla sempat menolak karena ia tak ingin ditemani. Namun, sekeras apapun gadis itu menolak, dokter Nata tetap akan jadi pemenangnya di akhir.
Awalnya, biasa saja. Keyla sibuk memilih-milih buku soal latihan ujian masuk universitas. Dokter Nata juga sesekali membantu dengan merekomendasikan beberapa buku yang dulu pernah ia pakai. Ya, walaupun jarak mereka lumayan, tapi dokter Nata bilang bukunya masih jadi rekomendasi sampai sekarang.
Namun, kegiatan mereka harus terhenti begitu suara perempuan memanggil dokter Nata. Keduanya menoleh, Keyla menatap bingung seseorang yang berdiri di depannya. Begitu matanya beralih pada dokter Nata, laki-laki itu justru menunjukan ekspresi terkejut yang luar biasa. Keyla sama sekali tak tahu tentang siapa yang berdiri di depannya hingga membuat dokter Nata sebegini terkejut. Tapi, setelahnya ia tahu kalau ternyata perempuan di depannya ini adalah Natasha. Mantan kekasih dokter Nata.
"Kalian lagi apa?" tanya Natasha dengan senyuman tipis yang menawan. Keyla diam tak ingin menjawab, kepalanya bahkan menunduk begitu dalam. Entah, ia justru merasa bersalah ketika harus berhadapan langsung dengan Natasha begini. Padahal, dirinya tak pernah mengenal Natasha secara pribadi. Tapi, dengan status gadis itu yang kini sudah menjadi mantan dokter Nata, sukses membuat Keyla rasanya ingin pergi dari tempat ini.
"Ini Keyla?" tanya Natasha yang kini menepuk pundak Keyla, membuat gadis itu mau tak mau mendongakan kepala dan melempar senyum tipis sebagai jawaban.
"Cantik, ya?" lanjutnya sambil melirik ke arah dokter Nata yang masih setia dalam mode diamnya.
"Ibu nanyain. Kalau ada waktu boleh mampir ke rumah ya, Nat. Minggu depan aku harus ke Belanda karena ada proyek di sana," katanya lagi. Dokter Nata samar-samar mengangguk. "Keyla, titip Nata ya? Lanjutin aja jalan-jalannya. Aku duluan."
Keyla mengangguk kaku sebelum Natasha pergi menjauh. Dirasa perempuan itu sudah pergi, Keyla menghela napasnya lega. Entah kenapa, tapi rasanya seperti dipergoki jalan bersama kekasih seseorang. Padahal, dokter Nata dan Natasha sudah tak memiliki hubungan apa-apa lagi. Kenapa harus takut?
"Maaf, ya? Jadi ketemu Natasha," kata dokter Nata. Keyla mengangguk, bosan juga mendengar kata maaf keluar dari mulut sang dokter sejak kemarin siang.
"Kalau dokter ngomong maaf lagi, aku kasih ke ikan hiu," celetuk Keyla yang membuat dokter Nata mau tak mau tersenyum.
"Mau ke mana abis ini?" tanya dokter Nata lagi ketika mereka keluar dari toko buku. Keyla berpikir sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi ke Kintan--restoran dengan gaya all you can eat, karena kebetulan perutnya minta diisi.
Sesampainya di sana, keduanya langsung memesan. Pilihannya langsung jatuh pada daging, meskipun dokter Nata berkali-kali menolak dengan alasan klasik. Diet. Keyla mau tertawa, sebenarnya. Sejak kapan dokter Nata diet?
"Sejak putus," jawab dokter Nata tanpa beban sambil memanggang daging di depannya. Keyla jadi diam, kikuk sendiri mendengar jawaban tak terduga dari dokter Nata. Sang dokter langsung menyadari perubahan ekspresi Keyla dan tertawa karena menganggapnya lucu.
"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?" tanya Keyla sewot. Dokter Nata menggeleng sambil sesekali membolak-balik daging di depannya.
"Apinya gede banget, anjir! Nih, piring kamu mana? Cepetan!" seru dokter Nata heboh karena apinya yang lumayan besar itu. Keyla jadi tertawa sambil menyerahkan piringnya pada dokter Nata.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Bar Bar
Teen FictionIni cerita dokter Nata dan dua kawanannya, ditambah dokter Faris yang entah datang dari mana. ©mochikuchim 2020