Dua hari ini Keyla dan Elsa menghilang dari kehidupan dokter Nata. Beberapa kali dokter Nata juga menghubungi dua gadisnya ini, tapi tak mendapat balasan apa-apa. Sang dokter juga belum sempat untuk pergi ke rumah mereka karena pekerjaan di rumah sakit yang semakin padat. Dirinya harus bolak-balik ruang operasi tanpa henti. Semenjak dirinya mengambil libur empat hari kemarin, pekerjaannya mulai padat kembali begitu dirinya masuk. Sial, memang.
Keyla sendiri masih sama, tidak sibuk, tapi juga tidak santai. Elsa pun begitu, hanya sibuk rebahan di tempat tidurnya sambil menunggu pengumuman hasil ujian labnya.
Hari ini, Keyla mengajak Elsa untuk bertemu sebenarnya. Di sebuah kedai kopi di dekat rumahnya. Kedai kopinya tidak terlalu ramai dan itu yang menjadi alasan Keyla memilih tempatnya. Keyla berpikir bahwa ia harus mengatakan apa yang membuatnya menjadi tak karuan belakang ini. Ditambah Elsa yang sepertinya juga terbawa suasana dan rasanya seperti keduanya tengah bertengkar.
Elsa datang ke kedai kopi itu satu menit setelah Keyla datang. Keduanya duduk saling berhadapan tanpa ada yang memulai percakapan lebih dulu. Padahal ada banyak sekali yang ingin Keyla utarakan pada Elsa. Ia sendiri tak tahu pasti apa penyebabnya. Tapi, kalau boleh menebak, semua pasti ada sangkut pautnya dengan dokter Nata.
"El?" panggil Keyla yang hanya dibalas Elsa dengan gumaman kecil.
"Aku enggak tau kita ini kenapa, tapi jangan kayak gini, ya?" katanya lagi. Elsa menghela napasnya. Berat sebenarnya. Ia juga tak ingin begini, terlebih tanpa ada alasan yang kuat. Kenapa juga tiba-tiba hawanya menjadi tidak enak semenjak keduanya melihat dokter Nata kala itu? Mana mungkin hal itu penyebabnya. Maksudnya, apa salahnya dengan melihat dokter Nata berdua dengan perempuan di mall sana?
"Kalau ini soal dokter Nata, kayaknya enggak harus sampai kayak gini," lanjut Keyla. Entah kenapa, tapi Elsa kesal karena Keyla menganggap enteng segalanya. Meskipun jauh dalam dirinya, ia juga tak ingin membesar-besarkan hal ini. Tapi, coba lihat ke belakang? Apa wajar jika dokter Nata menyembunyikan banyak rahasia dari mereka berdua dan memerlakukan keduanya seenaknya?
"La, kamu enggak ngerti. Bukan karena dokter Nata udah dewasa dan kita masih anak-anak, dia bisa kayak gitu ke kita. Aku enggak masalah sama kenyataan kalau dia udah punya pacar, tap--"
"Kamu suka sama dokter Nata?" todong Keyla tiba-tiba. Elsa terkejut begitu Keyla melontarkan pertanyaan macam itu padanya. Meskipun begitu, Elsa mencoba untuk tetap terlihat tenang. Ia menggeleng sebagai jawabannya.
"Enggak. Kenapa juga harus suka? Dokter Nata temen kita, kan?"
Keyla memajukan tubuhnya ke arah Elsa, menatap temannya itu seakan ingin membuktikan bahwa perkataannya barusan adalah bohong belaka.
"Kalau kamu enggak suka sama dokter Nata berarti bagus. Kamu enggak begitu terpengaruh sama semua perhatian yang dokter Nata kasih. Tapi, aku beda, El." Keyla menatapnya serius, mencoba untuk menyalurkan perasaannya pada Elsa. Seakan berbicara bahwa dirinya ini merasakan hal yang berbeda.
"Aku sayang sama dokter Nata bukan sebagai teman, bukan sebagai pasien ke dokternya. Tapi sebagai perempuan kepada laki-laki pada umumnya. Aku tau aku salah, tapi aku bisa apa? Aku berulang kali mengelak, tapi ujungnya tetep aja sama. Aku enggak suka waktu dokter Nata pergi ngajarin kamu di rumah sakit, aku juga sebenernya enggak rela waktu kamu jadi orang terakhir yang dokter Nata bawa untuk jalan-jalan kemarin. Tapi, aku berusaha buat ngelak, El." Keyla menjelaskan panjang lebar tentang perasaannya yang tak karuan belakangan ini.
"Aku enggak tau gimana perasaan kamu waktu liat dokter Nata kemarin sama perempuan lain. Tapi, aku pribadi ngerasa kayak dikhianati? Pertemanan kita kayak cuma dianggap main-main sama dia selama ini. Kalau pun dia punya pacar, aku enggak masalah. Itu di luar kehendak aku dan kamu tentunya. Tapi, dia enggak ada bilang apa-apa sama kita? Kamu yakin kamu baik-baik aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
We Bar Bar
Ficção AdolescenteIni cerita dokter Nata dan dua kawanannya, ditambah dokter Faris yang entah datang dari mana. ©mochikuchim 2020