Keyla menggerutu begitu melihat Elsa yang masih asik rebahan di atas kasurnya. Bagaimana tidak, seharusnya siang ini mereka pergi ke rumah sakit karena sudah janji dengan dokter Nata untuk makan siang bersama. Salahkan kampus Elsa yang menjebak anak itu selama berjam-jam, padahal matanya benar-benar sudah tidak berdaya.
"La, enggak ada tempat lain selain rumah sakit? Di rumah lo aja, sih. Serius, gue males banget bangun." Keyla memutar bola matanya kesal. Kalau bisa, sih dirinya sudah membuat acara piknik di kamarnya kalau semisal dokter Nata itu bukan tipe orang sibuk yang sama sekali tak bisa diganggu gugat kalau sedang kerja. Tapi, faktanya? Dokter Nata terlalu sibuk untuk meladeni bocah-bocah yang modelnya seperti mereka ini.
"Kalau dokter Nata tukang kuli bangunan, udah gue ajak lo ke proyeknya daripada di rumah sakit."
"La, gue serius. Cape banget gue soalnya. Atau mau lo aja yang ke rumah sakit temenin dokter Nata makan?" tanya Elsa yang membuat Keyla menggeleng heboh. Mana bisa begitu? Jarang-jarang mereka punya waktu untuk makan siang bersama. Setidaknya harus dipaksakan supaya rencana makan siang bersama ini tak hanya jadi wacana.
"El, ayo dong! Kalau kayak gini kapan makan barengnya?" Keyla sudah memasang ekspresi wajah paling melas saking pasrahnya melihat sang teman dengan pakaian putih biru kebanggaannya masih asik rebahan. Bukan apa-apa, Elsa benar-benar lelah hari ini. Karena kuliah, kesal dengan dokter Nata yang tiba-tiba membuatnya menunggu satu jam di rumah sakit kemarin, dan juga Keyla yang rasanya sama sekali tidak tahu diri itu.
"Lo masih flu, La. Mending makan di sini aja, gue juga lagi males makan. Suruh dokter Nata ke sini aja."
Keyla memajukan bibirnya kesal. Apa-apaan, katanya. Memang dokter Nata itu pengangguran yang bisa main asal disuruh datang hanya untuk makan siang? Bahkan kalau jadi dokter Nata, dia pasti lebih memilih untuk melewatkan jam makan siang demi tugasnya di rumah sakit.
"Ya udah, gue telepon dokter Nata. Nanti kalau dia beneran ke sini, lo harus ikut makan."
Dan Keyla benar-benar menghubungi dokter Nata. Elsa bisa dengar dengan jelas perdebatan-perdebatan kecil antara Keyla dan dokter Nata. Tapi akhirnya Keyla mengangguk dan mengatakan bahwa dirinya dan Elsa menunggu di rumah.
Setengah jam kemudian, mereka mendengar suara mobil dari luar. Keyla sudah hapal betul kalau suara itu suara mobil dokter Nata. Siapa lagi, sih yang bawa mobil ke rumah Keyla kalau bukan papanya atau dokter Nata?
"Eh, putera mahkota udah datang. Gimana? Kok, lama? Coba aja datang setengah jam lagi, dok. Selesai candi aku," cerocos Keyla begitu menyambut dokter Nata di pintu rumahnya. Dokter Nata sendiri hanya memilih untuk menampakkan senyum terbaiknya, karena jujur saja hari ini bukan hari keberuntungannya. Dia sendiri malas sebenarnya meladeni omongan Keyla, tapi ya mau gimana?
"Elsa ke mana?" tanya dokter Nata alih-alih meladeni perkataan Keyla, ia malah menanyakan Elsa yang tak kelihatan sama sekali batang hidungnya. "Ada di kamar, kayaknya cape banget dia. Dokter Nata juga cape?" tanya Keyla balik yang langsung dibalas anggukan mantap dari sang dokter residen bedah itu.
Keyla iba sebenarnya melihat kondisi dokter Nata yang ada di hadapannya ini. Meskipun kalau dilihat sama saja, tapi Keyla tahu betul ada yang tidak beres. Mungkin pekerjaan dokter Nata hari ini lebih berat dari biasanya, entah itu karena omelan keluarga pasien, perawat-perawat super mega senior, atau mungkin dari dokter-dokter konsulen, dan spesialis. Yang jelas dokter Nata jelek banget hari ini.
"El! Dokter Nata udah datang!" teriak Keyla begitu dirinya dan dokter Nata masuk ke kamar. Elsa sendiri hanya mengangkat sedikit kepalanya lalu membuat gestur hai dengan tangannya yang terangkat ke udara. Kurang sopan memang, tapi serius, Elsa sedang dalam kondisi hati dan tubuh yang tidak baik hari ini.
"Kamu enggak usah teriak-teriak kayak gitu, La. Suara kamu masih bindeng gitu, obatnya udah diminum?" tanya dokter Nata sambil memposisikan dirinya duduk di karpet bermotif kartun mobil bus warna biru dan kawanannya di bawah sana. Keyla ikut duduk dan menganggukkan kepala sambil menunjuk ke arah meja kecil tempat ia menyimpan obatnya. "Tuh, obatnya di sana. Tiga kali sehari, berarti harus diminum tiap delapan jam sekali. Bener?"
Dokter Nata mengusak rambut Keyla sambil tersenyum hangat. Keyla sendiri hanya diam dengan wajah yang sulit diartikan. Tidak kaget juga sewaktu dokter Nata memperlakukannya begini. Toh, laki-laki itu sering melakukan hal serupa padanya juga pada Elsa.
"Oh, iya! Kalian mau makan apa? Aku hari ini enggak masak, soalnya aku kira kita bakal jadi makan di rumah sakit. Apa mau delivery aja biar kayak anak hits?" tanya Keyla. Dokter Nata yang kini menyandarkan punggungnya di tembok pun hanya mengangguk sebagai jawaban, sedangkan Elsa tak menjawab apapun padahal matanya masih terjaga. Hanya saja bibirnya seakan berat untuk digerakkan.
"Ya udah enggak usah makan. Ditanya pada diem aja," keluh Keyla. Dokter Nata yang tadi matanya terpejam pun kini menatap Keyla yang demi apapun tiba-tiba berubah menjadi menggemaskan itu. "Kok, ngambek, sih? Diajarin siapa ngambek kayak gitu? Ya udah, pesen apa aja. Saya nurut, kok. Elsa?" tanya dokter Nata. Yang ditanya tak menjawab apa-apa, terlalu malas untuk sekedar mengeluarkan suaranya barang jawaban ya atau tidak sekali pun.
"El, kamu enggak usah makan aja, ya?" ancam Keyla. Dokter Nata langsung membungkam mulut Keyla dengan tangannya. Menatap Keyla seakan ia mengancam anak itu untuk tidak bicara asal pada Elsa. "Jangan gitu, ah. Udah sana kamu pesen aja. Tiga porsi, awas kalau cuma dua." Keyla sukses dibuat cemberut lagi oleh dokter Nata. Tapi, meskipun begitu Keyla akhirnya tetap memesan makan siang untuk tiga orang dengan menggunakan ponsel dokter Nata karena katanya kuota internet Keyla habis akibat maraton drama di salah satu aplikasi warna kuning semalam.
Keyla memesan aglio olio untuk Dokter Nata, bolognaise untuk Elsa, dan carbonara untuk Keyla. Sesuai dengan kesukaan mereka masing-masing. Walaupun Elsa dan dokter Nata tidak memberitahu jenis saus apa yang mereka sukai, tapi Keyla sudah sangat hatam makanan favorit dari kedua temannya ini.
Beruntungnya hari ini adalah delivery mereka tak harus memakan waktu yang lama seperti yang pernah mereka alami sebelumnya. Hanya butuh waktu tiga puluh menit mereka menunggu makanan datang dan yang paling beruntungnya lagi adalah semua makanan hari ini disponsori--dibayar oleh dokter Nata kecintaan Keyla dan juga Elsa. Keyla bahkan tak henti-hentinya mengucap kata, aku sayang dokter Nata saking senangnya karena tak harus mengeluarkan uang lembar berwarna merah dari dalam dompetnya.
"Udah, ah. Makan aja," kata dokter Nata begitu sadar kalau Keyla sudah kelewat batas mengatakan kata-kata seperti itu. Keyla sendiri hanya menunjukan senyuman termanis yang ia punya sebelum akhirnya memasukan sesuap pasta carbonara kesukaannya. Ia bahkan lupa jika Elsa masih setia bergelung di kasurnya dan menelantarkan pasta bolognaise miliknya di lantai.
"El? Makan enggak?" tanya Keyla dengan mulutnya yang penuh dengan pasta. Percaya atau tidak, Keyla itu makan seperti anak kecil. Saus pastanya saja sampai mengotori sudut bibirnya, keluar dari zona aman.
"Kamu makan gimana, sih? Ini liat sausnya malah kamu sisain, minta banget dibersihin?" Alih-alih marah, dokter Nata malah tersenyum sambil menghapus noda saus di pinggir bibir Keyla. Kontras dengan perkataannya yang baru saja memarahi anak itu karena cara makannya yang tidak benar.
"Kok, enggak bilang, sih?" gerutu Keyla yang mengusap-usap bibirnya berantakan.
"Udah hilang, La. Kan, tadi sama saya dibersihin. Lain kali makan yang bener atau nanti saya aja yang suapin kamu?"
Jangan lupa ingatkan Elsa kalau pastanya masih ada di bawah sana. Si oknum kejahatan dosen kampus itu sedang ingin bercinta dengan kasur Keyla sampai dokter Nata pulang.
"Tau ngiinggg ngiingggg itu bunyi apa? Nyamuk. Iya, nyamuk."
...
Hehehhe
Sesuai janji, satu hari satu. Enggak usah banyak-banyak, nanti gumoh:(
![](https://img.wattpad.com/cover/199913312-288-k2090.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We Bar Bar
Novela JuvenilIni cerita dokter Nata dan dua kawanannya, ditambah dokter Faris yang entah datang dari mana. ©mochikuchim 2020