Gema benturan sepatu dengan lantai marmer terdengar nyaring menyusuri lorong bangunan megah nan indah.
Seorang pria tampan berbalut busana jas berkelas berjalan dengan gagahnya memasuki sebuah ruangan.
Terpampang seorang pria gagah lain dalam balutan busana formal tengah memandang keluar jendela besar yang ada di ruangan tersebut.
"Bagaimana Hyung?"
Tanya Mingyu yang baru saja masuk dan mendekat ke arah Soonyoung.
"Hhhh.... Entahlah, ini bahkan sudah enam bulan sejak kejadian di rumah sakit saat itu."
Jawab Soonyoung tak mengalihkan pandangannya sedikitpun. Tampak jelas gurat kegelisahan di wajah tampan Soonyoung.
"Apa yang kau takutkan Hyung?"
Tanya Mingyu kembali mengusap punggung tegap Soonyoung berusaha menyumbangkan ketenangan.
"Aku hanya takut.. dia akan menolak lagi dengan alasan yang sama. Trauma."
.
.
.
.
.Disisi bangunan yang lain terdapat seorang pria bermata rubah runcing cantik tengah berjuang meredakan kepanikan seseorang.
"Bagaimana Ji? Tarik nafas yang dalam. Apa harus aku lakukan penanganan khusus di sini?"
Yang ditanya hanya menggeleng sebagai bentuk jawaban. Wonwoo yang baru saja bertanya hanya menatap khawatir.
"A-aku han-hanya.. hanya..."
Kegugupan nampak jelas di wajah pias Jihoon. Sedari tadi keringat dingin tak berhenti keluar membasahi dahi, bahkan tangannya semakin bertambah dingin.
Wonwoo memeluk Jihoon erat seraya mengusap lembut punggung Jihoon.
"Kau pasti bisa Jihoon. Relakan atau pertahankan. Itu semua ada pada keputusanmu sendiri. Soonyoung berhak meraih kebahagiaan untuk dirinya dan orang yang dicintainya. Jangan sampai kau menyesal di akhir melihat Soonyoung mengucap janji suci untuk orang lain."
Mendengar penuturan Wonwoo membuat Jihoon menangis sejadi-jadinya. Jihoon merasa sangat bersalah. Apakah ini waktu yang tepat untuk merelakan Soonyoung? Pikir Jihoon insecure dengan keadaan mentalnya saat ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Soonyoung menutup rapat manik sipitnya ketika sebuah kalimat dilontarkan guna mensakralkan sebuah ikatan hubungan.
Ia merapal dalam hati, semoga yang ia dengar adalah jawaban yang selalu dinanti.
Akankah perjuangannya berhenti sia-sia setelah ini dan menanggung malu seumur hidup, atau menjadi awal perjuangan lebih berat di masa depan.
"Lee Jihoon-ssi, bersediakah kau menemani Kwon Soonyoung dalam suka maupun duka? Berjanji untuk setia dan selalu mencintainya?"
Puncak kalimat pertanyaan yang membuat nafas seorang Kwon Soonyoung semakin berat. Antara sanggup dan tidak sanggup untuk mendengar jawaban dari pihak yang ditanya.
'Kumohon Ji' rapal Soonyoung dalam hati.
Jihoon memandang Soonyoung sejenak, terukir senyum tipis di bibir ranum Jihoon kala melihat wajah Soonyoung yang terlampau tegang dengan manik sipit segaris karena menutup rapat.
"Saya bersedia. Saya Kwon Jihoon bersedia menemani Kwon Soonyoung dalam suka maupun duka dan akan selalu mencintainya."
Deg
Manik Soonyoung terbuka lebar, ia tatap Jihoon lekat-lekat. Antara percaya dan tidak percaya dengan pendengarannya.
"Selamat, saudara Kwon Soonyoung dan Kwon Jihoon resmi menjadi pasangan suami istri."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE [[SOONHOON]]
Fanfiction[[END]] "BUKAAAANN AKUUUUU!!!!" "AKUU BUKAN PEMBUNUUUHH!!" ~LJH "Kau adalah satu-satunya orang yang membangunkan trauma Jihoon lagi." ~CSC "Ji...bisa kita bicara?" ~KSY SoonHoon Hoshi Woozi Soonyoung Jihoon Seventeen member Highest Rank #1 in So...