Seharian Jihoon terus ditempeli Seungkwan. Seungkwan sudah seperti benalu yang menempel erat pada sang inang. Sampai bel istirahat siang berbunyi pun Jihoon masih belum mau menjawab pertanyaan Seungkwan perihal dengan siapa dia bercinta. Tentu saja karena itu sangat sangat saaangaaat privasi.
Tapi Seungkwan tidak menyerah, bahkan sempat Seungkwan meminta bantuan Hansol guru seni rupa untuk menanyakan kepada Soonyoung. Seungkwan bukannya tidak tahu Jihoon bercinta dengan siapa, hanya saja Seungkwan ingin Jihoon mengatakan langsung dari bibirnya. Seungkwan sangat gemas dengan sikap Jihoon yang terkesan malu-malu tapi mau.
Jihoon kabur ke ruang studionya agar tidak diganggu Seungkwan. Jam istirahat siang masih cukup panjang, Jihoon terduduk di sofa sambil mengelus perutnya yang kelaparan. Ia lupa bahwa sekarang tidak ada yang membawakannya bekal, biasanya sang ibu yang selalu menyiapkan.
Ia mengambil ponsel yang ada di saku celana, mengirimkan pesan kepada seseorang.
'Soonyoung kau dimana?'
1 menit, 2 menit, 5 menit tidak ada balasan. Jihoon mencoba mengirimkan pesan kembali.
'Soonyoung aku lapar, aku ada di studioku.'
Masih tidak ada balasan dari kekasih sipitnya.
"Dasar Kwon-Pabo-Menyebalkan. Kemana dia?" Monolog Jihoon.
'Jangan membuatku kesal Kwon! Aku tidak bisa keluar studio gara-gara kau! Aku malas menghadapi Seungkwan. Cepatlah kemari bawakan aku makanan. Tolong.'
Jihoon mengurangi egonya agar Soonyoung cepat datang dan membawakannya makanan. Jihoon benar-benar kelaparan sekarang. Namun, Soonyoung belum juga membalas pesannya.
Jihoon menyerah, ia tak tahan dengan rasa lapar yang menderanya. Ia keluar dari persembunyian menuju kantin yang mulai sedikit sepi meskipun masih ada beberapa murid yang hilir mudik membeli kudapan.
Jihoon memesan sepaket nasi dan minuman. Ia duduk di meja kantin bagian belakang sembari mengamati suasana kantin yang mulai sepi. Jihoon masih memikirkan dimana keberadaan hamster sipitnya. Dengan tenang Jihoon menghabiskan nasi beserta lauk-pauk hingga bersih tak bersisa. Ia habiskan pula minumannya hingga tandas.
Masih tersisa sekitar sepuluh menit sebelum bel pelajaran kembali dimulai. Jihoon selesaikan acara makan siangnya dan berencana kembali ke ruang guru.
Jihoon memilih melewati gedung H tempat Soonyoung biasa mengajar. Ia mendekat ke ruang latihan yang bisa disebut gua kesayangannya Soonyoung. Jihoon coba membuka pintu dan mengintip sedikit ke dalam ruang latihan, terdapat sosok Soonyoung seorang diri tengah meliukkan tubuhnya mengikuti irama musik. 'Pantas dia tidak membalas pesanku' batin Jihoon.
Jihoon masuk dan duduk di lantai bersandarkan dinding kaca di belakang Soonyoung. Jihoon bingung, jelas-jelas Soonyoung bisa melihat dirinya dari pantulan kaca depan. Tapi Soonyoung menghiraukannya, bahkan Soonyoung terus fokus untuk menari. 'Dia kenapa?' Batin Jihoon tak paham dengan sikap Soonyoung.
Bel berbunyi tanda istirahat siang telah berakhir. Jihoon masih diam memperhatikan Soonyoung dan tak ada niat untuk beranjak, padahal dia ada jadwal mengajar. Sedangkan Soonyoung masih terus menari tanpa berbalik badan sedikitpun.
Tiba-tiba Jihoon merasa sangat kehausan, tenggorokannya panas seperti padang gersang. Kepalanya seperti dihantam godam raksasa hingga dunianya terasa berputar-putar.
"Yo-young-youngie.." lirih Jihoon meremat surainya.
Jihoon tersungkur ke samping, kini kedua tangannya berpindah meremat perutnya, rasanya sangat sakit seperti dihunus pedang. Nyeri menggerogoti area perutnya hingga Jihoon merasa mual tak tertahankan.
"To-tolong." Bisik Jihoon yang tak mampu lagi mengeluarkan suaranya.
Soonyoung berhenti menari membeku memandang Jihoon dari pantulan kaca depan. Ia segera berbalik menghampiri Jihoon.
"Ji-Jihoon. Kau kenapa?"
Tanya Soonyoung panik mencoba meletakkan kepala Jihoon di pahanya.
Liquid bening mengalir menganak sungai di kedua pipi Jihoon. Tak tahan dengan rasa mual dan nyeri di perutnya, Jihoon memuntahkan semua isi perutnya mengotori baju yang Soonyoung kenakan.
Detak Jantung Jihoon semakin tidak beraturan, ia merasakan sesak nafas yang teramat sangat. Bagai ada yang mencekik dan menyumbat saluran pernafasannya.
Soonyoung panik dengan keadaan Jihoon. Ia langsung menggendong Jihoon di punggungnya dan berlari keluar mencari pertolongan. Untung saja ia bertemu Seungcheol dan mereka berdua pun segera membawa Jihoon ke rumah sakit terdekat. Soonyoung semakin dibuat panik kala Jihoon tak sadarkan diri di tengah perjalanan.
Soonyoung dan Seungcheol duduk di kursi tunggu depan ruang UGD. Tidak ada yang mengeluarkan kata-kata. Keduanya masih sama-sama terkejut. Dokter yang menangani Jihoon keluar menemui Soonyoung dan Seungcheol.
Dokter tersebut mengamati keadaan Soonyoung yang berantakan dengan bekas muntahan Jihoon yang masih menempel di bajunya kemudian menghembuskan nafas cukup panjang.
"Mari ikut ke ruangan saya." Titah sang dokter.
"Bagaimana keadaan Jihoon Dok?" Tanya Soonyoung tak sabaran setelah mendudukan diri di ruang sang dokter disusul Seungcheol disampingnya.
"Saudara Jihoon keracunan. Saya tidak yakin, namun sepertinya ada yang memasukkan racun ke dalam makanan yang saudara Jihoon makan. Dia keracunan Arsenic. Untung saja saudara Jihoon cepat di bawa kemari sehingga mendapat pertolongan yang tepat."
"Ra-racun arsenic?" Tanya Soonyoung asing dengan jenis racun yang baru saja ia dengar.
"Saya jelaskan secara singkat. Racun arsenic hampir mirip dengan racun sianida. Hanya saja cara kerjanya lebih menyakitkan seperti penjagal. Jika seseorang keracunan sianida maka racun itu akan langsung bereaksi dan membuat korbannya meninggal. Sedangkan arsenik sedikit berbeda, cara kerja arsenik sedikit unik. Racun ini tidak langsung bereaksi membunuh korbannya, ia bereaksi secara perlahan dan menyakitkan. Terutama di bagian lambung, itu akan sangat menyakitkan karena lambung akan terasa seperti dihancurkan. Dan jika terlambat sedikit saja nyawa korban bisa tidak terselamatkan."
Penjelasan sang dokter cukup membuat Soonyoung dan Seungcheol terkejut.
"Bagaimana keadaan Jihoon sekarang dok?" Tanya Seungcheol.
"Kondisi saudara Jihoon masih dalam pantauan. Saya dan perawat yang lain masih berusaha agar racun tersebut tidak berdampak fatal pada nyawa saudara Jihoon." Jelas dokter yang menangani Jihoon.
Soonyoung diam menundukkan kepala, pikirannya entah kemana. 'Ini semua salahku' pikir Soonyoung. Bagaimana bisa dirinya mengabaikan Jihoon hanya karena kalah dengan kecemburuan yang menguasainya. Ya Soonyoung baru saja buta dengan hatinya karena rasa cemburu melihat foto Jihoon bercumbu dengan Chanyeol yang dikirim dari nomor tidak dikenal ke ponselnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBCHappy reading Chinguuu ^^
Zozo berekspektasi You are Mine bisa tamat di chapter 25, tapi dah sampe chapter 23 belum selesai konfliknya
Menurut kalian ini kelambatan ga sih ceritanya? 😂
Kalo kepanjangan takut kalian bosen
Tapi kalo tiba-tiba end kayaknya gantung
Kkk maafkan kegalauan Zozo yang absurd ini 😢
Ode to You di depan mata
Zozo niat tahun ini harus bisa nonton Sebong
Tapi Zozo masih terhalang restu ortu terutama Ayah
Adakah di sini yang senasib dengan Zozo 😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE [[SOONHOON]]
Fanfic[[END]] "BUKAAAANN AKUUUUU!!!!" "AKUU BUKAN PEMBUNUUUHH!!" ~LJH "Kau adalah satu-satunya orang yang membangunkan trauma Jihoon lagi." ~CSC "Ji...bisa kita bicara?" ~KSY SoonHoon Hoshi Woozi Soonyoung Jihoon Seventeen member Highest Rank #1 in So...