Soonyoung batal pulang, ia ditarik paksa Chan untuk masuk ke dalam dan bertemu dengan kedua orang tua mereka. Soonyoung disambut dengan pelukan hangat oleh kedua orang tua Jihoon. Ibu Jihoon bahkan menitihkan air mata dan mengumpati Soonyoung jahat karena tidak berkunjung sedari awal. Ya, begitulah Soonyoung sangat disayang oleh keluarga Jihoon.
Jihoon mendengus kala melihat Chan menempeli Soonyoung. Ia sangat tahu adiknya itu menggilai Soonyoung sebagai 'role model' atau panutan. Tapi entah mengapa itu membuat Jihoon jengkel melihat Chan terlalu dekat dengan Soonyoung. Apa Jihoon mulai merasakan cemburu? Bisa jadi.
Jihoon melangkah ke kamar dengan sedikit menghentakkan kaki. Menutup pintu sedikit kuat dan menghamburkan tubuhnya di atas ranjang kesayangan. Memejamkan mata menikmati perasaan yang membuat kepala Jihoon pening. Rasanya seperti ada sesuatu yang menggelora. Jihoon bingung mendefinisikannya. Intinya ia bertekat menyembuhkan traumanya.
Tok tok tok
"Hyung bangun. Sudah pagi, apa kau tidak pergi bekerja?" Chan mengetuk pintu kamar berusaha membangunkan beruang tidur yang ada di dalam.
Jihoon berjengit, sudah pagi? Kenapa bisa sudah pagi? Sial, ternyata Jihoon ketiduran. Bahkan pakaiannya masih lengkap dengan yang kemarin ia pakai. Jihoon segera bersiap dan segera pergi.
Jihoon meletakkan tas di mejanya. Ia duduk mengatur nafas karena sedikit berlari takut terlambat. Ingat? Dia seorang guru yang menjadi panutan bagi muridnya.
Soonyoung masuk membawakan Jihoon sebungkus sarapan dan segelas teh hangat.
"Makanlah Jie. Aku tahu kau belum sarapan. Chan mengirim pesan padaku bahwa kau terburu-buru hingga tak sempat sarapan. Kau mengajar di jam ke 4 kan? Masih ada cukup waktu untuk sarapan dan beristirahat." Ujar Soonyoung lembut meletakkan teh dan sebungkus makanan di meja Jihoon.
Jihoon mendengus, ternyata Chan dan Soonyoung sudah saling berkirim pesan. Bahkan dirinya saja belum. Ya karena baru tadi malam ia mendapat nomor Soonyoung dan setelah itu ia ketiduran. Entahlah, ia merasa tak suka saja.
"Terimakasih." Jawab Jihoon dingin.
Soonyoung menautkan alisnya bingung. Memang Jihoon berterimakasih, tapi sikapnya tidak ada manis-manisnya sama sekali. Bahkan sudah tidak ada raut ketakutan yang terpancar di wajah Jihoon, lebih tepatnya reaksi Jihoon seperti terkesan agak dingin?
Soonyoung tak ingin ambil pusing, ia pamit berjalan menuju mejanya yang ada di barisan ke dua dari depan. Meja di ruang guru dibagi menjadi 4 blok baris. Barisan pertama untuk guru mata pelajaran umum, kedua guru seni tari, ketiga guru seni rupa, dan terakhir guru seni musik.
Jihoon membuka bungkus makanan sembari menatap punggung Soonyoung dari belakang.
"Hyung, biasa saja melihatnya. Kau bisa melubangi punggungnya jika menatapnya seperti itu." Seungkwan mencolek dagu Jihoon dari samping seraya menggoda guru mungil yang sedang dalam mode kurang perhatian.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE [[SOONHOON]]
Fanfic[[END]] "BUKAAAANN AKUUUUU!!!!" "AKUU BUKAN PEMBUNUUUHH!!" ~LJH "Kau adalah satu-satunya orang yang membangunkan trauma Jihoon lagi." ~CSC "Ji...bisa kita bicara?" ~KSY SoonHoon Hoshi Woozi Soonyoung Jihoon Seventeen member Highest Rank #1 in So...