♡30

2.6K 298 47
                                    

"Terima kasih banyak atas bantuanmu Seokmin. Tolong bantu aku menjebloskannya ke penjara." Pinta Soonyoung memohon.

"Nee Hyung. Kau bisa langsung buat laporan ke kantor polisi, dan aku yang akan menangani kasus ini membantumu menangkapnya."

"Syukurlaahh." Mingyu berucap lega sekaligus senang sahabatnya mendapat titik terang.

"Aishh sial baterai ponselku habis, aku tak sempat mengisinya tadi malam."

Rutuk Soonyoung pada ponsel di genggamannya yang kini hanya terpampang layar hitam.

"Jam berapa sekarang Gyu?" Tanya Soonyoung.

"Hampir pukul lima Hyung." Jawab Mingyu melihat arloji mahal yang bertengger di pergelangan lengan kokohnya.

"Aishhh, aku harus segera kembali ke rumah sakit, Jihoon pasti sudah menungguku. Tolong tanyakan kekasihmu apakah masih di sana?"

"Baik Hyung."

Belum sempat Mingyu menelpon kekasihnya, panggilan Wonwoo sudah lebih dulu masuk ke ponsel Mingyu.

"Halo My Sweety, baru saja aku ingin meneleponmu."

Ucap Mingyu menjawab telepon Wonwoo yang membuat Seokmin dan Soonyoung menampakkan wajah malas.

"Ya ya, apa kau sedang bersama Hoshi? Aku mencoba meneleponnya tapi tidak bisa."

"Ya aku sedang bersama Hoshi hyung sekarang. Ada apa Hunny? Kenapa suaramu seperti itu?" Tanya Mingyu bingung mendengar nada Wonwoo yang seolah seperti khawatir.

"Tolong laudspeaker Hunny, aku ingin bicara pada Hoshi."

Mingyu mengubah mode sambungan menjadi laudspeaker agar dapat di dengar Soonyoung. Soonyoung hanya menunggu apa yang akan disampaikan.

"Hoshi-ya kau dengar aku?"

"Nee, ada apa Won? Kau sedang bersama Jihoon kan? Apa sesuatu terjadi padanya?"

"Anii.. sebelumnya aku minta maaf. Aku sekarang sedang perjalanan menemui pasienku. Jadi aku sudah tidak bersama Jihoon. Maka dari itu aku menghubungimu agar kau cepat kembali menemani Jihoon. Karena, aku sedikit khawatir."

"Khawatir? Kenapa? Apa yang terjadi pada Jihoon? Lalu Jihoon sekarang di rumah sakit sendirian?" Tanya Soonyoung mulai khawatir.

"Jihoon tidak kenapa-kenapa. Sekarang Jihoon sedang bersama teman lamanya. Tadi dia datang berkunjung. Hanya saja aku sedikit tidak nyaman dengan teman lama Jihoon itu."

"Teman lama?" Tanya Soonyoung memastikan.

"Nee.. kalau tidak salah namanya mm.. Joshua, ya namanya Joshua."

"MWO?!!!"

Soonyoung, Mingyu dan Seokmin terbelalak bersama seketika mendengar nama yang Wonwoo sampaikan.

Soonyoung langsung berdiri tergesa keluar ruang Mingyu disusul Seokmin.

"Wae Mingyu? Apa yang terjadi di sana? Kenapa kalian berteriak?"
Sambungan telepon Wonwoo belum terputus.

"Kau yakin teman Jihoon tadi bernama Joshua Hunny?"

"Tentu. Aku tidak mungkin salah dengar. Bahkan kami berjabat tangan saat berkenalan."

"Aku akan segera ke rumah sakit menyusul Hoshi hyung. Jihoon hyung dalam bahaya Wonu-ya. Joshua pelaku yang meneror Jihoon hyung."

"MWO?? JINJJA?!!!"

***

Jihoon dan Joshua berjalan beriringan dengan Joshua yang membantu Jihoon membawa tiang infusnya.

Kedua sosok cantik itu memasuki lift dan menuju lantai rooftop rumah sakit.

Joshua melangkah keluar terlebih dulu kemudian disusul Jihoon.

"Apakah pasien sepertiku boleh ke sini Hyung? Sepertinya rooftop ini tempat untuk menerima pasien penting jika dilihat dari adanya tempat landasan helikopter itu." Tanya Jihoon menunjuk tempat landas khusus untuk helikopter.

"Tenang saja Jihoonie. Kita hanya sebentar di sini. Tidakkah kau lihat pemandangannya sangat indah?" Joshua mencoba mengalihkan pikiran Jihoon.

Jihoon mengangguk, memang benar bahwa pemandangan yang disuguhkan sangat indah. Jihoon menyukainya.

-pandanglah sesukamu sepuasmu, sebelum kau tak bisa melihatnya lagi selamanya-

Jihoon melangkah menyusul Joshua duduk di sebuah bangku dekat pagar pembatas.

"Aku akan menjawab pertanyaanmu yang tadi." Joshua mulai membuka percakapan.

Jihoon mengalihkan antensinya dari langit jingga nan indah ke wajah Joshua yang bertambah kadar kecantikannya karena terpapar sinar lembut sang surya.

"Aku sebenarnya tidak pernah pergi ke LA seperti yang kusampaikan padamu saat 'dia' memutuskan untuk pergi selamanya."
Senyum sendu nan samar terpatri di wajah Joshua.

Jihoon menegang, siap tak siap, mau tak mau, sudah pasti hal itu yang akan menjadi bahan obrolan keduanya.

"Ma-maksud  Hyung? Lalu kenapa Hyung seperti menghilang setelah kejadian itu? A-aku pikir Hyung sangat terpukul dan membenciku."

Dengusan kecil dilontarkan Joshua, senyum sendu itu berubah menjadi senyum nestapa. Disusul liquid bening yang mengalir menuruni pipi Joshua.

"Aku memang terpukul dan aku memang membencimu." Jawab Joshua menatap Jihoon tajam.

Jihoon bergetar, ia ketakutan. Seperti dihadapkan pada situasi dimana ia merasa terjebak di dalam Jurang yang gelap dan tak ada siapapun yang mampu menariknya keluar.

Bertemu dengan orang di masa lalu saja sudah membuatnya terguncang meski masih bisa Jihoon tahan. Tapi mengungkitnya, mengingatkannya, bahkan menyalahkan hingga membenci dirinya, Jihoon tak sanggup.

"Kenapa? Kau merasa jadi pembunuh Ji?

Jangan hanya merasa. Karena kau memang yang membunuhnya. Ah bukan, tepatnya kau membunuh hatinya dan aku yang membunuh raganya."

Jihoon membelalakkan maniknya yang sudah basah. Ia tak paham dengan yang dituturkan Joshua.

Joshua menghadapkan dirinya ke Jihoon. Menarik kedua pundak Jihoon dan merematnya.

"Ss-sa-sakit Hyung. Tolong lepaskan."

Meski Jihoon sama-sama lelaki, tapi jika jiwanya tengah terguncang maka fisiknya tak mungkin sanggup melawan.

"Kenapa dia harus mencintaimu sampai gila? Andai Chanyeol mau menerimaku setelah kau tolak, tak mungkin aku melakukan semua sampai sejauh ini. Seleranya dari dulu tidak berubah."

Ucap Joshua yang mengalihkan rematan tangannya dari pundak Jihoon menuju leher pucat pasi yang kini pemiliknya bergetar ketakutan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC

Happy reading Chingu ^^
Bau-bau sad end kah 😂😂😂
Ayoo dong komen. Zozo pengen liat tanggapan kaliaan 😂😂😂
Terimakasih yang sudah mau membaca, vote bahkan kasih komen😙😙😙
Neomu Gomawoyooooo ♡♡♡♡

YOU ARE MINE [[SOONHOON]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang