♡17

2.8K 356 17
                                    

Tubuh tegap Seungcheol memasuki rumah duka Jangryesik-jang disusul sosok tegap lainnya di belakang. Kedua pemuda itu mengenakan setelan jas hitam sebagai tanda penghormatan. Lebih tepatnya hanya sebagai pengelabuhan akan tujuan mereka yang sebenarnya.

Seungcheol memelankan langkahnya agar bisa sejajar dengan pemuda yang berjalan di belakangnya tadi.

"Jangan sampai emosimu terpancing Chan." Seungcheol berbisik namun masih bisa didengar jelas oleh Chan.

Seungcheol menghubungi Lee Chan adik Jihoon yang notabennya adik bukan kandung kesayangannya untuk ikut menemani ke rumah duka. Ia ingin Chan mengetahui apa yang Jihoon alami agar Chan juga bisa ikut menjaga Jihoon. Karena Seungcheol tahu, Chan sangat sayang pada Jihoon.

"Nee Hyung, aku akan baik-baik saja." Ucap Chan mengangguk pasti.

Setelah membakar dupa dan memberikan kata terakhir di depan foto nenek Chanyeol yang terpajang, Seungcheol dan Chan menyalami keluarga yang berdiri berjajar. Seungcheol berpikir bahwa mereka adalah ibu, ayah dan kakak perempuan Chanyeol.

"Maaf Noona, bolehkah saya bertanya? Sejak kapan nenek sakit?" Chan bertanya kepada kakak perempuan Chanyeol.

Jujur Chan takut jika pertanyaannya menyinggung, ia hanya mencoba menebak penyebab kematian nenek Chanyeol.

"Kau pasti temannya Chanyeol. Nenek sakit semenjak Chanyeol tiada, ia tidak bisa menerima cucu kesayangannya meninggal hanya karena cinta. Nenek cukup bertahan lama dengan penyakitnya, namun kondisi nenek semakin kritis hingga beliau koma dua bulan terakhir. Mungkin ini saatnya nenek menemani Chanyeol." Ujar kakak perempuan Chanyeol sambil tersenyum pilu.

Chan dan Seungcheol berujar memberikan semangat agar keluarga yang ditinggalkan lebih tabah. Meskipun saat ini pikiran Seungcheol terasa runyam. 'Siapa yang menulis surat itu? padahal nenek Chanyeol sudah koma hampir dua bulan lamanya' batin Seungcheol.

Seungcheol mengajak Chan duduk di meja hidangan bersama pelayat lainnya. Ia memandang sekeliling siapa tahu menemukan sebuah petunjuk. Namun nihil, ia tak bisa menemukan petunjuk apapun. Sedangkan Chan tertarik pada suatu objek yang duduk memunggunginya di meja paling belakang, yaitu sosok seorang pemuda yang bahunya terlihat bergetar seperti menangis. Chan tak ambil pusing, mungkin pemuda itu cucu dari nenek Chanyeol yang lain.

***

Di ruang Wonwoo

"Jie, mari kita mulai. Sebelumnya aku ingin memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan. Tapi kau harus berjanji untuk menjawab dengan jujur semua pertanyaanku." Wonwoo mulai berujar.

"Eumm." Jihoon hanya menggumam. Sejujurnya Jihoon sedikit gugup.

Soonyoung hanya memandang dua pria manis dengan posisi tubuh bersandar pada sofa, sedangkan rambutnya berantakan serta terdapat beberapa plester di wajahnya yang tak lagi tampan akibat cakaran cinta dari Jihoon.

"Apa yang kau rasakan mengenai traumamu sebelum kau bertemu kembali dengan Soonyoung?"

"a-aku sering tidak bisa tidur nyenyak, ka-karena mimpi tentang kejadian itu selalu datang. Aku baru bisa tertidur menjelang matahari terbit."

"Lalu?"

"A-aku menjadi sangat sensitif dan takut. Terutama jika ada yang mendekatiku. A-aku takut mereka akan berakhir seperti dia."

Bulir-bulir keringat mulai membasahi dahi dan tengkuk Jihoon. Butuh keberanian besar bagi Jihoon untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan. Soonyoung menegakkan tubuhnya, mencoba fokus tentang segala sesuatu yang dilantunkan Jihoon saat ini.

"Tarik nafas Jie, tenangkan dirimu. Ceritakan semua yang kau rasakan, jangan ada yang kau pendam. Di sini, aku dan Soonyoung siap menjagamu."

Jihoon menurut, ia mengepalkan tangan seraya menutup mata dan menarik nafas panjang. Jihoon merasakan kabut hangat mengenggam tangan kirinya. Ia membuka manik kelamnya dan mendapati Soonyoung telah duduk di sampingnya. Jihoon menatap lekat wajah Soonyoung, dan melanjutkan kalimatnya.

"Pikiranku tak pernah berhenti tentang bagaimana aku bisa membahagiakanmu jika aku sudah menyebabkan kematian satu orang. A-aku terlalu takut jika kau akan memilih meninggalkanku. Ketakutanku semakin besar hingga aku pernah bersumpah tak ingin menjadi milik siapapun termasuk kau Soonyoung."

Wajah Jihoon telah sembab dengan lelehan air mata kelam yang telah lama ia tahan. Soonyoung hanya membeku menatap Jihoon kelu sembari memperkuat genggamannya.

"Soonyoung telah ada di depanmu sekarang Jie. Apa yang kau rasakan? Apa ketakutanmu sudah berkurang?" Tanya Wonwoo kembali.

"Entah, tapi aku merasa seperti ada yang membantu menopangku untuk berdiri." Jawab Jihoon menatap Wonwoo.

Wonwoo tersenyum, ia memandang dua sahabat di depannya dengan penuh perasaan senang.

"Kehadiran Soonyoung berdampak besar bagimu Ji. Ketakutanmu akan kalah dengan dirimu yang sebenarnya sangat membutuhkan dia. Biarkan Soonyoung selalu mendampingimu. Saran yang bisa kuberi untuk mengurangi traumamu adalah kau mencoba berdamai dengan kilasan masa lalu itu. Kikis rasa takutmu dengan adanya kehadiran Soonyoung. Cobalah kembali dengan hal-hal yang masih membuatmu takut, namun dengan catatan Soonyoung berada di sampingmu. Sebenarnya itu yang kau butuhkan, kau membutuhkan kehadiran Soonyoung di saat-saat kau terbelenggu dengan kisah kelam yang kau miliki Ji."

Jihoon menunduk, ia merenung. Jika diingat kembali, dulu ia memang berdiri sendiri dan sangat takut jika Soonyoung mengetahui semuanya. Tapi karena hal itulah Jihoon tenggelam semakin dalam di samudera ketakutan.

Soonyoung membawa Jihoon ke dalam dekapannya. Ia mengusap punggung Jihoon menyalurkan ketenangan.

"Jangan pernah berpikir untuk tak menjadi milikku lagi Jie. Kau hanya milikku dan selamanya menjadi milikku. Aku telah berjanji kepadamu dan tak mungkin aku mengingkarinya dengan pergi darimu. Percayalah padaku." Soonyoung berujar lirih meyakinkan.

Jihoon melingkarkan tangannya di pinggang Soonyoung. Ia tenggelamkan wajahnya di dada bidang Soonyoung sembari menangis melepas seluruh beban yang telah lama ia tanggung.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC

Happy reading chinguyaa ^^
Aku bukan psikolog, jadi kalo saran dari Wonwoo terkesan aneh mohon dimaklumi yaa
Itupun aku sudah googling dulu
Semoga tidak membosankan
Terimakasih banyak yang sudah mau membaca bahkan memberikan Vote dan Komen
Zozo cinta kalian smwaa :***

YOU ARE MINE [[SOONHOON]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang