Aku hanya sedang memastikan bahwa alasanmu mencintaiku masih sama seperti dulu.
______________
Selamat membaca ☺______________
Dua perempuan terpana menghadap kaca yang membatasi koridor dengan ruang ICU. Tanpa aling-aling tirai atau garis-garis jendela sehelai pun. Mereka tampak benar-benar terpaku bak fokus dalam serial drama yang ditayangkan secara live.
"Gue heran! Kenapa begitu banyak cewek ngejar-ngejar Irfan sampe segitunya," gumam Zafa.
Maelda, perempuan bercelemek cokelat itu diam.
"Padahal ya, Irfan tuh menurut gue ... mmm ... dia tuh agak cupu gitu sebenernya. Waktu kecil dulu dia nggak bisa berantem, cengeng, lelet and ... you know lah, Nin. Gue udah cerita banyak tentang dia ke elo. Yang nggak tegaslah, plin-plan lah, yang-"
Maelda masih bergeming. Zafa baru menyadari bahwa lawan bicaranya seperti sedang terjebak nostalgia, tidak mendengarkan ucapannya.
"Helloooww?? Maelda??" Zafa menyapukan telapak tangannya tepat di depan wajah gadis itu. Ia tersentak.
"Eh-eng ... ya?"
"Lo mikirin apa, sih!" protes Zafa.
Maelda tersenyum getir. Jari-jarinya saling bertaut, kemudian kepalanya menunduk. Zafa kesal. Namun kesalnya berubah menjadi iba begitu setetes air meluncur ke lantai. Zafa menyadari itu berasal dari mata gadis di sebelahnya. Ia segera menghela napas, tau akan maksudnya. Penyakit lama, begitu Zafa menyebutnya.
"Lo keinget Rama ya?"
Maelda diam. Ia semakin menundukkan kepalanya yang lama-lama suaranya jadi terisak. Zafa memeluk tubuh gadis itu.
Ini sebuah kesalahan. Pikir Zafa.
Kenapa ia tidak ingat sama sekali akan hal-hal yang membangkitkan kisah lama Maelda? Maelda itu baperan. Jadi, tidak benar jika diajak nonton adegan romantis Irfan yang masih menunggu Fifah tersadar. Duh!Meski pada mulanya yang Irfan temui tentang gadis itu adalah terkesan jutek, justru itulah pengecoh pertemuan awal dan kesan pertama orang mengenai Maelda yang sebenarnya begitu rapuh.
Maelda memang punya banyak masalah. Dari segi ekonominya yang melemah, hubungannya dengan orang sekitar, dan ... cinta. Sejak kecelakaan itu, ia jadi minder untuk bertemu Rama sebab luka bakar pada wajahnya tak kunjung hilang. Ya, dialah sosok May yang dimaksud Rama. Maelda hanya takut cintanya tak diterima. Ia takut Rama akan membencinya. Dan ... yah, Maelda tidak tahu yang sebenarnya bahwa Rama pun masih dibayang-bayang oleh cinta lamanya.
"Ram, boleh aku tanya sesuatu?"
Lembutnya suara Maelda berpadu menjadi satu dengan alunan merdu burung-burung kenari yang meloncat kesana-kemari memburu makanan di tanah.
Sesekali deburan ombak pantai Nusa Dua menyapa mereka, genggaman keduanya pun semakin erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengan Cinta-Nya Kucintai Dirimu
SpiritualRank 1 in Sholeha (06/02/2019) Rank 1 in Santri (27/02/2019) Rank 1 in smk (17/03/2019) Rank 1 in Pacaran setelah menikah (02/04/2019) Tuhan, sang Maha membolak-balikan hati semudah membalikan telapak tangan. Pada sebuah kehidupan di muka bumi, Tuha...