DCKD 48

7.1K 246 40
                                    

Bukankah masa depan pernah menjadi sesuatu yang disemogakan di masa lalu?

______
Selamat membaca
______

Indonesia. Nisa merindukannya.

Awal mula berpijak ke tanah air, embusan angin menyambut kedatangannya. Udara segar menjalar seantero urat nadi, satu dua pohon rindang di pinggir jalan silih berganti terlewati.

Tiga tahun berlalu berjalannya usia pernikahan itu.

Nisa tidak mengetahui sesuatu. Hatinya diselimuti sebuah kata 'penghianatan', kesakitan yang dirasakan belum sepenuhnya sembuh.

Suasananya terus saja galau. Pandangannya terlempar ke jalan, Indonesia membuat masa silamnya berkelabatan. Nisa masih menyimpan rapi perasaan kepada Irfan.

Andaikan Allah mau berbaik hati mengubah alur hidup seseorang. Kalaupun diizinkan, Nisa tetap akan meminta Irfan. Arti persahabatan sudah hilang sejak buket bunga itu diberikan kepada sahabatnya.

Dan ini, pertama kali Nisa berpijak kembali di tanah air. Tidak berpulang ke Purwokerto melainkan ke Bali. Sebuah tempat yang jauh dari sahabatnya yang sudah tidak ia sukai. Berharap tidak akan pernah bertemu lagi.

"Nona?" sepasang mata milik sopir pribadi ayahnya terus menatap dari kaca spion, mencari-cari kontak mata Nisa yang sejak tadi menatap kosong ke arah luar jendela.

Sepasang mata berbulu lentik itu mengalihkan tatapan dan barulah sang sopir melanjutkan tanyanya. "Kita mau kemana?"

"Villa dekat pantai Nusa Dua, Pak."

"Tapi Tuan meminta saya untuk mengantar Nona ke apartemen yang di dekat Pantai Kuta."

"Ck! Udahlah Pak! Saya udah mesen Villa Nusa Dua sejak minggu lalu."

"B-baik, Nona." Patuh sang pengemudi.

Sekali lagi, sopir pribadi Ayah Nisa menatap Nona muda melalui kaca spion. Nona mudanya tampak sangat beda. Jika mengingat ucapan Tuannya, ia sangat sulit mencerna kisah yang diutarakan Ayah Nisa waktu itu.

"Dia putri kesayangan saya. Kemana-mana selalu membawa Al-Quran, mau tidur muroja'ah Al-Quran, setiap segala aktivitasnya didahului dengan nama-nama Allah. Doakan ya, pak. Semoga dia menjadi seorang Hafidzoh."

Sang sopir mengangguk-angguk seraya tersenyum sebab kagum dengan kisah itu. Ia juga sempat mengaminkan harapan itu, berharap keinginan mulia majikannya tercapai.

Tapi ... ia mengernyit.

Sang sopir kembali melihat Nisa dari pantulan kaca spion, memastikan sosok Nisa yang dimaksud majikannya.

Kenapa sekarang Nisa nyata tidak sesuai dengan Nisa dalam cerita? Ia tampak sangat berbeda.
Tidak ada gamis dan jilbab yang menutup auratnya, yang ada malah pakaian serba mini.

Apakah cerita itu hanya angan-angan majikannya semata? Atau ... Nisa memang sudah berubah? Atau ... ada dua Nisa yang dimaksud oleh majikannya?

***


Tik tik tik

Tidak ada suara terdengar selain detak jarum jam tangan yang posisinya sangat dekat dengan telinga Fifah. Semula ia baru pulang dari kegiatan di luar. Karena kelelahan ia pun menaruh semua barang yang dibawanya di atas kasur. Lalu ia rebahan ditemani semilir angin yang menerpa seolah sudah menjadi rutinitas.

Dengan Cinta-Nya Kucintai DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang