Min Jee meninggalkan Jimin di kamar, menuju meja administrasi dan ruang dokter.
"Bagaimana nona, anda sudah tau keluarga nya?? Dokter.
"Ani, dia tidak mau menjawab" Jee.
"Dokter sebenarnya apa penyakit nya?
"Itu Psychogenic Non Epileptic Seizures,
Trauma berat, depresi yang dia dapat dimasa lalu, entah itu melihat pembunuhan, atau apapun yang menakutkan yang di alaminya, mengakibatkan pasien bisa pingsan atau demam karena mengingat nya, ini penyakit psikologi berat"Setelah berbincang- bincang agak lama tiba-tiba suster yang mengantarkan makanan Jimin datang.
"Nona je, dokter, pasien itu tidak mau makan dari tadi" suster.
"Nona cobalah bicara dengan nya mungkin dia mau mendengarkan mu" dokter.Sebelum Jee pergi dokter mengatakan kalau trauma Jimin akan kambuh saat berada di tempat yang gelap.
Jee masuk ke kamar Jimin, dan melihatnya melamun melihat ke arah luar jendela.
"Kau tak mau makan? Tanya Jee yang membuyarkan lamunan Jimin.
"Kenapa kau menyelamatkan ku?, Kenapa tak membiarkan ku mati saja" mata Jimin berlinang.Jee duduk di sebelah Jimin sambil tersenyum, dia merasa kasihan melihat Jimin.
"Kenapa mau mati jika kau punya kesempatan hidup, semua kesalahan akan mendapatkan pengampunan nya, semua yang buruk akan bisa jadi bahagia bila kau mengubah nya, selalu akan ada matahari setelah gelap, kau tidak boleh putus asa" Jee mencoba menguatkan Jimin.
"Diam lah kau tak tau apapun" ketus Jimin.
" Terserah lah, kau makan lah aku sudah memakai gaji ku untuk membayar rumah sakit ini" canda Jee.
"Aku bahkan bisa membeli rumah sakit ini" senyum Jimin.
" Lebih baik seperti ini dari pada kau melamun Jimin ah" ucap jee.
"Kenapa kau mau menolongku Jee? Tanya jm.
"Hmm, aku hanya ingin memiliki teman, aku tak pernah memiliki teman, selain temanku Kim, aku tidak mudah dekat dan percaya dengan orang lain, saat melihatmu entah kenapa aku rasa kita bisa berteman" senyum JeeSudah 5 hari Jimin di rawat di rumah sakit, dengan bantuan min Jee dia mulai pulih, pagi ini Jimin mengalami mimpi buruk lagi, membuat dia berkeringat dingin.
"Jangan. .jangan. .jangannn" teriak Jimin.
"Jimin Jimin bangun lah, Jimin" Jee mencoba membangunkan Jimin."Hah hah hah" Jimin terbangun.
"Kau tak ap. . .
Tiba-tiba Jimin memeluk min Jee." Perasaan apa ni, oh jantungku" batin Jee.
"Kau tak apa Jimin? Tanya Jee.Jimin melepaskan pelukan nya, dengan nafas yang masih belum beraturan Jimin menghindari pandangan nya dari Jee.
"Pergi lah aku tak apa" Jimin.
" Tapi. .
"Pergi !!!" bentak Jimin.Jee berjalan menjauhi Jimin.
" Tolong jangan kembali lagi, kau tak harus merawatku" ucap Jimin.
Min Jee hanya diam dan pergi meninggalkan Jimin, min Jee menyuruh suster bersiaga di dekat kamar Jimin.
"Sus, tolong jaga dia, aku mau ke kantor dulu" ucap jee
"Baik nona" suster.Jimin yang sudah bisa menenangkan dirinya merasa menyesal mengusir Jee, dia berfikir tak seharusnya dia berkata seperti itu dengan orang yang telah membantunya.
"Kenapa aku bersikap seperti itu??" Jimin sambil meremas rambutnya.
Sudah hampir sore semenjak Jee meninggalkan Jimin, dia pergi ke kantor dan membeli perlengkapan untuk nya dan Jimin.
"Dia benar-benar pergi, aku bodoh sekali" batin Jimin.
"Permisi" suster masuk mengantarkan makanan.
"Ah suster, kenapa aku mengharapkan dia, mana mungkin dia akan datang lagi?" Jimin.
"Tuan kenapa tidak makan makanan siang mu" suster.
"Aku tidak lapar" jawab Jimin menutup selimutnya.
"Makan lh ini tuan aku akan meletakkan nya disini.Jimin hanya diam, suster meninggalkan nya. Min Jee yang sudah kembali tidak langsung ke kamar Jimin, dia menemui dokter yang ada di sebelah kamar Jimin.
Jangan lupa vote!!
Bantu share yaa!!!
Maaf kalau ada typo!!
KAMU SEDANG MEMBACA
House of card || JiminBTS NC 21++ (Selesai)
FanfictionBagaimana seorang CEO sekaligus boyband terkenal yang punya masa lalu yang buruk, hingga mengidap Psychogenic Non Epileptic Seizures (PNES), bertemu pengacara cantik dan ceria bertemu?? Langsung saja dibaca!!! bantu vote and share dear!! Terimakasih...