Di teras sebuah rumah dengan suasana malam yang dingin menusuk tubuh menghiasi keadaan Athaya saat ini. Ya, berdiam di teras dengan ditemani secangkir susu hangat sambil membaca novel yang sedang dilakukannya saat ini. Sesekali ia tersenyum bahkan cekikikan sendiri saat membaca kalimat demi kalimat, kata demi kata dari novel yang dibacanya itu.
Asyik membaca, sebuah suara terdengar dari perut Athaya. Reflek Athaya memegang perutnya sendiri. "Lapar." Katanya. Ia pun menyimpan novelnya disamping cangkir susu yang ada dimeja.
"Dirumah gak ada apa-apa lagi. Mama juga belum pulang." Ucapnya sendiri.
Lalu, ia memutuskan untuk pergi sebentar, jalan kedepan komplek. Sebelumnya ia membuka locksreen ponselnya. "Masih jam 7. Belom malem banget sih." Kemudian dia menutup pintu rumahnya, dan berjalan keluar rumah menuju depan komplek dimana disana ia akan membeli nasi goreng yang enak menurutnya.
:: :: :: :: ::
Gio melajukan motornya dengan kecepatan standar. Tadi ia disuruh ibunya membeli makanan. Jadilah ia harus keluar malam begini.
Motornya berhenti disebuah penjual nasi goreng. Ia menghampiri penjual nasi goreng untuk memesan lalu, ia duduk di sebuah kursi plastik yang disediakan, dan menunggu sambil memainkan ponselnya.
:: :: :: :: ::
"Mas, nasi goreng satu jangan pedes terus dibungkus." Ucap Athaya kepada penjual nasi goreng. Setelah si penjual meng-iya-kan, Athaya duduk ditempat yang sudah tersedia.
"Iya ma, ini aku lagi beli nasgor. ..... . Iya gak pedes kok. ..... . Oke."
Athaya tidak sengaja mendengar pembicaraan seorang laki-laki yang juga berada di tukang nasi goreng ini. Ia merasa seperti kenal dengan si punya suara ini. Dengan perlahan, kepalanya menengok ke kiri yang juga ternyata si laki-laki itu juga akan menengok ke kanan.
"GIO?!"
"ATHA?!"
:: :: :: :: ::
"Lo kenapa jalan kaki sendirian kedepan? Gak takut apa?" Tanya Gio sambil mengendarai motornya dengan santai.
"Ya gapapa. Gak jauh juga kok." Jawab Athaya.
"Pesen online kan bisa. Daripada jalan sendiri. Perempuan keluar sendiri malam hari kan gak boleh." Athaya mengatupkan bibirnya rapat.
Sumpah ini pertama kalinya dia diantar pulang sama teman cowok. Cowok yang ia suka lagi. Sedari tadi degup jantungnya nge-gas gak karuan, sampai-sampai kantong plastik hitam yang berisi satu bungkus nasi goreng itu ia cekal dengan erat.
"Y-yaa gue gak kepikiran kesitu." Ujar Athaya menimpali ucapan Gio.
Lalu terdengar Gio terkekeh, "kelaperan ya? Jadi gak mikir kesitu."
"Y-ya gitu deh, hehe.." Athaya tertawa kaku. Gue mikir lo terus sih takut diambil drama queen, ucapnya dalam hati.
"Dingin gak?" Tanya Gio setelah beberapa detik hening melanda.
"Mmm, lumayan"
"Bentar lagi kok nyampe. Masih yang dulu kan? Gak pindah?"
"Iya."
Motor ninja merah pun berhenti didepan rumah Athaya. Athaya pun turun dari motor.
"Gak berubah ya. Masih sama pas terakhir gua kesini pas SMP kalo kerja kelompok." Ucap Gio terkekeh sambil matanya mengitari pekarangan rumah Athaya.
Athaya tersenyum, "makasih udah dianterin."
Gio mengangguk, "pulang ya? Habisin makannya."
Gio pun memutar balikkan motornya lalu meninggalkan area rumah athaya. Athaya tersenyum saat objek Gio sudah menghilang. Kemudian ia membuka pagar dan masuk. Perutnya lapar minta diisi.
:: :: :: :: ::
Ganis dan Vania yang sedang mengobrol dikelas menunggu bel masuk berbunyi. Mereka sesekali tertawa cekikikkan, entah apa yang membuat mereka tertawa. Entah apa yang merasukimu Ganis Vania. Haha...
Athaya datang. Ganis mendorong kursi Vania dengan kakinya dari kolong meja. Merasa bergeser kursinya, dan tahu siapa pelakunya, Vania pun bertanya, "kenapa?"
"Liat si Athaya!" Perintah Ganis.
"Ekhem. Sepertinya kita mendapat berita terbaru nih Van." Sindir Ganis saat Athaya duduk disamping Vania. Vania pun tersenyum jahil sambil mengangkat kedua alisnya.
"Ailsha belum dateng?" Tanya Athaya.
"Kaya gak tau dia aja." Jawab Vania. Athaya pun menyebikkan bibirnya lalu mengambil novel dari dalam tas untuk dibaca.
"Van misi baru Van." Ucap Ganis.
"Nanti Nis. Perlahan tapi pasti. Masih gue liatin..." Ucap Ganis berlagak seperti detektif. Tepatnya saat ini mereka berdua berlagak berbicara seperti detektif untuk menyindir Athaya yang masih tak tersinggung.
"Misi perdana kita berdua nih Van."
"Tenang, kita interogasi dia nanti."
"Kita pecahkan teka-teki silang!"
"Kenapa teka-teki silang anjir. Ngaco lo Nis." Kesal Vania sambil mengusap wajah Ganis.
"Teka-teki ceklis." Koreksi Ganis. Vania mendelik kearah Ganis. Ganis menyengir kuda sambil menunjukkan jarinya membentuk 'V'.
"Serius. Kita lanjutkan misi. Oke?" Ucap Vania.
"Siap. Laksanakan!" Ujar Ganis sambil telapak tangan kanannya ditempelkan ke ujung alis bersikap hormat.
"Sha! Sini cepet!" Panggil Ganis saat Ailsha baru datang.
"Berita baru Sha. Lo ikut komplotan kita berdua. Istirahat nanti, kita interogasi target kita." Jelas Ganis.
"What? Siapa nih?" Tanya Ailsha penasaran sambil melirik Ganis dan Vania. Lalu ia menangkap mata Vania yang melirik Athaya yang membelakangi mereka karena sedang membaca novel.
"Kenapa dia?" Tanya Ailsha yang kali ini berbisik.
"Masa dia tadi dateng-dateng senyum-senyum sendiri terus kaya lebih bahagia aja gitu. Gak kaya biasa." Jelas Vania dengan berbisik
"Oh..."
"Oke. Saya gabung dengan kalian berdua." Ujar Ailsha sambil menyodorkan kedua telapak tangannya untuk berjabat tangan. Berlagak formal.
Ganis dan Vania menerima jabatan tangan berbarengan, "Kami minta kerjasamanya." Ucap Ganis yang lagi-lagi sok serius.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence (Complete)
Teen FictionSemua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Hanya bisa menutup luka. Menahan api cemburu. Memendam rasa kecewa. Meskipun tidak pernah pacaran, setidaknya aku juga p...