Di salah satu ruang kelas yang diketahui adalah kelasnya Athaya dan kawan-kawan, dapat terlihat kalau mereka sedang fokus memperhatikan guru didepan yang sedang memberi materi pelajaran Biologi. Bagi murid yang rajin, ada beberapa dari mereka yang menuliskan inti dari penjelasan guru tersebut. Sedangkan bagi yang malas, mereka mendengarkan penjelasan, walaupun hanya selewat.
"Jadi, semuanya jelas ya?" Tanya guru yang diketahui bernama Bu Sari sesudah menjelaskan materi.
"Jelas bu..." Jawab murid dengan kompak.
"Baik, sekarang bisa kalian buka di halaman," Bu sari membuka lembar tiap lembar halaman untuk mencari soal, "coba kerjakan halaman 62. Dikumpulkan ya."
"Iya bu."
Saat suasana berubah menjadi hening karena pada sibuk dengan tugasnya tak lama kemudian, terdengar ketukan pintu kelas disertai ucapan salam yang terdengar. Lalu, Bu Sari pun keluar kelas dan berbicara sebentar dengan seorang siswa yang merupakan anggota osis.
"Km dan wakilnya mana?" Seru Bu Sari kepada seisi kelas. Lalu si wakil km yang bernama Kahfi mengangkat tangan, "saya wakil bu, km hari ini gak masuk." Ucapnya.
"Em, satu laginya terserah aja gapapa, soalnya diminta dua orang buat rapat hari ini." Ujar anggota osis tersebut.
Kahfi terlihat bingung memilih teman yang bisa diandalkan untuk acara nanti. Matanya mengitari satu persatu temannya dan dia memanggil Athaya yang saat ini sedang asyik mengisi tugasnya.
"Kok gue? Gak ah. Temen lo aja tuh si Aldi. Lo aja Di."
"Si Aldi mah susah. Udah lo aja."
Athaya memutar bola matanya kesal, "terserah."
"Yaudah, jam istirahat ditunggu di ruang osis ya. Bu terima kasih, maaf ganggu." Ucap anggota osis tadi, kemudian pergi setelah menyalami tangan Bu Sari.
"Ciaa jadi orang sibuk." Goda Ailsha yang duduk dibelakang Athaya sambil menyolek punggung Athaya dengan pulpennya.
"Berisik." Ujar Athaya kesal.
:: :: :: :: ::
Bel istirahat berbunyi membuat seisi kelas segera bergegas menuju kantin untuk mengisi kembali energinya. Berbeda dengan Athaya yang harus melaksanakan amanatnya bersama Kahfi untuk ke ruang osis. Athaya pamit duluan kepada tiga sahabatnya, dan kemudian keluar bersama Kahfi.
Di kantin, segerombolan laki-laki, yaitu Setya, Rendi, Coki, dan Gio berada tidak jauh dari meja tiga gadis yang sedang menyantap makanannya disana. Gio bangkit dari duduknya dan meninggalkan ketiga temannya itu.
"Tumben bertiga?" Tanyanya heran saat sampai disamping meja Ailsha, Ganis, dan Vania.
Tiga gadis itu menoleh dan melirik agak atas karena Gio yang berdiri, "tumben bertiga," ledek Ailsha menirukan ucapan Gio barusan, "bilang aja lo nyari gebetan lo kan?" Tebaknya. Gio pun diam.
"Emangnya Athaya kemana?" Tanya Gio membuat tiga lawan bicaranya menahan tawa.
"Dia gak masuk. Sakit." Ujar Ganis. Tanpa basa-basi lagi Gio pun pergi dan kembali dengan temannya.
Merasa langsung agak berubah raut wajah Gio, Rendi pun menegurnya, namun Gio membalas, "Ren, gue hari ini gak ekskull dulu ya."
:: :: :: :: ::
Pulang sekolah, lagi-lagi Athaya pamit duluan untuk kembali rapat pembentukan bagian-bagian panitia acara untuk hari jadi sekolah yang akan diadakan hari Sabtu-Minggu pekan yang akan datang.
Sepertinya panitia akan sibuk untuk seminggu kedepan hingga acara terlaksana karena panitia mempunyai tanggung jawabnya tersendiri untuk mengatur jalannya acara dan persiapan lainnya. Dan lagi, mereka jalan bersama kedepan tanpa Athaya.
Walaupun bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, namun guru yang berada dikelas XI-IPS 1 masih saja meneruskan materinya di papan tulis. Gio pun beberapa kali melirik jam tangannya.
Setelah melewati rasa bosan beberapa menit, akhirnya Gio pulang. Gio memberhentikan motornya di sebuah supermarket. Disana ia mengambil beberapa roti, biskuit, susu kotak, dan lain-lain dan kemudian ia menuju kasir. Keluar dari supermarket, Gio kembali melajukan motornya dan sampailah ia di sebuah rumah yang pernah ia datangi sebelumnya.
Beruntung, pagar rumah itu tidak dikunci ataupun digembok oleh si pemilik sehingga ia bisa masuk area depan rumah. Diketuknya pintu utama dan ucapan salam dari Gio beberapa kali sampai munculah seorang ibu yang menatapnya heran.
"Temennya Athaya?"
Gio menyalami tangan ibu itu yang diketahui adalah orang tua dari Athaya, "iya tante. Em, Athaya ada?"
"Lho, dia belum pulang sekolah." Jawab ibunya Athaya membuat Gio bingung.
"Athaya masuk sekolah?" Tanya Gio. Ibunya Athaya mengangguk, "ada apa memang?"
"Oh gak ada apa-apa tan." Jawab Gio sambil menggaruk belakang lehernya. Ia merasa aneh sendiri ditambah bingung sekarang. Dan bersamaan dengan ini, tibalah Athaya yang turun dari motor ojek online. Athaya langsung menyalami tangan ibunya dan tersenyum tipis pada Gio.
Lah Gio ngapain dirumah gue duluan?
Batin Athaya saat melihat Gio dan melihat satu kantong kresek di tangan cowok itu.Terus gue alasan apa coba dateng kesini yang padahal Athaya sekolah? Sumpah si Ailsha bikin gue malu!
Batin Gio dengan wajah yang kaku bukan main."Yaudah mama kedalam dulu ya Tha."
"I-iya ma."
"Oh iya, duduk dulu Yo." Athaya hampir lupa mempersilahkan duduk saking terkejutnya Gio yang ada dirumahnya mengobrol dengan ibunya, dan kini mereka duduk di kursi teras.
"Umm, tumben kesini. Ada apa?" Tanya Athaya heran.
Gio masih membungkam bibirnya yang semakin membuat bingung Athaya juga.
"Tadinya gue kesini buat jengukin lo sama kasih ini," Gio memberikan belanjaannya tadi pada Athaya, "lah gue gak sakit, kok jenguk? Ini juga repot-repot lo beliin ini." Athaya mengernyitkan alisnya.
Gio menyengir bodoh, "Y-ya pas dikantin, temen lo itu bilang lo gak sekolah karena sakit. Tapi kok lo sekolah?"
Athaya menahan tawanya dan tidak sengaja terkekeh, "apaan sih, makasih ya. Banyak banget ini btw."
"Buat lo ini. Gak masalah kali," ucapnya tersenyum manis, "yaudah, pulang ya?" Gio berdiri, diikuti Athaya yang ikut berdiri.
"Makasih, maafin temen gue yang bikin lo kerepotan gini jadinya." Ucap Athaya sambil tersenyum kikuk.
Gio tertawa, "gapapa, mungkin ini gantinya buat gue ketemu lo saat tadi disekolah sama sekali gak ketemu. Yaudah, gue pulang."
Athaya pun mengantar Gio sampai pagar rumahnya. Gio memasang helmnya, menyalakan mesin motor, dan menganggukkan kepalanya sekali sebelum motornya melesat. Athaya melihat semakin menjauhnya Gio dari pandangannya dengan senyuman.
Sungguh, menurutnya kejadian ini lucu sekali. Ia sangat berterima kasih kepada temannya yang bilang dia sakit hingga Gio mengkhawatirkannya dan rela datang kerumah. Athaya terkekeh sekali lagi, dan menutup pagarnya kembali. Saat sampai dikamar, ia membuka suguhan dari Gio. Cukup banyak untuk camilannya.
Dia niat bikin gue sehat, atau niat bikin gue gendut nih?
To be continue
Voteeee.
Menipis nih votenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence (Complete)
Fiksi RemajaSemua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Hanya bisa menutup luka. Menahan api cemburu. Memendam rasa kecewa. Meskipun tidak pernah pacaran, setidaknya aku juga p...