"Nih titipan lo." Ucap Putri sambil menyimpan kresek hitam kecil berisikan beberapa snack ringan untuk Audrey.
"Lo kenapa gak mau ke kantin? Gue liat Gio tadi di sana."
Audrey yang semula menopang dagunya lesu pun kini tersentak dan menoleh pada Putri yang duduk disebelah Shilla, "Nanyain gue gak?" Tanyanya yang dibalas gelengan kecil oleh Putri. Kemudian Audrey kembali lesu sambil membuka satu makanan ringannya.
"Padahal kemaren kita gak ada masalah tuh. Tapi kenapa dia agak cuek ya hari ini?" Tanya Audrey.
"Mungkin dia lagi ada masalah pribadi kali Drey. Keluarga atau sama temen gitu." Ungkap Shilla yang direspon anggukan Audrey.
"Lo juga. Bukannya ajak dia ngobrol gitu hibur dia, malah ngambek diem dikelas."
"Gue tuh sebel ya pas tadi pagi liat Gio sama si Athaya. Ish, udah gue bilang jauhin Gio, masih aja." Ucap Audrey kesal.
"Sabar Drey... jangan emosi terus." Ucap Shilla menenangkan sahabatnya.
Dan disebuah tempat yang dipenuhi pengunjung kantin yang tepatnya di meja bagian pojok kiri kantin itu diisi oleh lima orang siswa yang sedang menghabiskan sisa waktu istirahatnya yang masih sepuluh menitan lagi. Makanan serta minuman yang sudah tandas tak bersisa, beberapa bungkus plastik yang ada di atas meja, sedangkan mereka bercanda ria di sana akibat jokes Setya yang menggelitik.
"Main yuk Bro!" Ajak Ari kepada empat temannya.
"Ayo aja gue. Kemana?" Tanya Ciko yang membuat Ari berpikir, "Rumah Gio aja yok! Biar bisa main PS juga." Jawab Ari dengan tampang tanpa dosanya.
Gio menepuk pelan kepala Ari, "Lo yang ngajak kok gue yang jadi korban rumah berantakan."
"Gak apa kan Yo?" Gio mengangguk pertanda setuju.
:: :: :: :: ::
Athaya masih merasa tidak enak pada Alfa, pacarnya. Sedari tadi Alfa tidak mengajak bicara banyak seperti biasanya, kecuali jika Alfa menyuruhnya makan dan mengingatkan kebutuhan Athaya.
Athaya yakin ini akibat kejadian pagi tadi saat ia datang ke kelas bersama Gio. Athaya tidak egois, ia mengaku salah. Dirinya sendiri yang memang belum bisa lupa dengan Gio.
Dirinya yang masih menerima kedatangan Gio walaupun hari-hari kemarin ia merasa Gio menganggapnya tidak ada. Meskipun begitu, disisinya selalu ada Alfa yang selalu mengembalikan mood nya jika Gio merusak mood nya.
Dan ia merasa sudah menyiakan Alfa diawal jalan hubungannya ini. Yang ia pikirkan sekarang adalah, bagaimana cara meminta maaf? Ini memang bukan masalah yang berat untuk meminta maaf. Tapi Athaya merasa berat sekali mengatakannya lebih dulu. Ia juga malu sendiri. Apalagi Alfa tahu kalau dia dan Gio sempat pernah dekat.
Sementara Athaya yang bergelut dengan pikirannya tentang Alfa, Ganis yang semula sedang bermain game offline di ponselnya pun berhenti. Ia mematikan ponselnya menjadi terkunci otomatis. Setelah itu, Ganis melipat kedua tangannya sebagai alas kepalanya.
Ia bosan. Sudah hampir satu jam pelajaran setelah istirahat, tetapi gurunya belum datang. Senang sih akhirnya pelajaran kimia terpotong satu pelajaran, lebih senang lagi jika jam kosong sampai akhir pelajaran. Namun, jika jam kosong hanya dihabisi oleh kegiatan membosankan seperti ini Ganis benci itu.
Vania yang asyik nonton drama korea di ponselnya dilengkapi earphone, Athaya yang tampak sedang ingin menyendiri karena Ganis mengerti hal tadi pagi, dan Ailsha yang serius membaca cerita fiksi. Berbagai cara Ganis lakukan seperti main games, melanjutkan bacaannya seperti yang Ailsha lakukan, buka sosmed sekedar untuk melihat kegiatan harian idolanya, bahkan mencoba tidur pun tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence (Complete)
Fiksi RemajaSemua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Hanya bisa menutup luka. Menahan api cemburu. Memendam rasa kecewa. Meskipun tidak pernah pacaran, setidaknya aku juga p...