Athaya melihat Alfa dan ibunya berjalan kearah gerbang. Guru yang tadi berbicara dengan ibunya Alfa pun sekarang sedang menuju kearahnya, atau lebih tepatnya beliau akan menaiki tangga yang tak jauh ditengah-tengah posisi mereka. Athaya menghampiri wali kelasnya.
"Bu." Sapa nya sambil mencium tangan. Gio juga demikian.
"Kenapa Athaya?"
Athaya melihat Alfa yang semakin menjauh, "Alfa kenapa pulang bu kalau boleh tau?" Tanya Athaya heran.
Beliau pun tersenyum , "Alfa mengundurkan diri dari sekolah ini."
Athaya sedikit membuka mulutnya dan menatap tak percaya. Entah memang ini kejadian tiba-tiba atau dirinya yang telat mendengar informasi. Bahkan sebelum mereka seperti sedang perang dingin seperti sekarang pun Alfa tidak pernah mengatakan jika ada keinginan untuk pindah sekolah.
"Bu, saya izin bentar ya bu?" Pinta Athaya yang diizinkan oleh guru tersebut. Athaya kemudian langsung berjalan cepat mengejar Alfa. Gio masih di sana melihat Athaya yang semakin jauh dari belakang.
Gio menggigit bibir bawahnya. Rasa cemburu muncul pada dirinya saat melihat keterkejutan bercampur cemas yang tergambar dari wajah gadis itu. Ia merasa perasaan terpendamnya ini sepertinya tak akan terbalaskan. Ia merasa Athaya masih menyimpan Alfa dihatinya Athaya.
Gio berjalan berniat mengikuti Athaya. Untung saja guru olahraga tidak masuk. Tidak ada yang harus dilakukan juga olehnya. Hingga ia bisa berada di situasi seperti sekarang.
:: :: :: :: ::
Alfa memberhentikan langkahnya saat mendengar suara ketukan sepatu terhenti persis dibelakangnya. Alfa berbalik badan dan matanya terpaku pada wajah gadis yang kini dihadapannya sedang memandangnya juga dengan wajah sendu.
"Alfa. Katanya--" Ucap Athaya yang agak gugup karena bisa berhadapan kembali sedekat ini dengan Alfa.
"Mulai besok gue udah gak disekolah ini lagi, Tha. Gue ngundurin diri. Gue bakal sekolah di sekolah lain di kota yang tetap."
Athaya mengerutkan alisnya, "Kenapa? Kenapa tiba-tiba?"
Alfa menarik sedikit sudut bibirnya, "Enggak apa-apa."
"Lo mau jauhin gue? Makanya lo pindah kan? Lo benci sama gue makanya lo gak mau ketemu lagi sama gue. Itu kan alasannya?" Alfa menyisir rambutnya kebelakang merasa bingung menjawab pertanyaan beruntun dari Athaya.
Alfa bisa saja memberi sedikit alasannya pada Athaya. Tapi, Alfa tidak bisa.
Dan di sisi lain, Gio bersembunyi melihat Alfa dan Gio. Masih dengan suasana hati yang sama.
Alfa tersenyum. Senyum yang lama tak Athaya lihat, "Sebelum gue pulang. Gue mau ngucapin terimakasih. Lo udah buat gue sadar akan keegoisan gue, dan sekarang gue bisa mulai menikmati hidup gue." Ucapnya sambil menatap lekat mata Athaya. Mata yang mungkin tidak akan ia temui lagi sesering mereka bertemu. Wajah lugu yang terkadang menampilkan marah yang mungkin juga tidak ia temui lagi.
"Dan gue juga minta maaf. Lagi." Lanjutnya diakhiri kekehan kecilnya, "Udah berapa kali gue minta maaf? Tapi sekarang gue yakin sama maaf gue."
"Ayo Alfa." Panggil bundanya di belakang agak jauh.
Alfa menoleh kebelakang, "Bentar bun." Jawabnya.
Athaya melebarkan matanya tak menyangka apa yang diucap Alfa. Ia mendongakkan kepalanya melihat bunda Alfa yang melambaikan tangannya. Athaya pun tersenyum dan membalas dengan anggukan kepalanya dengan sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence (Complete)
Teen FictionSemua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Hanya bisa menutup luka. Menahan api cemburu. Memendam rasa kecewa. Meskipun tidak pernah pacaran, setidaknya aku juga p...