Seluruh murid SMA Bina Bangsa kini bisa bernafas lega karena pelajaran hari ini selesai dan mereka bisa pulang. Koridor pun seketika penuh dengan lalu lalang murid-murid yang tidak sabar untuk keluar dari tempat pengasah otak ini.
Tetapi, berbeda dengan keempat siswi yang masih berdiam diri duduk ditempatnya. Salah satu dari mereka bolak-balik berjalan didepan meja sambil memegang ponselnya dengan raut wajah yang terlihat bingung.
"Gue pusing liat lo bolak-balik kayak setrika-an." Ujar Ganis.
Vania pun berhenti, "terus gimana dong ini? Gue harus mau apa enggak?" Tanyanya panik.
"Kata gue sih ya mau ajalah. Sekalian kalian ngobrol apa gitu. Kan udah lama juga gak ketemu kan? Kemaren cuma bentar doang gara-gara lo buru-buru pulang." Ucap Athaya memberi saran.
"Kali aja balikan kan?" Ujar Ailsha menggoda Vania. Vania menoleh Ailsha yang sedang menaik turunkan alisnya.
"Ya juga ya." Ucap Vania refleks.
"Eh yakali. Bisa aja dia udah pacar lagi." Lanjutnya.
:: :: :: :: ::
Flashback
Saat di cafe kemarin,
Seorang laki-laki remaja yang sedang memainkan ponselnya sambil memakai headset menoleh kearah sampingnya saat telinganya sayup-sayup mendengar ada yang memanggil namanya dengan keras. Pandangannya pun terpaku pada gadis yang persis disampingnya yang sedang memejamkan matanya rapat, seperti panik. Dan itu lucu, katanya.Alih-alih sinetron, saat gadis yang dipandanginya perlahan membuka matanya dan melirik kearahnya, mereka kini saling menatap. Menatap memandangi kenangan demi kenangan yang mereka lalui, pada masa itu.
"Vania?"
"Teo?"
Mereka saling menyebut nama lawan bicara. Ketiga sahabat Vania saling melirik, kemudian mereka mengangguk dan Athaya izin kepada Vania dan Teo untuk ke mobil duluan dan melanjutkan tugasnya disana. Dan akhirnya Vania dan Teo berdua di satu meja yang sama sekarang ditemani suasana yang sangat awkward.
"Apa kabar?" Tanya Teo.
"Baik." Jawab Vania singkat, padat, dan jelas.
"Eemm, sering kesini?"
"Kadang."
"Yang tadi itu temen-temen kamu?"
"Iya."
Terus seperti itu. Teo yang berusaha mencari pertanyaan, lalu Vania jawab seadanya karena dia sungguh canggung dihadapan Teo sekarang ini. Karena tidak tahan, Vania pun buru-buru pamit dengan alasan sudah ditunggu temannya segera pulang karena tugas sudah selesai. Namun, Teo menghentikannya untuk meminta nomor Vania, dan tanpa ragu lagi Vania beri dan kemudian ia melesat pergi.
Dan malamnya, Teo memberinya pesan untuk mereka kembali mengobrol di cafe tempat mereka bertemu tadi. Dan katanya, Teo akan menjemput di sekolahnya setelah Teo bertanya dimana sekolah Vania.
Teo
▫ Aku udah di gerbangVania menghembuskan nafasnya perlahan, berusaha menghilangkan rasa gugupnya. Mau tidak mau ia harus ikut Teo. Lagipula Teo juga udah di sekolah padahal dia belum memutuskan mau apa tidaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence (Complete)
Teen FictionSemua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Hanya bisa menutup luka. Menahan api cemburu. Memendam rasa kecewa. Meskipun tidak pernah pacaran, setidaknya aku juga p...