Mungkin untuk sebagian anak sekolah, jam setengah tujuh pagi, datang ke sekolah disebut 'kepagian'. Berbeda dengan Athaya yang sudah disekolah lebih pagi dari yang lainnya, termasuk dengan tiga sahabatnya yang selalu datang mendekati bel berbunyi, bahkan kadang-kadang setelah bel baru datang.
Athaya senang datang ke sekolah lebih pagi. Karena menurutnya, masih tenang, tidak ada keributan, jadi ia masih bisa fokus untuk sekedar membaca novel sambil mendengarkan musik melalui earphone nya. Atau jika ada ujian, ia bisa belajar kembali.
Tidak lengkap rasanya bila tidak ditemani camilan ringan, meskipun dari rumah sudah sarapan, Athaya merasa kurang pas jika mulutnya tidak mengunyah sesuatu saat membaca. Ya minimal permen.
Athaya pun menutup novelnya, dan menyimpannya di atas meja. Athaya bangkit dari duduknya tanpa melepaskan earphone yang masih tersambung dengan ponselnya.
Berjalan sendiri menuju kantin dengan senandung kecil dari bibirnya mengikuti alunan lagu dari One Direction berjudul One Thing.
Sesampainya di kantin, Athaya langsung memesan, "Bu! Aku pesan teh manis hangat nya 1, sama ini." Pesannya sambil menunjuk salah satu snack ringan yang digantung, "Aku tunggu di sana ya bu?" Lanjutnya dan ibu kantin itu pun mengangguk.
Athaya melihat sekeliling kantin yang masih sepi, tidak ada pengunjung yang lain selain dirinya. Ia duduk di salah satu bangku. Athaya rasa tidak ada salahnya jika ia bernyanyi.
"So get out, get out, get out of my head. And fall into my arms instead. I don't, I don't, don't know what it is..."
"...but I need that one thing. And you've got that one thing." Lanjut seseorang yang tiba-tiba ada di depannya sambil tersenyum.
Athaya pun terperanjat kaget dan spontan menginjak sepatu seseorang yang ada di depannya.
"Aduh..sakit kaki gue," ringgis nya.
Athaya berusaha untuk bersikap biasa saja. Namun Athaya masih punya rasa kemanusiaan yang tinggi yang lebih besar daripada rasa gengsinya.
"Iya maaf, lo munculnya tiba-tiba. Spontan gue injak." Elak Athaya yang masih berusaha cuek.
Lelaki itu pun mengangguk dan tersenyum. "Iya gapapa. Kan cuma di injak sama lo, bukan sama Daffa." Ucapnya disertai tawa garing nya.
Sontak Athaya memukul bahunya. "Gak boleh gitu Gio..." Omel Athaya.
Daffa adalah teman SMP mereka yang memiliki berat bedan lebih dari yang lain, sekarang mereka beda SMA. Dan dilihat dari postingan instagramnya, Daffa sekarang memiliki berat badan yang ideal.
Gio terkekeh, "Nah, gitu dong, gue kan kangen liat lo ngomel gini."
Athaya terdiam, membuat Gio harus mencari topik pembicaraan mereka agar tidak canggung.
"Oh iya, ada novel yang baru loh." Ucapan kali ini membuat Athaya menatap Gio berbinar.
"Serius?!"
Gio mengangguk semangat sambil tersenyum. "Pulang sekolah, kita gramedia yuk? Gue deh yang traktir." Rayu Gio.
"Ini teh manisnya." Ucap ibu kantin pada Athaya. Membuat Gio menghembuskan nafasnya kasar.
Athaya tersenyum. "Makasih bu, ini uangnya."
Athaya langsung meneguknya, hingga sisa setengahnya.
"Gimana?" Tanya Gio lagi.
Baru saja Athaya membuka mulutnya untuk menjawab, dering dari ponselnya mengalihkan Athaya lagi. Dan lagi-lagi Gio menghembuskan nafasnya karena lumayan sudah kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence (Complete)
Teen FictionSemua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Hanya bisa menutup luka. Menahan api cemburu. Memendam rasa kecewa. Meskipun tidak pernah pacaran, setidaknya aku juga p...