#47

121 5 0
                                    

Memandang berbagai objek dari atas motor dengan seorang pengendara yang bernama Gio. Bibir yang sedari tadi belum mengucapkan kalimat sebagai pemanis dalam perjalan mereka berdua ini. Jari jemari gadis yang tidak berada didepan perut seorang lelaki didepannya. Suasana yang berbeda dari yang sebelumnya.

Karena suasana hati yang belum terlalu baik, Audrey pun masih terlalu malas jika terus-terusan dirumah. Dan ia berinisiatif mengajak Gio untuk makan diluar siang ini. Tak hanya mengajak, tujuan lain pun ia buat agar hubungan mereka tak lagi renggang selama beberapa waktu yang sudah mereka lewati ini.

"Jadi, mau makan apa?" Tanya Gio.

Audrey tampak berpikir sejenak untuk menu makanan apa yang sedang ia inginkan, "Lagi gak mau makan nasi sih."

"Yaudah."

:: :: :: :: ::

Seorang gadis yang sedang membaca novel diatas sofa panjang harus mengalihkan kegiatannya saat suara dering ponsel berbunyi. Melihat nama si penelepon, gadis yang bernama Athaya itupun menyelesaikan kegiatan baca nya tak lupa ia menandakan bagian akhir yang baru saja ia baca.

"Alfa?"

Alfa tersenyum diseberang sana mendengar Athaya yang menyapa lebih dulu, "Iya, Gue ini."

"Lo baik-baik aja?" Tanya Athaya dengan kening berkerut.

"Gue belum sepenuhnya baik kalo ayah gue beneran melakukan rencananya. Tapi, selama masih ada lo gue baik-baik aja."

Athaya berusaha menahan senyumnya tanpa Alfa ketahui, "Sabar, ikutin aja kemana arus berjalan."

Alfa menghela nafasnya panjang, "he'em, karena gue gatau harus buat apa lagi. Gue juga gak boleh tahanin ego gue buat ngelawan ayah gue. Jadi selama gue gak bisa apa-apa, seperti kata lo bilang itu. Ikutin arusnya."

Athaya tersenyum tulus. Athaya merasa jika Alfa seertinya sudah mulai menerima kenyataan dalam hidupnya yang mungkin akan menjadi berbeda lagi. Bersama keluarga baru. Yang akan melahirkan cerita hidup baru serta memori didalamnya.

Dan Alfa, kenyataannya apa yang ia ucapkan pada Athaya belum sepenuhnya dari hati. Ia masih belum bisa kalah dari egonya. Tapi, jika ia ingat lagi kalau dirinya mempunya kebahagiannya juga tersendiri mungkin ia sedikit demi sedikit bisa menerima ini semua.

Kebahagiaan bersama sosok gadis cuek yang ia temui bahkan sifatnya itu masih melekat sampai sekarang. Kebahagiaan yang telah membuat sedikit perubahan baginya contohnya dalam hal belajar. Seperti kemarin sebelum ujian, terbiasa dengan hal buruk yang malas belajar. Tapi karena kebiasaan Athaya dan ia juga takjub dengan ambisius pacarnya itu, Alfa ketularan juga sedikit.

:: :: :: :: ::

"Kamu beneran gak makan?" Tanya Audrey disela-sela kegiatan makannya.

Pasalnya ia merasa tidak enak jika ia makan sendiri, sedangkan Gio hanya membeli minuman saja. Ditambah lagi Gio jarang mengajaknya berbicara. Dan faktanya, semakin kesini-- semakin cuek saja Gio pada Audrey. Kenapa? Audrey juga belum tahu.

"Belum lapar. Jadi, minum aja." Jawab Gio yang direspon dengan anggukkan kepala Audrey.

Audrey pun menghabiskan makanannya setelah beberapa saat kemudian. Meneguk cukup minumannya, dan ia melipat tangannya diatas meja dengan mata yang menatap sayu pada Gio.

"Lo bosen sama gue?"

Gio memandang balik manik mata gadis didepannya. Alisnya mengangkat dan senyum meremehkan terlihat pada wajahnya, "Bosen gimana?" Tanya Gio balik. Dan setelah Gio mengucap itu, ponselnya berdering dengan nama 'Gia' disana. Tanpa izin apapun pada Audrey, Gio tetap menajawab panggilan itu langsung disaat-saat obrolan serius mereka terjadi.

Audrey tersenyum sinis. Audrey merasa Gio menghindar lagi dengan adanya kesempatan menjawab panggilan orang lain. Padahal, Audrey butuh kepastian atas hubungannya dengan Gio yang saat ini tidak jelas alurnya. Dimana mereka berada dalam fase relation without a sureness.

"Maaf, gue harus jemput adik gue. Dia nunggu sendirian. Kalo pulang pake taksi, gapapa kan?" Ucap Gio sambil ia mengambil beberapa lembar uang sebelum ia memanggil pelayan untuk meminta tagihan pembayaran atau biasa disebut bill untuk ia bayar.

"Duluan Drey." Ucap Gio dan kemudian ia melenggang pergi meninggalkan Audrey yang masih didalam restoran sederhana ini.

Jawaban satu kata pun saja belum Audrey jawab. Ia rasa percuma saja ia menjawab. Karena, jika ia jawab ia kenapa-kenapa pun Gio tidak akan peduli. Jadi, ia memilih diam. Kecewa? Pasti. Yang ia anggap teman laki-laki yang setia bisa menjaganya dan selalu bersamanya, ternyata salah.

Dan kini, Audrey menertawakan dirinya sendiri yang seperti tertipu baiknya Gio. Ia akan berusaha untuk tidak sedih masalah percintaannya yang buram. Tidak ada artinya juga bersedih hati untuk orang yang tidak bisa menjaga perasaan orang lain.

Pulang adalah satu cara Audrey untuk bisa mengistirahatkan dirinya yang sudah lelah ini. Lelah hati, lelah fikiran. Mungkin dirumah Audrey bisa tertidur dan akan bangun dengan suasana hati yang lebih baik dan perasaan lega menghampirinya. Dan akhirnya, ia meninggalkan restoran sederhana ini juga.

Seperti yang Gio sarankan, ia akan naik taksi mengingat jarak kerumahnya akan lumayan jauh dari sini. Melihat taksi yang sepertinya kosong, Audrey pun melambai tangan kanannya kedepan hingga taksi tiba tepat didepannya.

Dan tibalah Audrey dirumahnya. Namun, Audrey menyadari sesuatu berbeda dirumahnya. Di halaman depan terdapat dua mobil pengangkut barang, ada beberapa pria dewasa juga yang senantiasa kerja sama mengangkut barang.

Dapat Audrey tebak, itu adalah barang serta kerangka untuk membuat rancangan spot acara pernikahan ibunya yang tiga hari lagi berlangsung. Barang-barang tersebut dibawa ke halaman belakang rumah melewati halaman samping rumah.

Melihat kenyataan ini, Audrey berjalan gontai menuju dalam rumah. Tanpa salam atau kata apalun ia masuk rumah dan langsung menuju kamar. Masuk dan ia melempar asal tas nya kekasur diikuti tubuhnya yang ia baringkan. Ia lelah. Sangat lelah dengan perjalanan hidupnya yang belum ada kebahagiaan yang bisa bertahan lama.

Dan apakah hidupnya nanti yang baru bersama keluarga baru akan lebih buruk dari ini?

To be continue

Ayo di vote:)

Love In Silence (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang