#48

123 4 0
                                    

Alfa melajukan motornya ke suatu tempat. Sebelumnya, Alfa sudah janjian untuk kumpul bersama teman-teman di sekolahnya yang dulu. Mereka berkumpul di sebuah tempat yang dulu sering dijadikan tempat persembunyian mereka saat bolos pelajaran. Di sebuah rumah sederhana yang didepannya terdapat warung yang jaraknya tidak jah dari pagar belakang sekolah.

Tak lama kemudian, Alfa sampai ditempat tujuan dimana sudah ada lima motor yang ia tangkap dari matanya yang merupakan motor teman-temannya. Alfa memarkirkan motor dan melepas helm sebelum ia bergabung dengan teman-temannya. Alfa pun disambut dengan sapaan-sapaan ala laki-laki ketika sudah lama tidak berjumpa dengan kawannya.

"Nah ini dia nih bocah ilang."

"Kemana aja lu bro. Susah amat diajak kumpulnya."

"Mak! Anak ilang udah ketemu nih mak!"

Alfa hanya menanggapinya dengan kekehan saja. Ia senang ia masih bisa disambut baik oleh teman-temannya dan mereka tidak ada yang berubah.  Padahal Alfa memang seringkali menolak jika diajak berkumpul seperti ini. Terakhir kali ia bergabung itu sejak hari terakhirnya ia masih satu sekolah teman kawanannya itu.

Setelah mereka duduk, datang seorang wanita paruh baya yang usianya sekitar 60 tahunan. Ia biasa dipanggil emak oleh keenam laki-laki remaja itu. Wataknya yang penyayang dan menganggap mereka seperti anaknya sendiri, walau mereka sering bolos kesini.

Tapi mungkin, watak penyayang nya itu karena ia tidak mempunyai keturunan dari pasangan hidupnya yang sudah pergi untuk selamanya sekitar tujuh tahun lalu. Emak memiliki ciri khas berbicara dengan suara keras dan berlogat betawinya.

"Ha, si Alfa nih baru nongol lagi ni bocah. Ape kabar lu? Betah di sekolah baru lu? Temen-temen lu di sana gimana?" Tanya emak sambil membawa nampan berisi teh untuk anak-anaknya.

Alfa terkekeh mendengar pertanyaan beruntun dari emak yang sudah lama tak ia dengar, "Alfa baik mak. Alhamdulillah betah dan temen-temen di sana juga seru juga kok mak." Jawabnya.

"Nah, kalo emak apa kabar?" Tanya Alfa balik.

"Baik emak mah sehat wal'afiat. Diminum-diminum. Ngobrol-ngobrol dah tu kalian yak. Emak mau ke dalam dulu masak."

"Hati-hati mak!" Ucap Ojil.

Sepeninggalan emak yang katanya mau memasak, keenam remaja ini pun kembali bertukar kabar dan mengobrol ria. Apalagi Alfa yang kini berbeda sekolah menjadi yang paling sering mendapat pertanyaan dari temannya. Alfa merasa ia diwawancara.

Mulai dari perasaan sekolah ditempatnya sekarang, para pengajarnya, teman-temannya, dan hal lain. Oh, tak lupa juga temannya ada yang menanyakan tentang perempuan di Bina Bangsa seperti apa, terutama dari kecantikan.

Warung yang hanya ada pengunjung enam orang pun seperti lebih dari enam, karena terdengar berisik oleh suara mereka yang diselingin canda tawa yang seru. Alfa sejenak melupakan segala keresahan masalah keluarganya. Besok. Besok hari yang sangat menyebalkan.

Hari yang buruk dimana akan ada keluarga baru yang tidak ingin ia miliki. Alfa tidak ingin menganggap ibu barunya sebagai pengganti ibu kandungnya. Jelas saja, ibu kandungnya tidak seperti calon ibu tirinya yang merebut suami orang.

Disela-sela obrolan seru mereka, ponsel Alfa berdering dari dalam saku celananya. Nama Athaya tertera di layar ponselnya dan tanpa pikir panjang ia pun mengangkatnya. Tak ingin mengganggu teman-teman yang asyik ngobrol, ia pun memberi isyarat jika ia keluar sebentar agar mereka bisa lanjut mengobrol.

Akhirnya Alfa bangkit dengan ponsel ditelinganya yang dapat mendengar suara Athaya. Lalu, ia duduk di tembok rendah yang menghadap ke barisan motor yang terpakir rapi disana.

Love In Silence (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang