"Gue denger-denger nih, besok libur." Ujar Ganis sambil mengunyah siomay.
"Yah tanggung banget lusanya sekolah juga." Ujar Vania.
Ganis menggeleng cepat sambil minum, "enggak. Maksudnya tuh liburnya tiga hari gitu. Masuk lagi senin pas acara hari jadi sekolah."
Ailsha menggebrak meja agak keras lalu mengepalkan tangannya yang ditarik kebawah seraya memekik kata "yes" berkali-kali. Tetapi, berbeda dengan Athaya yang santai menyeruput milkshake nya dengan wajah biasa tanpa ekspresi bahagia.
Athaya menghela nafas, "silahkan kalian menikmati liburan, dimana gue disibukkan dihari itu."
"Makasih Athaya... selamat sibuk!" Ucap Ailsha yang dibalas cebikan bibir dari Athaya.
Yang saat itu suasana kantin berisik, namun mendadak hening ketika terdengar seorang guru mengumumkan info libur sekolah melalui speaker yang pastinya terdengar di seluruh area sekolah ini. Setelah pengumuman berakhir, penghuni kantin pun seketika bersorak bahagia hingga kantin semakin berisik.
"Tuh, baru juga diomongin." Ujar Ganis dengan raut wajah yang terlihat senang.
:: :: :: :: ::
Bel pulang berbunyi. Pak Ari yang sedang menjelaskan materi pun terpaksa mengakhiri pelajarannya.
Tapi sebelumnya ia berpesan untuk yang hari ini bertugas piket agar membersihkan kelas dengan sebaik mungkin karena katanya kelas sebelas IPA ini seluruhnya akan dipakai ketika acara berlangsung.
"Libur woy libur!!" Teriak Azka yang sudah bersiap pulang ketika berdiri di depan kelas. Untung saja gurunya sudah keluar.
Teriakan Azka mengundang yang lainnya juga berteriak senang bahkan ada yang sampai menggebrak-gebrak meja. Kemudian, satu persatu orang pun keluar kelas untuk pulang.
"Eh iya, kalian duluan aja gak apa-apa, kayaknya piket lama sekarang." Ucap Athaya sambil melihat sekeliling kelasnya yang terlihat berantakan.
"Ya udah. Duluan ya, dadah..."
"Dah..."
Athaya pun mengambil sapu injuk yang ada di pojok belakang kelas. Dia tidak sendirian kok, ada lima temannya yang juga sedang membereskan kelas.
Ada yang mengangkat kursi, menghapus papan tulis, menyapu, mendorong meja kebelakang agar kelas terlihat luas karena nantinya akan dipakai bintang tamu atau pengisi acara lain.
Setelah semuanya beres, kelas pun sudah di pel, kini mereka yang piket bisa pulang. Athaya berjalan sendiri menuju depan gerbang untuk menunggu dijemput.
Lalu, disebelah Athaya berhenti sebuah motor yang sudah tidak asing lagi. Athaya pun tersenyum menyapa.
"Dijemput?" Athaya menjawab dengan anggukan.
"Bareng aja, yuk!" Athaya menggeleng, "gak usah, gue nunggu aja. Bentar lagi nyampe kayaknya."
"Kayaknya?" Tanya Gio ragu.
"Emang udah dijalan?" Tanyanya lagi.
Athaya mengulum bibirnya, "eeum, gak tau sih. Ditelpon aja gak angkat. Tapi, biasanya juga dijemput."
Gio ber-oh ria, "ya udah gua tunggu sampe supir lo jemput." Katanya. Athaya membuka lebar matanya dan dengan cepat ingin menolak inisiatifnya itu, tetapi Gio dengan cepat juga menyela, "untuk ini gak boleh nolak. Sekolah sepi lho."
Athaya pun tak bisa berkutik lagi. Ia membiarkan Gio menemaninya sampai supir datang menjemputnya.
Gio membuka helm yang kemudian ia simpan di tangki motornya, menstandarkan motornya, dan ikut berdiri disebelah Athaya yang sedang berusaha menghubungi supirnya. Karena Athaya tidak ingin jantungnya kenapa-napa kalau terlalu lama berada disini.
10 menit. 20 menit. 30 menit. Dua raja berbeda gender ini masih berada ditempatnya. Athaya yang terus sibuk dengan ponselnya, dan Gio yang terus memandang heran Athaya yang sudah seperti orang panik.
"Lama banget Tha gak dateng terus." Ucap Gio sambil memandang jalan.
"Ya udah pulang aja duluan." Gio menoleh pada Athaya cepat. Bukan ini yang Gio maksud, bukan dia lelah nunggu Athaya.
"Enggak, maksud gue lo bareng gue aja pulangnya gitu. Kasian lo capek kan kalo makin sore."
Athaya memikirkan perkataan Gio. Menunggu supir yang tak kunjung mengangkat telpon dan membalas pesannya sampai kapan dia dijemput?
"Ya udah deh. Yuk." Putus Athaya akhirnya. Gio pun dengan senang hati mempersilahkan Athaya naik motornya saat dirinya sudah naik duluan.
Memakai helmnya dan menstater motornya sebelum melaju meninggalkan gerbang sekolah. Mereka berdua membelah jalan menuju kediaman Athaya yang sudah Gio hafal diluar kepala.
:: :: :: :: ::
"Makasih ya." Ucap Athaya saat turun didepan rumahnya.
"Sama-sama." Jawab Gio dengan senyum khasnya.
"Gue masuk duluan." Pamit Athaya yang dibalas anggukan oleh Gio.
Athaya pun berjalan masuk sedangkan gio masih diam ditempat memperhatikan Athaya.
Saat Athaya masuk pintu rumahnya, barulah ia pulang. Dan sebenarnya Athaya mengintip dan tersenyum dibalik jendela samping pintu utamanya melihat Gio pergi dari rumahnya.
:: :: :: :: ::"Ma." Sapa Athaya pada mamanya yang sedang menonton sinetron televisi. Mamanya yang tadinya lagi serius pun langsung menoleh pada anak semata wayangnya.
"Eh Athaya."
"Oh iya, cowok tadi tuh sebenernya siapa kamu?" Tanyanya dengan mata yang kembali melihat sinetron.
Athaya mengernyit bingung, "Gio temen aku lah. Mama lupa? Dulu dia pernah kesini kerja kelompok waktu SMP."
Mama Athaya mengingat-ingat, "hhmm, lupa ah suka beda gitu mukanya sih."
"Kirain pacar kamu." Lanjut mamanya.
Athaya menoleh cepat pada mamanya, "hah?"
"Oh bukan ya? Kirain. Soalnya dia kan gak sekali doang kesini. Pas itu juga nyariin kamu kan bawain makanan."
Athaya terkekeh karena dibuat ingat oleh mamanya saat Gio ke rumah membawa banyak makanan dan mengiranya sakit.
Padahal itu akal isengnya Ailsha yang entah mengapa dengan mudahnya Gio percaya. Sampai saat itu Gio terlihat kebingungan atau aneh melihat Athaya pulang sekolah.
"Kok ketawa?" Tanya mamanya.
Dengan sisa ketawa kecilnya Athaya menjawab, "gak apa-apa ma. Hehe..."
To be continue
Sampe sini? Kesan pesan baca cerita ini gimana? Author mau publish 2 kali seminggu lho, kalau gak vote, gak jadi.
Vomment mohon :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence (Complete)
Fiksi RemajaSemua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Hanya bisa menutup luka. Menahan api cemburu. Memendam rasa kecewa. Meskipun tidak pernah pacaran, setidaknya aku juga p...